34. Perasaan Furqan

28.1K 1.5K 102
                                    

Hari ini doble up lagi deng ,yeayyy...aku bahagia,thanks komentnya;)

***

Aisya masih di periksa di dalam,Furqan masih menunggu di luar ruangan.Ia menggigit bibir bawahnya,berjalan bolak balik di depan pintu ruangan,sesekali ia mengacak rambutnya kasar.Wajahnya sedikit memerah,keringat lebih dulu mengalir di pelipisnya.

Sekelebat pertanyaan masih memenuhi pikirannya.

Benarkah itu Aisya?

Kenapa gadis--nya ada disini?

Kenapa Aisya--nya pucat pasi?

Kenapa Aisya--nya bisa pingsan seperti itu?

Oh Allah,niat ingin melupakan Aisya,kenapa mereka malah dipertemukan kembali?

Kenapa gadis--nya bisa berada di kota Padang ini?

Furqan menghentikan lamunannya ketika melihat seorang dokter keluar dari ruangan Aisya.

"Anda keluarganya?" Tanya dokter dengan rambut sebahu pada Furqan.

Furqan mengangguk pasti.

"Iya dok,bagaimana keadaan Aisya ?" Tanya Furqan begitu khawatir.

"Bapak yang tenang,bisa ikut keruangan saya sekarang.Ada yang ingin dibicarakan."

Furqan hanya mengangguk lemah.

Mereka sampai di ruangan dokter cantik itu,Furqan langsung dipersilahkan duduk.

"Sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari pasien pak,..." Kata dokter itu memulai pembicaraan.

"Maksud dokter?" Tanya Furqan lebih lanjut.

Dokter itu tersenyum,mengulurkan tangannya kearah Furqan,tapi Furqan hanya menakup kedua tangannya di depan dada.

"Selamat,istri bapak hamil.Jalan lima minggu,saya harap bapak bisa lebih memperhatikan istrinya lagi"

Dada Furqan bergetar,ingin menangis tetapi lebih memilih tersenyum,tepatnya tersenyum samar.
Perasaan Furqan serasa di campur adukkan,ada bahagia dan sedih dalam waktu yang bertepatan.

"Saya bukan suaminya dokter" Katanya begitu putus asa

"Oh maaf,saya kira bapak suaminya."

"Ya,tidak masalah" jawab Furqan singkat.

"Ibu Aisya masih belum siuman,nanti setelah siuman sudah di perbolehkan pulang"

"Terima kasih dokter."

***

Kenapa Aisya nya lama sekali bangun.Sudah satu jam lebih ia masih tenang dengan tidurnya.

Furqan menatap Aisya lamat-lamat.

Menyesal!

Satu kata itu selalu terpikirkan setiap ia menatap wajah teduh yang cantik itu.

Kenapa ia kalah cepat dengan Fikram?

Wajah putih,teduh,cantik.Bibir mungil menawan dan hidung yang tidak terlalu mancung itu.

Kini Aisya--nya berada sangat dekat dengan Furqan.Ia sangat senang bertemu Aisya di kota ini,namun dilain sisi ada sedikit rasa sakit mengetahui Aisya mengandung anak Fikram.

Rasa ini salah,tapi cinta tidak bisa disalahkan.Yang bisa dilakukan hanya berusaha mengontrol rasa cinta itu sendiri.

Apa takdir Allah selanjutnya? Furqan berusaha keras belajar melupakan Aisya,sampai pindah jauh ke kota padang ini.
Sampai di sini,lagi-lagi takdir mempertemukan mereka.

MENIKAHLAH lagi suamiku (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang