39. MONSTER

3.7K 928 316
                                    

What if I, what if I trip?
What if I, what if I fall?
Than am I the Monster?
Just let me know

What if I, what if I trip?What if I, what if I fall?Than am I the Monster?Just let me know

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Di dunia ini selain manusia, yang paling menakutkan lainnya adalah rumor. Hanya dengan sekecap rumor belaka seseorang dapat membunuh meski tanpa perlu menghunuskan pisau.

Rumor menyebar merebak menimbulkan rumor-rumor lainnya. Menjadi berita palsu yang kian hari menghantui kehidupan seseorang. Sedikit demi sedikit menghancurkan. Rumor bisa tumbuh senilai dengan satu nyawa manusia.

Dan bagi mereka yang munafik, rumor adalah senjata untuk unjuk kebolehan. Waktunya menindas dengan berlagak sok paling hebat sedunia.

"Gimana sekarang? Bahagia sama mas pacar?"

Gadis berseragam putih abu-abu keluar dari bilik pojok kamar mandi dan berakhir di depan wastafle mencuci kedua tangannya. Pandangannya usil. Terlihat sekali ingin mengusik.

Yang ditanya tersenyum lebar, "Bahagia, lah. Udah jelas tanpa perlu ditanya."

"Oh, ya?" Si gadis tidak mau kalah, mencipratkan sisa air di kedua telapak tangannya lalu menyelipkan anak surainya ke belakang telinga, "Kayaknya nggak akan bahagia, deh. Buktinya kalian nggak punya temen. Untung deh dulu gue nggak jadi sama Haidar. Ada untungnya juga dia nolak gue." Lalu terdengar tawanya yang menyakitkan telinga.

Adara jadi ikut terkekeh pelan, "Itu sih lo-nya aja yang nggak banget sampe di tolak Haidar. Soal gue sama Haidar yang nggak punya temen atau apapun itu kan bukan urusan lo. Intinya lo nggak perlu khawatirin gue dan pacar gue. Jangan buang-buang waktu berharga lo, ngerti Sinta?"

Sinta menghapus senyumnya. Wajah sinisnya mendominasi, "Ya ya ya, terserah. Gue akui mungkin waktu itu gue tolol sesaat karena pernah suka Haidar sampe ngemis-ngemis perhatian ke dia. Tapi sekarang gue merasa super bahagia, karena pacar dia bukan gue, tapi elo. Selamat hidup sengsara bareng cowok lo yang sok berharga itu. Haidar emang ganteng, tapi buat apa kalo keluarganya dia kaya sampah? Nyusahin yang ada."

"Jaga mulut lo, gue ini orangnya nggak sabaran loh." Adara memperingatkan.

"Bener kan? Lo nggak baca berita emang? Bokapnya dia itu satu kubu sama koruptor-koruptor itu! Makan duit haram! Gila si Haidar! Hahaha!" Sinta tertawa teramat puas. Menggelegar.

Adara ikut tertawa getir, masih mencoba mengulur tali kesabarannya, "Lo siap mati hari ini ya berani ngomong begitu? Hahaha!"

"Loh, gue kan mencoba bicara apa kenyataannya." elak Sinta membela diri, "Denger-denger bokapnya si Haidar terancam masuk penjara, ohh, kabar baik, berarti biar sekalian membusuk aja di dalem sel. Iya kan? Lo pasti setuju? Manusia korup yang suka makan duit haram kan emang harus di hukum setimpal? Iya, kan?" Sinta mengerjapkan kedua kelopak matanya, nampak berbinar.

From Me, the Sun [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang