43. Titik terendah

28.6K 1.6K 154
                                    

Sekian lama memendam rasa,

Menghabiskan waktu bersama...

Tapi, Kau tak tau akan rasa ini.

Hati ini terjebak antara cinta dan rahasia.

Cinta yang ingin memiliki, dan rahasia...ragu mengungkapkannya.

=Muhammad Al-Furqan=

***

" Furqan, Kalau nanti Aisya bangun. Jangan cerita apupun tentang bayi nya. Bilang saja semua baik-baik saja. Tante pulang dulu sebentar, titip Aisya ya"

Furqan mengangguk samar, tatapannya tak lepas dari wajah Aisya. Salma tersenyum sendu, beruntung ada orang sebaik Furqan.

Furqan duduk di samping Aisya, pikirannya terus berkelana entah kemana. Raganya ikut tak sehat melihat keadaan ini.
Bagaimana tidak?
Ini hari ke tujuh Aisya tak sadarkan diri, wanita cantik itu tak kunjung bangun dari tidurnya.

Pria itu tak peduli tentang kesehatannya. Pagi-pagi ia selalu singgah sebelum pergi ke kampus, tak peduli sudah sarapan atau belum. Sampai di rumah sakit pun ia hanya duduk menatap wajah Aisya. Pandangannya kosong ntah apa yang di pikirkan. Terkadang Salma pun terheran melihatnya.

Setelah duduk diam selama satu jam, biasanya Furqan akan pamit pergi ke kampus. Nanti siang ia akan datang lagi dan mengulang kegiatannya yang tadi pagi. Kemudian pergi lagi, dan akan kembali sehabis maghrib. Kadang ia makan hanya sekali dalam sehari.

Dan sekarang, jam menunjukkan pukul 8. 12 malam ia masih betah duduk terdiam seperti itu. Setelah pulang mengajar sore tadi, ia kerumah sebentar dan kembali lagi ke rumah sakit.

Furqan menarik napasnya dalam, ia ingin menggenggam tangan yang lemah itu. Ingin sekali, menyalurkan kekuatan lewat sentuhan, dan membawanya ke dalam dekapan.

Tapi Tidak! Belum waktunya.

" Aku ingin menjagamu, hingga halal bagiku menyentuhmu" katanya lirih.

Ia tersenyum samar. Matanya masih menatap Aisya.

" Sya, kenapa lama sekali? hmm. Ayo bangun. Anak-anakmu, mereka menantikanmu." Jeda sesaat Firqan tersenyum menyedihkan " Aku juga Sya, aku juga menantikanmu."

Matanya mulai berkaca-kaca.

" Kamu harus tau Sya, kamu harus dengar pengakuanku. Aku mencintaimu Aisya...aku menyayangimu. Ku mohon bangun, kamu harus dengar semuanya"

" Ntah aku percaya atau tidak. Aku pernah dengar, katanya orang yang sedang koma sebenarnya dapat merasakan apa yang terjadi di sekitarnya. Semoga itu benar dan kamu harus dengar ceritaku Aisya"

Furqan kembali tersenyum samar, sesekali ia memperbaiki letak selimut Aisya.

" Kamu pernah bertanya siapa wanita yang aku cintai, kamu begitu polos dan lugu. Kenapa tidak menyadarinya hm? Kamu ingat saat kita pertama bertemu? Katakanlah aku gila, tapi aku langsung terpikat melihat senyuman mu. Cinta dalam diam itu menyakitkan Aisya, bertahun-tahun aku memendamnya. Aku masih ingat betul hari itu, di mana takdir mempertemukan kita. Aku tak tahu, kalau pertemuan itu berhasil membuatku selalu memikirkanmu sampai saat ini."

" Kamu membuatku berdosa, kenapa selalu muncul di pikiranku? Tidakkah kamu memikirkan perasaanku? Tidak, aku hanya bercanda. Jujur ku katakan, hari itu kamu sangat cantik Aisya. Lekungan bibirmu berhasil membuat jantungku berdebar tidak semestinya. Senyumanmu adalah sebuah lekungan yang meluruskan segalanya. Wajah teduh, dan pipi yang kemerah-merahan, ku pikir waktu itu kamu salah tingkah bertemu denganku. Aku sempat berpikir kamu juga merasakan hal yang sama dengan apa yang aku rasakan. Wajahmu memerah, persis seperti kepiting rebus. Di tambah lagi kamu sering ketahuan mencuri-curi pandang ke arahku. Apa yang kamu rasa waktu itu? salah aku merasa kalau kita saling jatuh cinta."

MENIKAHLAH lagi suamiku (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang