28. Umi Dan Syifa Tau

26.4K 1.4K 101
                                    

Terhitung sudah dua hari gadis itu tidak sadarkan diri.
Kemaren lusa saat Aisya dibawa kerumah sakit Fikram langsung menghubungi keluarga besarnya.

Begitu melihat keadaan Aisya,Uminya langsung menangis,tak sanggup melihat keadaan putri kesayangannya.
Sedangkan Harist ayah Fikram,menyalahi semua kecelakaan ini pada Fikram.Satu tamparan mulus mendarat dipipi Fikram.Tentu saja Yuni menagis melihat semua itu.

Sejak Aisya dipindahkan keruangan rawat inap,Uminya selalu berada di samping gadis itu.Lantunan ayat suci Al-Quran terus di bacanya demi kesembuhan Aisya.

Bayangkan seorang ibu yang terus membacakan ayat-ayat Allah dengan berurai air mata,mata sayu itu tak henti-hentinya menangis.

Sekarang hanya Fikram seorang yang menunggu di rumah sakit.Yuni dan Harist baru saja pulang ke rumah untuk beristirahat.Sedangkan Salma sedang mengambil beberapa perlengkapan dan keperluan ke rumahnya.
Berliana? ia sedang membeli makanan keluar.

Fikram terus menatap Aisya yang sedang terbaring diranjang rumah sakit.
Fikram tak tau apa yang ia rasakan saat ini,yang jelas ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.Ntah itu perasaan marah,benci atau mungkin malah rasa khawatir?.

Jari-jari Aisya yang di tempeli selang infus perlahan bergerak,Matanya perlahan terbuka.
Melihat hal itu Fikram langsung berdiri dari duduknya.

Tangan Aisya bertumpu pada penyangga tempat tidur,ia berniat duduk.

"Jangan banyak bergerak,lukamu belum seutuhnya kering." Kata Fikram begitu datar.

Ia berjalan menghampiri Aisya.Aisya yang terkejut mendengar suara Fikram tak sengaja menurunkan tumpuan tangannya,membuat tubuhnya sedikit terhempas ke atas tempat tidur.

"Ah.." Desis Aisya,Merasakan ngilu di daerah perutnya.

"Ckk,sudah saya bilang."Fikram menyingkap sedikit baju pasien Aisya.

"Apa yang mas lakukan?." Aisya terkejut melihat tindakan Fikram.

Fikram tak menghiraukan Aisya.
Ia terus menyingkap sedikit baju pasien Aisya.Menampakkan balutan perban mengelilingi bagian perutnya yang terluka.

"Lihatlah,lukamu berdarah lagikan?"
Kata Fikram selanjutnya.

Aisya memajukan sedikit kepalanya agar bisa melihat luka itu,belum sempat ia melihat malah rasa ngilu yang ia rasa.

"Kenapa keras kepala? jangan banyak bergerak."

Aisya kesal sendiri,bukankah Fikram sendiri yang memintanya untuk melihat luka itu.

Fikram memutar badannya.

"Tunggu sebentar,saya akan memanggil suster,perbanmu perlu diganti"

Aisya hanya diam.

Selang beberapa waktu Fikram datang bersama seorang suster.
Suster itu tersenyum kearah Aisya,Aisya membalasnya lagi dengan senyum.

"Syukurlah mbak udah sadar,Oiya saya izin lihat lukanya ya mbak.Tadi masnya bilang lukanya berdarah lagi ya?" kata suster tersebut

Aisya menggigit bibir bawahnya.Disini masih ada Fikram.Ia belum pernah melihatkan bagian tubuhnya kepada orang lain,apalagi pada Fikram.Ya walaupun Fikram suaminya.

Dilihatnya Fikram sedang asik bermain dengan ponselnya di sofa tunggu pasien.

"mbak?" tanya suster itu lagi,karna tidak direspond oleh Aisya.

Fikram mengerti kecanggungan Aisya.

"Saya tidak akan melihat,lagian jika saya melihatnya,juga tidak akan nafsu" Katanya tidak melihat kearah Aisya,masih asik dengan ponselnya.

MENIKAHLAH lagi suamiku (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang