49. Adil, jangan mulai lagi deh

16.8K 1.2K 123
                                    

Aisya baru saja sampai di TK tempat Nafis dan Hyra disekolahkan.

" Alhamdulillah, sampai" Aisya langsung membantu Anak-anaknya turun dari motor.

Wanita berwajah teduh itu melihat sekelilingnya. Loh kok tumben rame yaa? Batinnya. Ia melihat banyak sekali anak-anak yang diantar oleh orang tuanya. Wajar sih, tetapi biasanya jarang-jarang wali murid langsung yang mengantar anaknya. Pun mereka memakai pakaian yang rapi. Para siswa disini biasanya berangkat bersama pengasuhnya. Hanya beberapa orang tua yang langsung mengantar anaknya, salah satunya Aisya.

Ah, lagi pengen aja mungkin ya? Batinnya lagi.

" Umi yang semangat ya kerjanya. Rara sayang Umi" Suara gadis kecilnya memecah pikiran Aisya.
Gadis kecil itu tersenyum tulus, mencium tangan Uminya. Begitu juga Nafis, pria tampan itu juga langsung mencium tangan Uminya lembut.

" Jangan capek-capek ya Umi, Pokoknya umi nggak boleh sakit. Abang juga sayang Umi" Ucap anaknya yang satu lagi polos.

Aisya mencium pucuk kepala kedua anaknya.

" Iya sayang, Belajar yang rajin ya" Wanita itu tersenyum haru. " Udah, sana masuk. Ntar abang sama adek telat lagi"

Nafis dan Hyra lagi-lagi tersenyum sambil mengangguk.

" Dadah Umii" Mereka berkata serempak dan mulai menjauhi gerbang sekolah kemudian masuk ke kelas.

Aisya juga membalas lambaian tangan anaknya.

"Dadah"

Wanita itu mulai meneliti bangunan sekolah anaknya. Sederhana. Bukannya tidak bersyukur, tapi sekolah ini tidak ada apa-apanya di banding TK swasta tempatnya mengajar dulu. Aisya hanya mampu menyekolahkan anak-anaknya disini. Kalaupun andainya bisa menjadi kenyataan, ia ingin sekali menyekolahkan Nafis dan Hyra di sekolah yang fasilitasnya lengkap. Tapi apa boleh buat, hidupnya bisa di bilang sederhana. Tuhan masih sangat mencintainya. Hidupnya tidak melarat pula, kebutuhan anaknya alhamdulillah terpenuhi.

" Allah memang tidak pernah meninggalkan kita, sayang" Wanita itu bermonolog.

*
*
*

Nafis dan Hyra berjalan beriringan menuju kelas, gadis kecil itu langsung menegang saat anak laki-laki seumurannya menghadang jalan mereka dari arah depan.
Raut wajahnya berubah seketika, siap-tidak siap harinya baru saja dimulai.

Di rundung dan dibully.

Anak laki-laki bertubuh gempal itu menatapnya tajam, hanya di pelototi seperti itu langsung membuat matanya berkaca-kaca. Tapi gadis kecil itu tidak mau menangis.

" Kak Rara takut..." lirihnya seraya bersembunyi di belakang Nafis, beruntung Nafis lebih tinggi darinya.

" Adil, jangan mulai lagi deh" Nafis mulai bernegosiasi.

Anak laki-laki bertubuh gempal yang di panggil Adil tadi tertawa terbahak-bahak. Diikuti beberapa anak yang berdiri di sampingnya.

" Woi, Kabau tengkak!" Hardiknya kearah Hyra.

Saking terkejutnya gadis itu, matanya langsung terpejam menahan takut. Genggamannya pada Nafis semakin kuat.

Walaupun Rara dan Nafis tidak bisa berbahasa minang, bukan berarti mereka tidak mengetahui maksud anak yang di panggil Adil tadi. Mereka mengerti apa yang mereka katakan, hanya saja tidak bisa melafalkan bahasa itu. Di kelas kebanyakan anak-anak menggunakan bahasa daerah, hanya beberapa yang memakai bahasa indonesia.

Ingin tau apa yang di katakan Adil? Kalo diartikan kira-kira seperti ini,

" Woi, Kerbau pincang!"

MENIKAHLAH lagi suamiku (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang