44. Dalam Butiran Cinta

25.1K 1.5K 132
                                    

Menghabiskan waktu memendam rasa,
memegang teguh satu kata...

Bahwa cinta, tidak harus memiliki...

Tapi hati tidak bisa dibohongi,
rasa ingin memiliki...
rasa ingin mencintai...

Akankah akan terus seperti ini?
Akankah rasa berubah menjadi cinta?
Dan mungkinkah cinta dapat kumiliki?

=Muhammad Al furqan=

3 bulan kemudian

Suara tangisan bayi memecahkan keheningan malam. Dinginnya angin menghalau semua rasa nyaman. Aisya tersenyum samar, di tatapnya bayi itu lamat-lamat sebelum ia bawa malaikatnya ke dalam pelukan. Di gendongnya penuh cinta.

" Nafis sayang, kenapa nak? Abang tenang ya...Hyra baru bobok nak. Kalau dedeknya bangun kan kasian. Cup cup cup"

Bukannya tenang baby Nafis semakin menangis keras, Aisya tak kehabisan akal. Detik berikutnya wanita yang baru saja menjadi ibu itu bangkit, ia cium putranya dengan kasih, kemudian di tepuknya dengan pelan pantat mungil bayi itu sambil menyanyikan sholawat nabi, berharap putranya bisa segera merasa tenang.

Aisya menatap lekat mata coklat yang ada di hadapannya ini, mata itu sangat mirip dengan manik indah milik pria jahat itu. Ah, sudahlah. Tidak ada lagi Fikram di kehidupannya kini. Dia sudah mati! lembar kosong baru saja di buka, saatnya diisi dengan bahagia bersama penyemangatnya.

Sepuluh menit berlalu akirnya baby Nafis kembali tenggelam dengan tidurnya, Aisya tersenyum lega.

" Tidur yang nyenyak nak"

Cup

Aisya kembali menciumnya penuh cinta sebelum ia meletakkan baby Nafis kembali ke tempatnya.

Jam menunjukkan pukul 9 malam. Wanita itu berniat untuk melaksanakan sholat isya. Rencananya selalu tertunda karna mengurus bayi mungilnya.

Tok

Tok

Tok

Aisya menahan langkahnya, niatnya tertunda lagi. Ada tamu yang datang?

Siapa?

Fikram?

Ah, semoga tidak. Ia berdoa dalam hati. Otaknya segera menghalau pikiran buruk, tapi pikiran buruk malah bersarang di hatinya.
Ia cemas dalam seketika.

Oh tuhan, apa Fikram sudah tau kebenarannya? makanya pria itu datang kembali kesini. Tapi, apa yang akan dia lakukan? Mengambil Nafis dan Hyra?

Ia menggeleng kuat. Tidak akan pernah! camkan itu. Ketukan pintu terdengar lagi, ia mencoba untuk tenang. Masih ada kemungkinan orang lain yang bertamu.

" Sya, ada tamu kok masih di sini. Sana buka pintunya" Salma datang dari arah kamar.

Aisya mengangguk pelan. Di bukanya pintu ragu-ragu, seseorang langsung memeluknya dengan erat. Matanya membesar sempurna

" Allahuakbar..." Aisya kaget bukan main.

Seorang anak laki-laki memeluk pinggangnya dengan erat.

Semua yang ada di sana tertawa pelan melihat tingkah keduanya. Aisya mencondongkan badannya, menyamakan tinggi mereka berdua.

" Masyaallah Azka, kenapa ada disini hmm?" Aisya mencubit pipi Azka yang tak lagi gembul " Ibuk pikir siapa tadi, udah tinggi ganteng apalagi." Aisya tersenyum lebar, tak menyangka siapa yang datang.

"Iya dong buk, Azka kan udah SD sekarang. Makanya harus ganteng kaya om Furqan"

Aisya beralih menatap orang-orang yang memperhatikan mereka sejak tadi, ia memasang senyum terbaiknya. Meskipun sedikit bingung dengan tamu yang datang malam ini.

MENIKAHLAH lagi suamiku (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang