40. LIKE US

3.7K 905 237
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Tu anak lagi ngapa?"

Juno menoleh ke belakang. Memandangi Haidar dan Jimmy bergantian, "Maksud lo dia?" tunjuk Juno pada Jimmy yang sedang berbicara sendiri di depan kamera.

Haidar mengangguk. Luka dan lebam di wajahnya sudah diobati. Meski noda darah di seragamnya masih tersisa. Tapi dia sudah lumayan tidak apa-apa kecuali bekas kebiruan di beberapa bagian tubuh dan wajahnya. Sakit sih dikit, tapi masih bisa ditahan.

"Lagi bikin video kampanye." jawab Juno menjelaskan apa yang tengah Jimmy lakukan.

"Mau nyaleg dia?" Haidar membelakangi pagar pembatas atap. Menatap lurus ke arah laki-laki berseragam Garuda yang dibalut jaket biru dongker dengan logo FAN--Forum Anak Nasional-- di dada kirinya.

"Bukan kampanye yang itu." Juno melirik Haidar berang. Yakali?

"Ngomong sendiri, senyum-senyum nggak jelas ke kamera. Sehat kan temen lo?"

"Temen lo juga, anying." Juno menukas.

"Oh, iya."

Tanpa Juno ketahui, Haidar tersenyum dalam diamnya. Bahagia dengan pemikirannya sendiri. Masih dianggap, teman katanya.

"Kampanye apaan?" Haidar membuka pertanyaan lagi. Supaya tidak terlalu sunyi antara dia dan Juno, karena hanya ada mereka berdua saja yang berdiri bersisian di pembatas pagar.

"Kampanye anti bullying. " Juno menjawab setahunya.

"Hmm," Haidar bergumam panjang, "anti bullying, ya?"

Juno mengangguk.

"Jimmy Neutron! Kenapa nggak rekam videonya di ruangan aja?" Teriak Haidar kencang agar suaranya bisa menjangkau Jimmy yang ada di tengah atap. Namun setelahnya dia menyesal, karena ujung bibirnya makin perih setelah dia berteriak dengan terlalu lebar membuka mulutnya.

Jimmy memicingkan matanya silau, "Nggak ada efek angin sepoi-sepoinya! Cakepan disini! Biar rambut gue terbang-terbang kece badai! Sexy~"

Haidar dan Juno berpandangan sesaat. "Beneran kurang sehat dia." lanjut Haidar. Juno kembali mengangguk setuju.

Haidar berganti menengok ke arah kanannya. Di pojokan ada Saddam sedang berjongkok sambil memegangi ponselnya kuat-kuat. Mulutnya sibuk berkomat-kamit. Haidar mengerutkan dahi bingung dengan apa yang sedang cowok itu lakukan. Nahan berak?

"Dia lagi kenapa?"

Juno ikut mengalihkan perhatiannya pada Saddam, "Lagi tertekan."

Haidar mengangkat alisnya, "Seorang Saddam?"

"Katanya kemarin dia abis setor hafalan baru ke bokapnya. Tapi pas dites ulang juz-juz sebelumnya, ada surat yang kelupaan. Depresi dia jadinya."

"Pak Zul marahin dia?"

From Me, the Sun [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang