Chapter 13| 🌷

1K 101 9
                                    

Setelah selesai menjawab panggilan telefon yang masuk padanya, Daniel tampak sekali seolah berusaha menetralkan deru nafasnya dan juga mengontrol emosi nya.

Ia sadar tak mungkin ia kembali duduk di sofa sebelah kekasih nya itu dengan wajah yang sangat jelas terlihat penuh dengan emosi yang tak terkontrol.

Daniel tak mengetahui jika sebelumnya Jaehwan sebenarnya telah sedikit mendengar percakapan yang di lontarkan Daniel dengan seseorang di telefon.

Perlahan Daniel mengambil langkah besar nya kembali duduk disamping Jaehwan.

"Kau tak apa ? Siapa yang menelfon mu ?" tanya Jaehwan langsung saat Daniel duduk disebelah Jaehwan ke posisi semula.

Daniel langsung menggelengkan kepalanya pelan, dan mengatakan bahwa yang menelfonnya hanya sekretaris nya yang berada di kantor menelfonnya.

"Apa ada masalah di kantor, karena kau mengambil cuti ?" tanya Jaehwan yang berusaha mencari tahu pada Daniel.

Daniel hanya tersenyum, dan menggelengkan kepalanya pelan.

Lagi lagi Daniel tak ingin menjelaskan permasalahan yang memang sebenarnya ada di kantornya.

Jaehwan menghela nafasnya pelan, ia tahu Daniel menutupi darinya.

"Baiklah ... aku percaya padamu, walaupun aku tak yakin dengan ucapan mu tadi," ucap Jaehwan sekenanya.

Seketika Daniel terdiam, ia tak tahu harus menjelaskan apa pada Jaehwan.

Disatu sisi ia ingin jujur pada Jaehwan, tapi disatu sisi lagi Daniel juga tak ingin memikirkan hal hal yang menurut nya tak perlu di fikirkan oleh Jaehwan sendiri tentunya, terlebih kondisi kehamilan Jaehwan yang rentan.

Setelah nya Jaehwan mengambil posisi nya yang nyaman dan menyenderkan kepalanya di dada Daniel.

Entahlah semenjak dirinya membuka hatinya dan menyetujui Daniel sebagai kekasihnya, Jaehwan tak enggan bermanja pada Daniel, sedangkan Daniel yang melihat Jaehwan mulai terbuka padanya tanpa kecanggunggan malah membuat kesenangan sendiri pada nya.

"Niel ... jika ada hal yang ingin kau berbagi padaku ... tak masalah ... aku tidak apa apa Niel ... kau juga manusia sama seperti ku," ucap Jaehwan yang lagi lagi membuat Daniel terdiam.

Sungguh Daniel tak pernah berfikir jika Jaehwan orang yang sempat tak mau didekati oleh nya justru kini sangat terbuka padanya, bahwa membuka tangannya lebar agar saling berbagi padanya.

"Ternyata kekasih ku sudah dewasa ya ...," lirih Daniel sekenanya dan setelah nya Daniel mengusak rambut, dan mengusap perut buncit Jaehwan.

"Baiklah aku akan jujur ... aku memang ada sedikit masalah di kantor, untuk itu dengan terpaksa besok aku harus ke kantor ... kau tak apa ?" ucap Daniel yang diakhiri dengan pertanyaan pada Jaehwan.

Manik Jaehwan sedikit berbinar, ia senang pada akhirnya Daniel mau mengatakan masalah nya pada dirinya.

"Aku tak masalah disini sendiri, kau selesaikan saja urusan di kantormu itu, baru setelah selesai kau pulang dengan senyuman diwajah mu, tidak merungut seperti tadi," ucap Jaehwan memalingkan wajahnya kearah Daniel sambil mengusap pipi Daniel.

Seulas senyuman tulus langsung terpatri di wajah Daniel.

Dengan cepat Daniel mengeratkan pelukan nya pada Jaehwan, namun tanpa menyakiti baby tentunya, dan mengecup kening Jaehwan.

"Terimakasih," ucap Daniel senang, yang di balas dengan anggukan kepala oleh Jaehwan.

"Kau tahu ... sebenarnya aku sempat kaget mendengar bentakan mu pada sekretarismu ... untung saja baby tak kaget seperti waktu itu," bisik Jaehwan di telinga Daniel yang setelah nya Jaehwan langsung terkikik pelan.

Baby ... Who is Your Daddy ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang