56. Epilog

26.6K 1.3K 151
                                    

Furqan tidak main-main dengan ucapannya. Lima hari setelah lamarannya diterima, pria itu langsung ingin menikahi Aisya. Pujaan hatinya itu.

Hari ini, insyaallah ba'da Jum'at. Akadnya sederhana, yang diundangpun hanya beberapa. Teman-teman Furqan dan teman-temannya. Juga beberapa keluarga besar Furqan datang langsung dari Jakarta.

Aisya, wanita itu cantik sekali menggunkan gaun putih indah yang langsung dipilihkan Furqan, khimar warna senada yang ia kenakan tambah memancarkan aura pengantinya.

Wanita itu di rias oleh tenaga ahli, bukan main cantiknya. Bela yang berada disamping Aisya memandang takjub.

"Mbak cantik banget, serius!" Ujarnya.

Lain halnya dengan Bela, Aisya malah tidak percaya diri. Cantik apanya? Wajah yang ia lihat dicermin seperti bukan dirinya. Kalau Furqan tertipu bagaimana?

"Mbak kelihatan lebih muda dari aku, iri banget sama calon kakak ipar" Bela berujar lagi.

"Jangan gitu, Bel. Mbak nggak pede banget ini"

"Ya ampun mbak! Aku nggak bohong loh, gimana Bang Furqan nggak sayang kalau mbak gini terus? Udah! Kalian cocok banget!"

Aisya yang ingin menyela tertunda karna beberapa ibu-ibu masuk kedalam kamar riasnya. FYI akad nikahnya diadakan dirumah Furqan.

Aisya kenal mereka, kerabat dari pihak Abinya.

Salah satu wanita paruh baya memandang Aisya takjub.

"Ondeh mandeh! Rancak bana ponakan ambo ko, alah ndak ado lai do! Dapek lo calon laki mode si Furqan tu, lah elok urangnyo...ganteng iyo pulo" Ujar eteknya, tantenya itu.

Aisya tersenyum tipis mendengarnya, etek nya benar. Furqan itu pria baik, ganteng lagi.

"Woih tek Riri, lah siap urang sumbayang jum'at. Mulah wak ka lua lai. Ka mulai akadnyo" Ibu-ibu yang lainnya bersuara.

Aisya .sedikit gugup. Kaum bapak-bapak baru selesai melaksanakan ibadah jum'at. Tandanya akad akan segera dimulai.

Aisya mengatur napasnya pelan.

"Lah, etek kalua dulu. Akadnyo alah ka di mulai. Elok-elok barumah tanggo, yo nak"

Aisya menatap tantenya haru, gadis itu mengangguk.

"Iya. Makasi, etek"

Riri-tantenya itu keluar dari kamar riasnya. Ruangan kembali sunyi, hanya ada Aisya dan Bela.

"Tante tadi bilang apa mbak?" Tanya Bela.

"Nggak ada. Cuma bilang Mas kamu itu orangnya baik, tampan pula. Terus etek ngasih mbak sedikit nasehat" Jujurnya.

Bela hanya mengangguk saja.

"Akadnya udah mulai kayanya mbak. Lagi khotbah nikah penghulunya. Kita tunggu disini aja, mbak. Ntar kalau udah sah Nafis sama Rara yang bakal jemput."

Aisya hanya tersenyum mendengar ucapan calon adik iparnya.

Wanita itu makin gugup ketika suara pamannya menggunakan pengeras suara terdengar ke segala penjuru ruangan.

"Muhammad Al-Furqan"

"Ya, saya" Furqan menjawab lantang.

"Saya nikahkan engkau dengan anak kandung saudara saya. Aisya Syadza Madeira binti almarhum Abdul Yusuf Khair, yang walinya telah diwakilkan kepada saya. Dengan mahar seperangkat alat sholat dan cincin berlian lima belas karat di bayar Tunai"

MENIKAHLAH lagi suamiku (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang