50. Akir Seperti Apa?

16.9K 1.2K 393
                                    

Tuhan tidak selalu menjanjikan keajaiban, tetapi ketika melihat mereka...ada rasa luar biasa, bahagiaku kembali kurasa, tapi kenapa?
Bolehkan ku sebut itu keajaiban? Bahkan untuk dosa masa laluku,

Karna rasa bersalah itu, aku tidak pantas untuk bernafas pada esok hari, penyesalan yang memporak-porandakan hati. Membunuh semua rasa bahagiaku, meninggalkan jiwaku dalam penyesalan yang luar biasa.

Kurasa mereka benar-benar keajaiban, dua bocah kecil yang terpana melihatku.

FIKRAM SADREAN

Padang, Sumatera Barat.

Lima tahun yang lalu ia pernah ke kota ini. Pria yang mengenakan setelan santai itu masih asik melihat jalanan dari dalam mobilnya, membiarkan sang supir memandu perjalanan.
Pandangannya seakan kosong mengingat bayangan masa lalu yang selalu berkelebat di pikirannya.

Seorang bajingan yang tersiksa batinnya, seorang brengsek yang tidak tau jalan tujuan, bingung sendiri apa yang ia cari ke kota ini.

Pria biadab yang berharap bisa bertemu dengan dia.

Fikram mengangkat ponselnya yang bergetar,

"Halo Bun," Katanya singkat.

"Halo Fik, udah nyampe bandara? Mau bunda jemput?" Tanya Yuni dari ujung sana

Fikram sedikit terkekeh,

"Aku lagi di Padang, ada urusan, mendaratnya udah tiga puluh menit yang lalu, Bun"

"Ya ampun, ini anak! Ngapain disana? Bukannya pulang dulu" Nada suaranya naik satu oktaf.

Fikram terdiam, wajahnya kembali datar.
Kalau di tanya ngapain, jawabannya...

"Nggak tau juga, Bun" singkat.

Dia kesini alasan nya cuma satu, kota ini terakir kali ia melihat Aisya. Cuma yang menjadi pertanyaan nya, Apakah wanita itu masih disini?

"Astagfirullah..." Yuni tak habis pikir dengan Fikram.

"Ah Ya, anggap saja liburan." Jawabnya seenaknya.

"Mau berapa lama liburanya?" Yuni merasa Fikram ada benarnya, anak itu butuh liburan. Lima tahun di negara orang, menjalani terapi. Fikram pasti bosan.

"Belum tau juga, ini aku sudah beli rumah disini."

Yuni kaget di sebrang sana.

"Ngapain beli rumah segala? Astagfirullah!"

Fikram tertawa kecil,

"Nggak tau juga, udah dulu ya Bun. Aku lagi dijalan. Nanti aku telpon lagi"

"Hm, yasudah. Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

Fikram memasukkan ponselnya kembali kedalam jins yang dia pakai.

Mobil yang di tumpanginya berhenti.

"Kenapa pak?" Tanyanya sopan.

"Bannya bocor sepertinya pak, saya cek dulu" Jawab si supir lagi.

Fikram mengangguk. Matanya masih memperhatikan sekitar. Sampai akirnya dunianya teralihkan pada seorang gadis kecil yang keluar dari mobil yang terparkir di depan mobilnya.

Tanpa sadar Fikram tersenyum, hatinya menghangat, perasaannya diliputi bahagia. Bolehkah ia bilang ini bahagia pertama setelah lima tahun terakir?

Gadis kecil itu berlari dengan lucunya, Fikram tertawa kecil. Langkahnya yang terseret-seret seperti dibuat-buat.

MENIKAHLAH lagi suamiku (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang