30. BAD LIAR

7.5K 1.2K 467
                                    

Seperti de facto yang membuktikan bahwa ibu-ibu akan meninggalkan tempat kondangan setelah selesai makan prasmanan atau singkatan populernya SMP; sudah makan pulang. Maka di Garuda ada versi lain yang serupa yang dibuktikan oleh Bu Endang dengan mata kepalanya sendiri. Mitos yang pernah didengarnya suatu hari mengatakan bahwa salah satu murid kesayangannya akan meninggalkan sekolah setelah selesai makan siang di kantin. Anak itu akan kabur dari sekolah untuk membolos pelajaran tepat saat bel tanda istirahat berakhir berbunyi. Seperti rutinitas, kegiatan kabur dari sekolah ini dilakukan tiga kali dalam seminggu. Entah kabur hanya untuk menghindari satu mata pelajaran yang tidak diminatinya lalu kembali lagi ke sekolah, atau kabur dari sekolah tanpa niatan untuk datang kembali hingga jam pelajaran usai.

"Haidar? Hati-hati Nak kakinya tersangkut di pagar," tegur Bu Endang yang memergoki murid kesayangannya sedang memanjat pagar belakang sekolah guna membolos.

Haidar hampir terjatuh saking terkejutnya, untung saja kedua tangannya berpegang erat pada besi pagar yang menjulang setinggi tiga meter.

Mimpi apa dia semalam aksinya ini tertangkap basah oleh guru yang termasuk dalam jajaran killer di Garuda. Mampus kau Haidar!

"Ibu bikin kamu kaget ya?"

Haidar berkeringat dingin. Namun tetap mengangguk sebagai jawaban. Dirinya sudah mirip koala yang bergelantungan di pohon, bedanya dia bergelantungan di pagar besi.

"Mau kabur dari sekolah kamu?"

Haidar menekuk lututnya untuk menahan beban tubuh atasnya agar seimbang dan tidak terlalu condong ke depan, mencegah tubuhnya terjun bebas. Bisa gawat kalau jatuh, pasti sakit. "Iya nih, Bu. Hehe," jawabnya sambil cengengesan.

"Tapi nanti balik lagi ke sekolah kan?" tanya Bu Endang.

"Iya Bu, gimana?"

"KAMU BALIK LAGI KE SEKOLAH?!" Bu Endang meninggikan volume suaranya agar telinga Haidar mendengar dengan jelas.

"Eh iya Bu, pasti balik lagi kok. Cuma mau beli pensil kelap kelip di fotokopian Cak Pipin. Soalnya di kopsis nggak sedia pensil kelap kelipnya." Alasannya.

"Pensil kelap kelip?" Bu Endang sedikit mengerutkan keningnya, baru pertama kali mendengar pensil kelap kelip, "ya sudah sana, yang penting jangan lama-lama." putusnya mengijinkan.

"Sip, Bu. Makasih udah diijinin."

Akhirnya terjawab sudah, Bu Endang memegangi dagunya sambil bergumam, "Ternyata mitosnya benar...." Mitos yang pernah didengarnya, yang selalu membuatnya penasaran dan ingin sekali dibuktikan kebenarannya.

"Mitos?" Haidar masih belum turun dari pagar, dia sedang berusaha melepaskan kaki kanannya yang tersangkut pada besi yang berbentuk spiral.

"Adalah, kamu nggak perlu tau. Sudah sana buruan pergi. Nanti keburu ketauan sama Pak Edi kamu bisa dimarahin. Terus pensil kelap kelip yang kamu mau itu jadi nggak kebeli."

Haidar meringis lebar. Bu Endang percaya di dunia ini ada pensil kelap kelip yang tadi disebutnya asal hanya untuk alasan melarikan diri semata, padahal Haidar sendiri sebenarnya belum pernah melihatnya secara langsung. Tapi Haidar yakin pensil itu ada, karena salah satu saudara sepupunya yang masih TK gemar sekali mengoleksi pensil kelap kelip itu--seperti yang diceritakan Ibunya sehabis pertemuan keluarga minggu lalu.

Maaf ya Bu, Haidar bohong. Semoga Ibu panjang umur.

"Bu Endang memang yang paling top, paling pengertian pokoknya. Ai lop yu, Bu!"

"Eh! Tapi jangan lupa ya, besok sore kamu bantu Ibu ngajar materi tambahan ke adek kelas kamu yang bulan depan ikut olimpiade?"

"Siap, Bu! Laksanakan!"

From Me, the Sun [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang