Musik EDM masih menghentak menulikan telinga. Lampu masih gemerlap berkelap kelip. Suara riuh rendah tawa terdengar memenuhi ruangan. Dentingan suara gelas beradu membuat suasana semakin memabukkan tanpa harus meneguk alkohol.
Mereka duduk di bar dekat lane bowling. Mengobrol hal ini itu sambil menikmati makan dan minum juga sesekali bermain bowling. Kalau bosan tinggal mengambil stik panjang dan bermain bilyar. Ditempat ini semua dipermudah untuk mendapatkan kesenangan.
Dion dan Haidar duduk berseberangan. Mereka awalnya duduk bersebelahan, namun karena seleksi alam semua kursi disamping Haidar berubah dihuni oleh kaum hawa. Dion tersingkir secara perlahan namun pasti. Pergeserannya cukup signifikan karena kini mereka malah berseberangan dari yang awalnya bersebelahan.
"Sepopuler ini adek lo Yon, kalah lo." ledek Iwan.
"Kalah sama anak SMA," Owen ikut mengompor.
"Njir, masih populer gue kamana-mana." sanggah Dion. Tidak mau dibandingkan dengan adiknya, Haidar. Karena jelas levelnya pun berbeda.
"Akui aja kali, Haidar lebih karismatik." Iwan lagi-lagi meledek.
"Dari segi mananya?" Dion mengangkat satu alisnya tinggi-tinggi saat bertanya pada Iwan.
"Banyak hal, tapi satu yang pasti. Cewek-cewek suka sama dia, hahaha." kata Iwan membuat Dion mendengus.
"Bener kali, baru kali ini ada anak SMA bisa narik perhatian cewek-cewek fakultas kita. Susan, Meta yang seleranya tinggi banget aja sampe kepincut. Hebat adek lo Yon, gue mau berguru sama dia nanti." Iwan berceloteh tentang hal yang malas sekali Dion dengarkan.
"Sesat yang ada," kata Dion.
"Eh, btw si Haidar punya pacar engga tuh?" saking keponya Iwan pun bertanya.
Dion melirik Haidar yang dikerubungi cewek-cewek teman satu fakultasnya, "Cowok sepopuler itu ngga mungkin jomblo kan?" baliknya bertanya, dengan menekankan kata 'sepopuler itu'.
"Iya juga sih, ngga mungkin jomblo. Pasti pacarnya banyak." tebak Iwan dengan menambahkan bumbu garam.
"Pacarnya satu," kata Dion meluruskan sebelum adiknya dicap yang tidak-tidak.
"Satu?" Owen tidak percaya.
"Satu lah," tegas Dion, "gitu-gitu dia masih adek gue. Gen 'setia' pasti ada meskipun ya gitu." imbuhnya.
"Kasian banget lo masih jomblo, padahal adek lo gampang banget ngegaet cewek." Owen merasa prihatin.
"Tai," kesal, Dion pun kelepasan mengumpat.
Iwan dan Owen tertawa renyah. Memang benar rumor yang beredar. Soesanto bersaudara memang unik. Keduanya memiliki sifat yang sangat bertolak belakang tapi serasi satu sama lain. Benar-benar kombinasi unik yang sempurna.
"Nyokap bokap lo secakep apa dah? Kok bisa anaknya visualnya mantul semua gini?" Iwan lama-lama kepo setengah mati. Dia yang biasanya tidak banyak bertanya berubah menjadi bacot luar biasa.
"Cari aja di google, males banget jelasin. Ntar dikata sombong lagi." ujar Dion.
"Gue daftar jadi Soesanto bersaudara boleh ga nih? Abisnya ngiri parah si gue. Siapa tau gue bisa langsung cakep begitu pake nama Soesanto dibelakang nama gue." kata Iwan lagi mulai ngelantur.
"Punya sodara satu aja capek, nambah satu lagi lo, mending gue resign jadi anak nyokap bokap." kata Dion sambil menyeruput minumnya.
"Jingan," Iwan kesal juga mendengar jawaban Dion.
Dion tidak lagi menanggapi, dia harus mengawasi adiknya. Rubah licik satu itu kalau tidak diawasi bisa berbahaya.
"Yon?" panggil Iwan.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Me, the Sun [TELAH TERBIT]
FanficJatuh cinta dengan orang tengil adalah tragedi paling menyenangkan.