37. Pencarian

28.9K 1.6K 121
                                    

Wajahnya yang tampan kini tak lagi rapi, rambut-rambut halus tumbuh di sekitar dagunya. Seperti suami yang tak terurus keadaan Fikram sungguh memprihatinkan.

Beberapa karyawannya menatap iba, akir-akir ini Fikram sering melampiaskan kemarahannya kepada mereka yang tak bersalah. Tak ada yang berani mendekat.

Bahkan Berliana lebih memilih berlibur keluar negri bersama teman-temannya.

Dua bulan ia dihadapkan rindu pada seseorang. Rindu yang begitu mendalam sungguh menyiksa batinnya. Rasa bersalah yang amat besar menikam tepat di ulu hatinya. Penyesalan memang selalu datang di akir.

Fikram tak mampu lagi menahan semuanya, ia berdiri dari duduknya. Merapikan tatanan jasnya, kemudian melangkah perlahan keluar dari ruangannya.

Tatapan lurus kedepan, tak menghiraukan setiap sapaan dari bawahannya. Tatapan dingin terlihat bengis menafsirkan suatu kerinduan.

Fikram memacu mobilnya membelah jalan raya, tujuannya kali ini adalah rumah mantan istrinya--Aisya. Tak ada tujuan lain, ia hanya ingin kembali bersama Aisya.

Sampai disana Fikram memarkirkan mobilnya acak. Meneliti rumah itu dengan seksama, tak ada tanda-tanda kehidupan disana. Tak mendapat kepastian Fikram memilih bertanya pada masyarakat sekitar.

"Permisi buk, pemilik rumah ini sedang kemana ya? apa masih tinggal disini ?"
Tanya Fikram pada seseorang yang kebetulan lewat.

"Wah mas ini.. mas Fikram ya? mantan suami dek Aisya bukan? anu mas yang saya tau dek Aisya dan uminya sudah lama pindah dari sini, sepertinya pindah jauh karna rumah ini dijual beserta isi-isinya. Sekitar beberapa bulan yang lalu kalau tidak salah"

Kepala Fikram dibuat pusing oleh pernyataan ibuk itu.

"Ibuk tau kemana mereka pindah?"
Tanya Fikram lagi.

"Maaf sebelumnya mas, Semenjak perceraian dek Aisya hampir semua orang di kampung ini menghujatnya. Saya sendiri sering kasihan kalau dek Aisya di Fitnah sebagai istri simpanan. Saya sendiri mengenal dek Aisya sebagai sosok yang luar biasa shalehah. Semenjak kejadian itu pula dek Aisya dan keluarganya menjadi tertutup. Ia jadi jarang keluar rumah. Dan tiba- tiba pada suatu pagi saya hanya melihat Mereka pergi membawa beberapa koper, tak ada yang tau mereka pergi kemana"

Fikram tambah tertegun mendengar penuturan ibu itu. Rasa bersalah makin menjadi merutuki dirinya.

Begitu beratkah beban Aisya hingga ia memilih pergi dari rumah tempat ia di besarkan.

Fikram mengangguk paham,

"Terima kasih buk, saya permisi dulu"
Pamit Fikram pada akirnya.

Fikram kembali mengendarai mobilnya membelah jalan raya. Tujuannya kali ini adalah TK maryamul islam tempat Aisya mengajar dulu.

Fikram berjalan pelan mendekati Syifa yang sedang mengajar. Tepat di ambang kelas ia berhenti, memperhatikan Syifa beberapa saat. Merasa Syifa tidak menyadari kedatangannya Fikram berdehem memecah keheningan.

"Ehemm, Syifaa"

Sedikit tertegun Syifa menoleh ke arah suara,

"Astagfirullah, m..mas Fikram?" Terkejut bukan main, kenapa mantan suami sahabatnya ada di sini.

"Bisa bicara sebentar, saya tunggu di taman" Putus Fikram sepihak.

Mengangguk perlahan Syifa kembali menatap anak didiknya.

"Ok anak-anak, lanjutkan mewarnainya ya! Bu guru keluar sebentar. Jangan ribut!"

"Iya bu guru"

Pria inikah yang membuat sahabatnya sakit hati.

MENIKAHLAH lagi suamiku (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang