52. The devil's back

15.8K 1.3K 163
                                    

Perasaan apa yang tengah ia rasakan? Siapa anak itu?

"Aku takut kehilangannya", Lirihnya.

Fikram masih saja terpana menatap pintu UGD dengan mata merahnya, memeluk Rara dengan eratnya.
Gadis kecil itu menangis keras, membenamkan wajahnya di bahu Fikram dan memeluk Fikram erat-erat.

"Rara takut, Om. Bang Nafis baik-baik aja kan?"

Fikram tersadar, pria itu mengusap punggung gadis itu dan menatap matanya dalam. Fikram mencoba tersenyum meyakinkan Rara.

"Berdo'a sayang. Insyaallah semua akan baik-baik aja"

Gadis itu malah menggeleng sambil menghapus air matanya,

"Tetap aja, Om. Bang Nafis kesakitan banget tadi." Gadis itu merengek lagi.

"Iya makanya harus berdoa, Ara pernah dengar keajaiban bukan? Kekuatan doa itu kuat, nak."

Gadis itu langsung mengangguk, mengangkat kedua tangannya dan mulai berdoa di dalam hati.

Fikram gelisah lagi, pasalnya hampir satu jam dan tim dokter masih saja menangani Nafis.

"Rara pengen Umi, Om"

*
*
*

"Hampir dua jam, Mas! Harus lapor polisi, aku nggak bisa diam seperti ini!"

Wanita itu sungguh frustasi, satu jam lebih ia dan Furqan berkeliling Rara dan Nafis belum saja ditemukan. Kini mereka sedang berada di rumah Aisya,

"Duduk dulu, Sya. Tenang" Uminya berucap.

"Nggak bisa, Umi. Mereka berdua diluar sana, jalanan rame banget. Terus kalau mereka benar-benar di culik? Astagfirullah"

"Oke, kita lapor polisi. Tapi kamu tenang dulu__"

Drutt drutt drutt

Furqan meraba ponselnya yang bergetar di dalam saku. Ia menatap heran, nomor tidak dikenal. Segera ia angkat panggilan itu.

"Siapa mas?"

"Hallo..."

"_"

Aisya terdiam, mencoba mencuri dengar pembicaraan Furqan. Matanya langsung membulat ketika mendengar suara gadis kecil dari seberang sana.

"Umii..Adek pengen peluk Umi" Tangisnya.

"Adek? Rara dimana, nak? Kenapa nangis? Abang mana?" Tanyanya bertubi-tubi.

Furqan menjauhkan ponselnya dari Aisya, meminta wanita itu agar diam terlebih dahulu.

"Oke, Anda Share lokasi sekarang." Furqan berkata sambil mematikan sambungannya.

Furqan menatap Aisya,

"Kita berangkat sekarang, Tante ikut?" Tanya Furqan pada Salma.

Wanita tua itu menggeleng, kesehatannya semakin berkurang beberapa tahun belakangan.

"Aku pergi dulu, Mi. Doain semoga semua baik-baik saja" Aisya mencium tangan Uminya.

"Amin, Allah selalu bersama kita."

*
*
*

"Rumah sakit?" Aisya bertanya kepada Furqan yang sedang memarkirkan mobilnya.

Furqan sama khawatirnya, pria itu mengangguk pelan. Menatap Aisya sebentar.

"Tenang dulu, Kita pasrahkan semua sama Allah. Semoga anak-anak aman"

Wanita itu mengangguk seraya mengamini doa Furqan. Furqan meraih ponselnya, menelpon pria yang menghubunginya tadi.

MENIKAHLAH lagi suamiku (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang