Setelah presentasi hari itu Haidar tidak banyak bicara kepada tiga curut yang memanfaatkan dirinya untuk sekedar mendapatkan nilai.
Jimmy, Juno, dan Saddam juga tidak peduli Haidar mendiamkan mereka. Toh tidak ada ruginya. Malah sesekali menjadi hiburan untuk mereka, karena ngambeknya Haidar itu lucu dan mengundang tawa.
Seperti sekarang, mereka sedang berkumpul di kantin. Awalnya Haidar menolak saat diajak ke kantin bersama, tapi ujung-ujungnya anak itu kini duduk manis diantara mereka di salah satu bangku. Menyeruput es jeruk gratisan yang Chalvin beli. Dasar.
"Tumben Dar ngga makan bakso? Biasanya udah abis dua mangkok?" Juno memandangi Haidar yang memainkan ponselnya sambil menikmati segelas es jeruk tanpa makanan pendamping.
"Bangkrut gue, duit gue diambil bang Dion semua." katanya. Mengingat insiden di mall saat membeli parfum malam itu, begitu sampai rumah Haidar ditodong untuk ganti rugi oleh Dion. Dipaksa mentransfer uangnya kembali malam itu juga, detik itu juga. Dan jadilah Haidar yang sekarang, bangkrut.
Sebenarnya uang sejumlah itu tidak terlalu memusingkannya, tapi masalahnya kartu atm-nya yang lain sedang dalam masa tahanan. Alias disita ibunya karena dia terlalu sering keluar masuk BK akhir-akhir ini. Nasibnya buruk sekali.
"Mau gue beliin bakso ngga?" tawar Juno. Haidar langsung mendongak bersemangat.
"Sekalian sebagai tanda minta maaf gue karena ngga bilang ke lo hari itu gue ada dispen. Hehe," lanjut cowok bermata sipit itu dengan senyum manis diwajahnya.
"Oke, gue maafin. Beliin lima mangkok kalo mau dosa-dosa lo gue ampuni sekalian." definisi dikasih hati malah minta jantung. Ngelunjak.
"Kampret lo Dar." kata Juno tapi tetap menurut saraya berdiri menuju stand tukang bakso.
Di meja pojok seperti biasa mereka sibuk berceloteh tentang banyak hal. Dari yang awalnya membahas pelajaran, video game, sampai cewek cantik idaman. Semuanya digosipkan.
"Anak kelas sepuluh yang namanya Susi naksir sama bang Jimmy loh." adu Jean melaporkan informasi dari teman-teman seangkatannya.
"Jelas lah, gue ganteng." kata Jimmy penuh percaya diri.
"Liat sebelah kiri lo Jim." suruh Haidar dan Jimmy menurut.
"Apaan?"
"Lo liat apa?"
"Muka lo lah!" kata Jimmy pada Haidar.
"Nah, jangan ngaku ganteng kalo muka lo belum kayak muka yang lo liat sekarang." inilah cara lain Haidar menyombongkan ketampanannya sendiri.
Jimmy membuang muka, "Sungguh memuakkan."
"Buat apa sih muka ganteng kalo hatinya enggak?" celetuk Saddam.
"Setuju bang!" Chalvin mengacungkan jempol tinggi-tinggi.
"Ganteng ngga jaminan baik dan banyak yang suka. Yang paling penting itu hati wahai teman-temanku. Cowok itu asal hatinya baik pasti ada cewek yang suka." Saddam tersenyum lebar hingga membuat ujung matanya ikut berseri.
"Tapi kok lo masih sendiri sih?" Haidar memasang ekspresi tengilnya.
"Komitmen gue buat sendiri." Saddam menjawab.
"Halah, bilang aja ngga laku susah amat."
"Dar lo ngeselin banget asli. Pengen nimpuk!" Saddam mengangkat gelas minumnya dengan tangan kanan hendak melemparnya ke wajah Haidar.
Haidar menjulurkan lidahnya tidak peduli, memang dia itu suka sekali bikin kesal dan jago sekali membuat mood ancur berantakan.
"Sabar Bang Saddam, Bang Haidar jangan diladenin nanti malah tambah rese." Chalvin menepuk bahu Saddam agar cowok itu membiarkan Haidar. Masalahnya kalau Haidar terus ditanggapi anak itu akan makin usil kelakuannya. Jadi lebih baik dibiarkan, jangan dihiraukan. Tapi yang namanya godaan setan terkutuk susah sekali dilawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Me, the Sun [TELAH TERBIT]
Fiksi PenggemarJatuh cinta dengan orang tengil adalah tragedi paling menyenangkan.