Wartawan sudah memenuhi sepanjang jalan menuju istana negara saat Haidar dan keluarganya sampai disana. Bahkan jalan yang sudah disterilkan agar tidak dilewati kendaraan umum sudah penuh sesak oleh wartawan dari berbagai televisi swasta dan nasional juga jurnalis dari koran atau portal berita online untuk meliput acara hari ini. Karena acara pelantikan menteri hari ini memang disiarkan secara langsung melalui saluran televisi secara serempak. Maka dari itu setiap wartawan dan jurnalis yang hadir berlomba-lomba untuk menjadi yang terdepan agar mendapatkan tangkapan layar terbaik dan bisa mewawancarai para tamu undangan yang hadir secara eksklusif.
Saat baru menginjakkan kaki keluar dari mobil Kartika membisikkan sesuatu di telinga Haidar, "Senyum Dek yang lebar. Biar keliatan bahagia." Haidar yang mendengar hanya memutar bola matanya, hal sepele seperti itu dia sudah paham dan tahu betul tanpa perlu ibunya memberi tahu.
"Iya tau, ntar nih Haidar bakal senyum sampe mulut robek." balasnya.
"Senyum manis Dek, bukan senyum ala Joker. Biar satu Indonesia pingsan liat senyum kamu dari layar tv." Kartika turun dari mobil menyusul putra bungsunya. Ada Dion dan sang ayah, Herawan juga di sana.
"Iya ibu, Haidar tau kok. Haidar emang paling ganteng kalo senyum. Tapi kasian juga kalo sampe bikin se-Indonesia pingsan semua."
"Mundur Dar," Dion menarik Haidar yang berdiri terlalu ke depan.
"Kenapa? Gantengnya adek kelewatan?" Haidar dengan percaya dirinya.
Dion tersenyum terpaksa, mau menampar adiknya tapi banyak wartawan dimana-mana nanti bisa jadi kasus dan heboh, 'Soesanto bersaudara saling tampar di depan istana negara saat pelantikan. Alasannya karena sang kakak muak dengan adiknya yang udik', kan kalau sampai ada headline berita seperti itu di portal online atau koran atau televisi bisa-bisa keluarga besar Soesanto menanggung malu sepanjang sejarah peradaban manusia di muka bumi. Dion hanya menahannya dan menyimpan rasa muaknya dalam hati untuk saat ini, lain kali akan dia lampiaskan pada Haidar jika tidak ada kamera, wajahnya kini harus tetap tersenyum. Agar Indonesia tahu bahwa senyum indah seorang Dion Arkana Soesanto itu ada dan dapat mencairkan hati manusia manapun yang membeku.
Mereka satu keluarga berbaris menghadap juru kamera di depan, berpose formal dan melambaikan tangan sebelum berjalan menuju gedung istana yang sudah dibuat jalur seperti red carpet. Para wartawan belum diizinkan untuk melakukan wawancara atau sekedar mengajukan pertanyaan, karena sebelumnya sudah diberitahukan oleh penyelenggara akan ada sesi wawancara tersendiri setelah acara pelantikan selesai. Namun yang namanya wartawan akan terus berusaha mengajukan pertanyaan jika ada kesempatan. Meskipun tidak ada kemungkinan pertanyaan mereka akan dijawab.
"Bapak Herawan bagaimana persiapan bapak untuk pelantikan hari ini?!"
"Apa ada hal khusus untuk pelantikan kali ini pak Herawan?!"
"Bapak bisa jelaskan bagaimana perasaan bapak hari ini?!"
"Ibu Kartika apa pendapat anda mengenai terpilihnya suami anda sebagai menteri dalam negeri untuk kedua kalinya?!"
"Bisa dijawab pak bu pertanyaannya?!"
Suara riuh wartawan yang saling melemparkan pertanyaan membuat telinga Haidar sedikit pengak.
Haidar tetap tersenyum, dia terlihat mencolok dengan tuxedo-nya. Hari ini dia benar-benar mengenakan setelan itu dan tidak lupa dengan dasi kupu-kupu yang melilit cantik di kerah lehernya. Herawan mengenakan jas hitam resmi dengan kemeja putih di dalamnya dan dasi berwarna merah terang seperti warna bendera Indonesia. Di sampingnya Kartika mengenakan kebaya berwarna merah gelap dengan motif rumit dan juga sanggul di kepala. Tidak lupa high heels setinggi sembilan senti yang membungkus kaki jenjangnya. Orang mungkin akan mengira ibu dua anak ini adalah model atau aktris.
![](https://img.wattpad.com/cover/199583095-288-k130162.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
From Me, the Sun [TELAH TERBIT]
ФанфикJatuh cinta dengan orang tengil adalah tragedi paling menyenangkan.