17. HOW TO BE ADARA?

11.3K 1.7K 122
                                    

Maaf ya kemarin malem minggu ga update..
Doakan nulisanya lancar terus
Selamat membaca <3


●HAIDAR●


Adara sedang duduk di bangkunya dengan Sila dan Veya yang sibuk memperdebatkan lebih ganteng siapa di antara Dion dan Jayㅡkakak kandungnya. Perdebatan tidak penting itu sudah berlangsung sejak setengah jam lalu.

"Lo berdua bisa diem nggak sih?" Adara tidak sanggup lagi mendengar lebih lama perdebatan kurang bermutu tersebut.

"Dar, Sila bilang Bang Jay lebih ganteng dari Bang Dion! Nggak mungkin lah ya! Jelas Bang Dion lebih ganteng!" Veya membela, cewek itu fans garis keras Dion Arkana Soesanto.

"Veyaaaaa! Bang Jay jelas lebih ganteng daripada Bang Dion! Bang Jay itu level gantengnya udah saingan sama malaikat! Nggak bisa di bandingkan sama Bang Dion yang manusia biasa!" Sila bersikeras, berpihak di kubu Jay Dominic Anderson. Manusia tampan yang katanya blasteran surga, padahal blasteran Indonesia-Belanda.

Adara yang mendengarkan hanya menggaruk ujung telinganya gatal. Belum tahu saja kelakuan Jay ketika dirumah. Adara jadi prihatin kepada Sila karena terlalu mendewakan abangnya.

"Bang Dion bukan manusia biasa! Dia itu malaikat tanpa sayap! Dia nyamar jadi manusia di bumi! Jangan seenaknya ya ngomongin Bang Dion!" Veya meninggikan volume suaranya, tidak terima cowok yang dikagumi dan ditaksirnya dikatai 'manusia biasa' oleh Sila.

"Udah si, gitu aja ribut." Adara mencoba menengahi.

"Nggak bisa Dar! Bang Dion itu udah yang paling ganteng sejagat raya! Sorry aja abang lo nggak bisa disandingkan dengan Bang Dion!" Veya semakin menggebu-gebu tak mau dikalahkan.

"Udah dibilang Bang Jay itu yang paling ganteng setata surya! Nggak usah ngada-ada deh lo Vey!" Sila memajukan tubuhnya menatap Veya garang. Seperti induk kucing yang anaknya diserang musang.

"Bang Dion!" Veya membentak.

"Bang Jay!" Sila membalas.

"DION!"

"JAY!"

Adara menghela nafas jengah, "Mau Bang Jay yang paling ganteng kek, mau Bang Dion yang paling ganteng kek, toh dua-duanya abang gue. Nggak masalah mana yang lebih ganteng, dua-duanya ganteng dan abang gue." pamer Adara karena kedua cowok yang sedang didebatkan adalah miliknya.

"Anjir," Veya duduk lemas dikursinya, Adara sialan.

"Tukeran takdir yuk, Dar?" Sila mengajukan permintaan konyol pada Adara.

"Abang kandung lo secakep Bang Jay, pacar lo secakep Haidar, calon abang ipar lo secakep Dion, temen-temen lo secakep Juno, Jimmy, Saddam. Temen-temen abang lo secakep Bang Tama, Bang William, Bang Lukas, Bang Mark. Bokap lo cakep, calon bapak mertua lo juga cakep. Di kehidupan sebelumnya lo pernah jadi penyelamat semesta apa gimana? Nasib lo mujur amat. Sialan, bikin iri aja." Veya semakin meratapi nasibnya yang berbanding terbalik dengan Adara.

"Enak ya jadi Adara." Sila menatap Adara iri.

"Kayaknya dulu gue jadi pengkhianat bangsa deh di kehidupan sebelumnya, makanya nasibnya nggak semujur Adara." Veya menyangga dagunya dengan tangan kiri, semangat menggebunya saat berdebat dengan Sila menguap begitu saja dan tergantikan dengan rasa prihatin pada kehidupannya sendiri saat membandingkannya dengan kehidupan Adara.

"Jangan-jangan dulu gue adalah bandar judi atau sejenis pelakor di kehidupan sebelumnya, makanya sekarang hidup gue flat, nggak kayak chitato." Sila menyandarkan kepalanya pada pundak Adara. Yang jadi sandaran malah tertawa.

From Me, the Sun [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang