Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Haidar duduk di kursi kayu di dalam perpustakaan. Di depannya sudah ada Jimmy dan Yoshua yang turut duduk sambil berpura-pura membaca buku. Ingin terlihat seperti pelajar teladan namun gagal total karena buku saja diletakkan terbalik. Terlebih buku yang mereka ambil secara asal di rak buku adalah majalah fashion remaja. Murid teladan mana yang membaca majalah di dalam perpustakaan? Dari tampang saja mereka tidak cocok untuk menjadi murid baik-baik, apalagi jika dilihat dari kelakuannya. Bermimpilah kalian menjadi murid teladan.
"Oke, stop gimiknya."
Yoshua mendongak dan menutup buku. Menggeser kamus bahasa Jerman yang tadi sempat diambilnya sembarang untuk mengelabui penjaga perpustakaan. Penjaga perpus sekolahnya lumayan garang, bila datang ke perpustakaan bukan untuk membaca buku atau belajar mereka bisa diusir dari sana. Peraturannya ketat, mengingat kebanyakan murid hanya numpang ngadem di perpustakaan yang ber-ac dan memiliki pengharum ruangan. Alhasil perpustakaan bukannya dijadikan tempat untuk belajar, malah digunakan sebagai tempat ngerumpi dan leyeh-leyeh. Makanya peraturan ketat dibuat agar yang benar-benar ingin belajar di perpustakaan tidak merasa terganggu karena bising.
"Lo mau tau tentang Sinta kan?"
Haidar dan Jimmy mengangguk. Niatnya berkumpul disini memang untuk menggali informasi. Kemarin Yoshua sudah mencari tahu latar belakang murid pindahan dari SMA Saraswati itu, yang namanya Sinta tapi bukan teman Jojo dan kayaknya tidak suka makan sosis.
"Karena dia dari Saraswati jadi gue telusuri siapa dia dan apa gerangan motifnya pindah kesini," Yoshua menjeda, "nggak ada yang spesial dari keluarganya. Orang tua pegawai kantoran dan adik cewek yang masih SD, keluarganya b aja. Tapi dia ternyata keponakannya Pak Budak, si wakasek." Budak, singkatan dari Budi Dakrojat, wakil kepala sekolah SMA Garuda.
"Oh, pantesan bisa pindah di tengah semester. Pake koneksi toh." saut Jimmy sambil memangku wajahnya dengan tangan.
"Iya emang pake koneksi," Yoshua membetulkan, hening sejenak dia memasang wajah seriusnya untuk menarik perhatian Haidar dan Jimmy, lalu bertanya, "lo mau tau apa yang bikin gue kaget pas nyari tau soal dia?"
"Mau," Haidar mengangguk cepat, ekspresinya seperti kelinci yang menggemaskan jika ditawari wortel segar. Mengharap dengan penuh.
Yoshua memberi tatapan intens kepada Haidar dan Jimmy bergantian, "Sinta mantan pacarnya Gilang."
Tidak ada jawaban, hanya ada ekspresi wajah Haidar dan Jimmy yang berubah kaku. Nama yang pantang disebut itu keluar dari mulut Yoshua begitu saja. Kenapa dari sekian manusia harus selalu bersangkutan dengan Gilang? Yang tadinya tidak mau berprasangka buruk pun jadi menaruh curiga pada murid pindahan itu.
"Mereka putus belum lama, dan nggak tau juga alasannya apa. Gue nggak tau sampe sejauh itu. Tapi kayaknya mereka berdua udah nggak saling berhubungan lagi, nggak pernah ketemuan." Jeda Yoshua, membiarkan pendengarnya mencerna informasi yang baru disampaikan, "tapi karena mereka nggak pernah ketemu lagi jadi kita nggak perlu curiga berlebih sama murid pindahan itu, dari gayanya si nggak mungkin banget dia mata-mata. Tingkahnya rada bodoh." pungkas Yoshua, informan terpercaya dan paling akurat yang selama ini Haidar tahu.