41. Redup kembali

24.8K 1.4K 97
                                    

Seorang gadis memakai sweater abu-abu tebal sedang berhadapan dengan seorang pemuda yang berbicara serius dengannya.

"Fikram harus tau semuanya, Na. Apapun yang terjadi, aku akan terus disamping kamu, dukung kamu terus.Kita nggak bisa sembunyiin terus dari dia. Ini semua nggak adil buat Fikram."

Berliana memandang pria yang ada di hadapannya, kemudian bibirnya melengkung ke atas membentuk sebuah senyuman.

"Nggak, Ren. Belum saatnya, biarlah Fikram percaya dulu semua kebohonganku." Jawabnya singkat.

Reno menarik nafasnya jengah, bicara dengan Berliana hanya akan berakir sia-sia. Reno membawa Berliana ke dalam dekapannya, mereka sama-sama menyalurkan kehangatan dan kekuatan.

"Jangan salahkan aku jika suatu saat nanti aku menghubungi Fikram dan memberi tahu semua kebenarannya, Na. Kita nggak bisa gini terus"

Berliana terkekeh geli, perlahan melepas pelukannya.

"Udah ah, kamu nggak takut sama aku?"

Reno balik tertawa pelan.

"Takut?" Ia menggeleng, kemudian membawa kembali Berliana ke dalam dekapannya.

***

" Yang mana diantara bapak suami ibuk Aisya?" Tanya seorang wanita berjubah putih kepada dua orang pria yang sama-sama memasang wajah kawatir.

Fikram dan Furqan adu pandang. Tidak seorangpun diantara mereka suami Aisya.

"Saya calon suaminya dok!"

"Saya mantan suaminya dok!"

Kata mereka serentak. Mereka saling menatap penuh kemarahan.

Dokter itu sedikit kicep, ia bingung sendiri.

"Hmm, Karna buk Aisya mengalami pendarahan hebat karna benturan tadi. Tidak ada pilihan lain, kami harus mengoperasi pasien untuk menyelamatkan ibu dan bayinya."

"Tapi usia kandungannya masih delapan bulan dok, apa tidak berbahaya?" Furqan yang menyanggah ucapan dokter itu. ia tak ingin hal buruk terjadi pada Aisya.

"Maka dari itu pak. Kami ingin meminta persetujuan dari pihak keluarga. operasi ini sangat beresiko tinggi untuk keselamatan pasien." jelas dokter tersebut.

Furqan menggigit bibir bawahnya kawatir. Bagaimana ini? ia menarik rambutnya kesal. Tadi Aisya berpesan agar ia menyelamatkan anak-anaknya.

Fikram menarik nafasnya dalam.
"Lakukan yang terbaik dok. Biar saya yang menandatangani suratnya."

Itu yang terbaik saat ini, Furqan mengangguk setuju.

Furqan dan Fikram ikut mendorong brankar Aisya bersama tenaga medis lainnya. Mereka bergerak cepat, keringat sebesar biji jagung terus mengalir di wajah ke dua pria tersebut.

Menatap Aisya yang masih sadar menahan kesakitannya, membuat hati kedua pemuda itu ikut mencolos. Desahan kesakitan yang keluar dari bibir Aisya, menyentakkan hati mereka. Kalau boleh biar Furqan yang menggantikan kesakitan itu. Ia tidak sanggup melihat wanitanya kesakitan.

"Kamu yang kuat, Sya" Ujar Fikram menguatkan Aisya. Ia ingin menggenggam tangan Aisya untuk menyalurkan kekuatan yang ia punya. Berulang kali tetap di tepis oleh Aisya.

Aisya ingat betul bagaima Fikram memukulnya. Andai terjadi sesuatu terhadap buah hatinya, jangan harap Fikram akan mendapat maaf darinya.

" Menjauh dariku, aku harap kamu cepat pergi dari sini, mas" ujar Aisya sambil menahan rasa sakit.

Bagai tertampar tapi Fikram tak menghiraukan ucapan Aisya. ia masih setia menatap mata Aisya yang penuh dengan kebencian, sampai Aisya masuk dan menghilang di balik ruang operasi.

MENIKAHLAH lagi suamiku (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang