2. Menikah

29.5K 1.6K 8
                                    

Suasana di ruangan tempat Abi dirawat menjadi penuh di datangi oleh beberapa dokter dan perawat yang akan menjadi saksi pernikahanku. Juga telah ada seorang penghulu yang nantinya akan menikahkan ku.

"Fikram akan sampai lima menit lagi, semua persiapan sudah selesai. Masalah mahar apakah ada permintaan khusus dari Aisya?" tanya om Haris.

Aku menggeleng "Tidak om, untuk sekarang maharnya terserah pada om dan tante saja"

"Ok, kalau gitu kita tanya Fikram saja nanti."

"Ayah, Fikram datang" Tante yuni mengejutkanku.

"Ada apa Yah? Siapa yang sakit?" Suaranya terdengar berat, seorang yang kuyakini adalah Fikram.

"Aisya, om sama Fikram bicara dulu sebentar "

Aku mengangguk, setelahnya mereka pergi agak menjauh dari orang-orang.

Beberapa saat kemudian mereka kembali, om haris dengan senyumnya dan Fikram jangan tanya lagi. Wajah datarnya tidak terbaca sama sekali.

"Ok, mari kita mulai pernikahannya. Silahkan Aisya dan Fikram duduk di sebelah kiri Ilyas." Om Haris memulai acara pernikahan.

Pak penghulu langsung duduk di atas kursi yang sudah di sediakan di sebelah kanan Abi.
dengan susah payah Abi bangkit, berusaha untuk duduk di tolong oleh Umi, melihatnya saja aku tidak tega.

Abi berusaha menyembunyikan rasa sakit yang ia rasa, melihat wajah yang dulu berseri sekarang pucat pasi, tangan yang dulunya kekar kini lemah di tempeli selang-selang infus.
Air mata ku kembali tumpah. Dengan pelan Abi meraih tangan Fikram. Berusaha bicara dengan keras tapi yang keluar hanya suara yang begitu pelan, aku tidak sanggup melihat ini ya Allah, aku sayang Abi.

Sebelum memulai akad abi berbisik lirih ke arah Fikram, nyaris saja tidak terdengar olehku.
"Tolong jaga anak Abi. Dia anak yang baik, wanita sholehah nak, kebanggaan Abi. Abi mohon jangan sia-siakan dia," setetes air mata berhasil keluar lagi dari matanya.

"Saudara fikram Sadrean binti Haris Sadrean saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri saya Aisya Syadza Madeira bin ilyas Khair dengan maskawin seperangkat alat sholat dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya __"

Pria itu menjeda ucapannya dan melirik ke arah om Haris, om haris yang ditatap nampak mengangguk pelan.

"Aisya Syadza Madeira binti Ilyas Khair dengan maskawin seperangkat alat solat di bayar tunai" katanya dengan satu kali helaan nafas.

"Bagaimana saksi?" tanya penghulu

"Sah"

"Alhamdulillah" ucap semua saksi yang datang.

Dengan ragu ku tarik tangan orang yang ada disampingku yang sekarang sudah resmi menjadi suamiku. berdesir hatiku, jujur saja sebelumnya aku belum pernah memegang tangan orang yang bukan mahrom ku.

"Fikram cium istri kamu nak"kata bundanya mas Fikram.

Belum sempat mas Fikram mencium ku, Abi memanggil nama ku dengan suara yang sangat parau.

"Aisya" ucap abi pelan.

"Iya Bi" Tahan Aisya, jangan terisak.

"Jadi istri yang baik ya nak, tugas abi sudah selesai"

Suara monitor rumah sakit sudah kacau, detak jantung abi berdetak tak karuan.

"Abi!! Jangan tinggalin Aisya ,abiii.. " Tangisku pecah melepas kepergian orang yang ku cinta.

"Abi ..."kataku teris mengguncang bahu abi.

"Aisya udah nak, Abi sudah tenang disana, ikhlasin Abi nak" Suara umi terdengar menenangkan ku.

"Umi, Abii Mi...Abii!!"

"Ikhlaskan kepergian abi sayang." Umi memelukku, beriringan dengan air mata yang keluar dari matanya.

Hari ini, aku kehilangan cinta pertamaku.

***

Ba'da Ashar masyarakat sudah berkumpul di kediaman ku, rencananya Abi akan dimakamkan hari ini juga, selesai di sholatkan jenazah Abi di makamkan di salah satu pemakaman keluarga ku.

Menjelang maghrib aku duduk terdiam di balkon kamar. Memory ku memaksa mengingat semua kenangan ku bersama Abi, waktu berjalan begitu cepat, aku masih ingat waktu kecil dulu, dimanja oleh Abi, di gendong, di cium, betapa bangga nya aku mempunyai sosok ayah seperti Abi. Aku besyukur punya Abi, Abi adalah cinta pertama ku. Tapi sekarang abi sudah pergi, Abi yang ku cintq sudah tenang, air mataku kembali mengalir.

"Aisya"

Kutarik tanganku untuk menghapus air mataku.

"Iya mi"

"Sudah magrib nak, mari sholat setelah itu kita makan malam."

Aku mengangguk lemah dan menyusul umi ke dalam.

Selesai salat ku selipkan doa untuk Abi, sesuai amanah darinya. Aku akan menjadi istri yang baik dan mengejar syurga yang ada pada suami ku, lebih baik ku siapkan makanan untuk mas fikram.

"Mas fikram mana mi? " Aku tidak melihat keberadaannya. Netraku hanya melihat Ayah dan Bunda mertuaku yang sudah duduk di meja makan.

"Fikram ada meeting bersama klien di luar kota, untuk beberapa hari ini dia sibuk sekali nak."jelas ayah.

Aku hanya mengangguk mendengarnya.

Suasana makan malam berlangsung hening, selesai makan Umi memulai perbincangan.

"Aisya, ada yang ingin umi sampaikan kepada mu nak"

"Iya mi bicara saja, ada apa?"

"Sebenarnya Abi mu meninggal karna penyakit gagal ginjal yg di derita nya nak"

Kuputar kepala ku ke arah Umi,
sebuah fakta yang baru ku ketahui.

"Gagal ginjal?"

Umi megangguk.

"Kenapa Umi baru cerita sekarang?"

"Abi kamu yang larang, dia nggak mau nyusahin kamu sayang"

"Tapi ini nggak adil Umi, aku belum melakukan sesuatu yang membuat Abi bahagia, " dengan air mata yang sudah kutahan.

"Tidak nak, Abi bangga sama putrinya,  Umi dan Abi bahagia mempunyai anak seperti kamu,"

"Aku mau kekamar dulu, tolong jangan ganggu dulu"

______________________________________

MENIKAHLAH lagi suamiku (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang