19. Istri Macam Apa Aku?

25.1K 1.3K 48
                                    

Pada setiap tarikan nafasku,berlaku takdir Allah atas dirimu.
Ibnu Athhailah.
_______________________________________

Mata hari tenggelam di ukuf barat,ikut membawa cahaya jingga pergi bersamanya,malam datang membawa kegelapannya.

Seorang gadis telah selesai menyiapkan jamuan makan malam untuk acara nanti malam.
Ia sudah menghubungi keluarga besarnya agar datang malam ini.
Setelah semuanya rampung,gadis itu beranjak menuju kamar mandi,untuk membersihkan diri.
Sepuluh menit kemudian,ia sudah selesai dengan mandinya,dan langsung melaksanakan sholat magrib.

Gadis itu duduk di atas meja riasnya.ia menatap wajahnya sendiri lewat pantulan cermin da hadapannya.

Benar kata orang cantik itu relatif,cantik menurut abinya belum tentu menurut suaminya, Fikram.

Pandangannya kosong ke depan,raut wajahnya menampakkan ekspresi datar.
perlahan ia mengambil bedak tabur yang berada di atas nakas,dan mengusapkan bedak itu ke wajahnya,bibir pink alami itu di berinya sedikit pelembab agar tidak terlihat pecah-pecah.

Tentu dandanannya terlihat begitu alami,dan baby face.dibandingkan dengan berliana yang lebih berkesan agak menor.

Aisya sudah cantik dengan gamis syar'i berwarna navy dan khimar warna senada ia kenakan.
ia tak ingin terlihat tidak baik-baik saja di depan Umi,bunda dan ayahnya.

Dengan Anggun ia melangkah hati-hati menuruni anak tangga.Ia mencoba mempersiapkan diri untuk nanti.

Setelah menunggu beberapa saat, terdengar suara seseorang menekan bel dari arah pintu,seulas senyum terbit di wajah gadis itu.
Dengan langkah terburu-buru ia berjalan menuju pintu.

Aisya membuka pintu,menampakkan seorang wanita paruh baya yang begitu cantik dengan khimar panjang yang ia kenakan.

"Umiii!!" teriak gadis itu,seperkian detik ia langsung menghambur kedalam dekapan wanita terhebat dalam hidupnya itu.

"Aisya rindu,sungguh umi" lanjutnya.

Malaikat terlihat itu mengusap rambut anaknya dengan pelan.Sungguh demi Allah,ia jauh merindukan anaknya saat ini.Senyum bahagia tak terlepas diwajahnya.

"Umi jauh lebih merindukanmu sayang."

"Ayo umi,masuk!"

Uminya mengangguk,dengan langkah beriringan mereka masuk kedalam rumah,Aisya membawa uminya menuju ruang tamu.

"Suamimu mana Sya?" Tanya Salma pada anaknya.

Aisya berusaha bersikap se normal mungkin.

"Sedang di atas mi,masih beres-beres sepertinya.Sebentar lagi mungkin selesai"

Salma mengangguk paham.

"Umi haus?Sebentar ya Aisya ambilkan minum dulu"

"iya nak"

Beberapa saat berlalu,Aisya datang dengan secangkir teh di atas nampannya,disaat yang bersamaan Fikram datang menuruni anak tangga.

Salma memperhatikan kedua anaknya itu,seulas senyum terbit kala melihat Fikram dan Aisya yang bertemu di pertengahan jalan.
Fikram langsung tersenyum ke arah Aisya dan mengambil alih nampan yang Aisya bawa.

"Biar aku yang bawa untuk umi ya,"

Aisya masih menatap tak percaya,benarkah ini Fikram?ia menelan salivanya dengan susah payah.Senyuman yang di tampilkan Fikram membuatnya terpedaya,jantung gadis itu berpacu dengan kuatnya,ia masih terpaku di tempatnya.

Ini bentuk perhatian kecil yang Fikram berikan,tapi berefek luar biasa pada gadis itu.
Detik berikutnya Aisya tersadar,apa yang ia alami barusan tak lebih dari sebuah sandiwara yang ia ciptakan.

MENIKAHLAH lagi suamiku (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang