Prolog

9.6K 339 30
                                    

Dua hari sudah siswa-siswi baru SMA Ingrid mengadakan masa orientasi siswa atau masa pengenalan siswa terhadap lingkungan sekolah barunya.

Lagi dan lagi dua sejoli ini menggali ilmu ditempat yang sama, yaitu SMA Ingrid. Salah satu sekolah terfavorit dan banyak peminatnya.

Dari kejauhan tampak seorang gadis cantik yang mengenakan seragam sekolah putih abu-abu, dengan bandana putih yang menghiasi rambut hitam panjangnya.

Ia berlari menuju SMA Ingrid, bel masuk tinggal sekitar 1 menit lagi. Tetapi jaraknya menuju sekolah masih cukup jauh dan membutuhkan cukup banyak energi untuk menempuhnya.

"Lo kemana aja Qis? Gue nungguin lo dari tadi." Tanya Alfiyah Angelista, ia berada di gerbang belakang sekolah. Sengaja lewat belakang biar gak ketauan telat

"Sorry Alfi, tadi Papa udah ke kantor duluan jadi gue harus jalan kaki deh," Ujar Bilqis yang masih ngosngosan.

Alfiyah Angelista Ardiansa adalah sahabat terbaik Bilqis Aisyah Zahira, mereka sudah berteman dari kecil bahkan kedua orang tua mereka sudah membangun sebuah bisnis yang sangat besar. Udah kayak saudara lah, apa-apa pasti berdua.

"Nih minum dulu," Ujar Alfi sembari memberikan botol minum yang ia bawa dari rumah.

"Ma-makasih Alfi," Ujar Bilqis yang masih berusaha mengatur nafasnya.

Tanpa basa-basi lagi Bilqis langsung meminum air yang ada didalam botol tersebut hingga setengah.

"Haus apa doyan mbak?" Ledek Alfiyah.

"Haus bener dah gue rasanya mau meninggoy."

"Ini gimana caranya masuk?" Tanya Alfiyah yang bergidik ngeri melihat pagar menjulang tinggi didepannya.

"Manjat lah."

"SERIOUSLY?" Pekik Alfiyah.

"Yang bener aja hari pertama masuk sekolah loh, jangan aneh-aneh deh!" Lanjut Alfiyah.

Bilqis memutar bola matanya malas, menghadapi sahabat super ribetnya ini memang harus punya kesabaran yang ekstra.

"Gak mau manjat?" Tanya Bilqis.

Alfiyah menggeleng.

"Yaudah gak usah masuk." Bilqis meninggalkan Alfiyah yang masih terbengong.

Gadis itu mencari sesuatu yang bisa membawanya naik keatas.

"Ahhhaaa! Dari situ aja."

Bilqis naik keatas batu besar lalu menjulurkan kakinya ke arah pagar tinggi itu, Bilqis memanjat seperti cicak yang merayap di dinding.

"Akhirnya sampe juga." Bilqis menyeka keringat yang ngalir dari pelipisnya.

Gadis itu duduk di atas pagar sambil menatap ke bawah.

Tinggi juga ya perasaan tadi gak setinggi ini.

Bilqis menoleh kearah Alfiyah yang masih kebingungan. "Woyyy anak kambing buru naik!"

"Bangke lo! Gue aduin Mami gue lo ya ngatain dia kambing!"

"Lama! Gue tinggal nih." Bilqis mengambil ancang-ancang melompat ke bawah sontak Alfiyah menghentikannya.

"Tungguuu! Iya gue naik, bantuinnnnn," Rengek Alfiyah seperti bayi gorila.

"Apa perlu gue gendong?" Ketus Bilqis yang masih asik nangkring di atas.

Alfiyah melangkahkan kakinya perlahan-lahan sangking pelannya buat Bilqis geram diatas sana.

"Buruuu, Fi! Lama bener lo ahh."

Dibalik Rasa Seamin tak Seiman (Proses Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang