Chapter 27| 🪵🪵

297 29 0
                                    

Jaehwan yang kini sudah keluar dari tempat penginapan sebelumnya kini mulai sedikit meragukan langkah yang harus ia ambil. Di satu sisi mungkin sekarang adalah waktu yang tepat untuk ia benar benar kabur dari orang orang yang ia sayang, hanya saja jika ia mempertahankan keegoisannya itu maka itu sama saja ia telah mengabaikan bayi nya, karena bagaimanapun ia tak dapat terlalu egois dengan bayi nya bukan?

Bagaimana jika ia mengikuti ego nya akan ada hal buruk yang terjadi pada bayinya? Buktinya saja jika tadi saat ia sakit tak di rawat oleh Daniel, apakah memungkinkan untuk dirinya dan bayi nya dalam keadaan baik baik saja?

Kali ini ia harus tahu diri bahwa hidup bayi nya adalah yang paling penting untuk saat ini.

Dengan terpaksa Jaehwan kembali masuk ke dalam penginapan dan meminjam telefon yang ada disana untuk menghubungi seseorang yang ia fikir adalah paling benar, lagi pula kali ini ia mencoba berniat memberikan kesempatan kedua.

Tak perlu waktu lama orang yang ada di seberang telefon segera mengangkatnya.

Jujur saja Jaehwan ragu akan keputusannya kali ini, tetapi tak ada jalan lain untuknya yang dalam kondisi lemah itu!

"A..-Appa ..."

"Jjaeni?" pekik Tuan Kim dari seberang telefon sesaat mendengar sapaan Jaehwan yang seakan ia nantikan.

"Hng."

"Kau baik baik saja? Apakah Daniel menjagamu dengan baik? Dia tak me--"

Belum selesai Tuan Kim dengan segala pertanyaannya Jaehwan dengan cepat memotong kalimat yang ingin di tanyakan oleh Tuan Kim pada Jaehwan putra semata wayang nya itu.

"Appa ... bisakah kau menjemputku? Aku tak berada di rumah Niel, aku berada di sebuah penginapan, dan jangan tanya alasan nya, jika Appa ingin bertemu dengan ku."

"Ah, baiklah Appa akan menjemputmu dan tak menanyakan alasannya, jangan kemana kemana, beritahu Appa nama tempatnya."

"Penginapan Paradise, baiklah Appa."

Setelah mengabari sang ayah, maka Jaehwan menunggu sebentar di lobby, dan berharap dalam hati bahwa Daniel tak akan terbangun saat ini.

Sungguh ia tak ingin menemui Daniel sementara waktu!

Ia masih memerlukan waktu untuk menata hati dan pikirannya yang sedikit kacau dan membuat nya menjadi serba salah, dan marah.

Jika saja Daniel berani jujur pada Jaehwan, maka jalan cerita hidupnya tak akan seperti ini, tetapi Daniel yang kurang memiliki keberanian itu dalam sudut pandang Jaehwan maka kini membuat Jaehwan kecewa akan pemuda itu, walaupun hati kecil nya tak dapat di pungkiri bahwa ia merasa senang karena anak yang ia kandung adalah anak dari orang yang ia cintai.

Bukankah itu artinya sebenarnya ia harus senang karena keinginan nya tercapai bukan?

'Mengapa kau menjadi pengecut Niel?' benak Jaehwan dalam benak.

Beberapa kali Jaehwan mengambil nafasnya pelan sembari menatap lantai yang ada di hadapannya itu.

.

.

"Jjaeni-ah," pekik sang ayah penuh haru menghampiri Jaehwan yang terduduk di lobby penginapan menunggu sang ayah.

"Let's go Appa."

Kalimat itu yang langsung di katakan oleh Jaehwan sembari beranjak langsung dari bangku nya.

Ia tak mengatakan apapun pada Tuan Kim apa yang sebenarnya terjadi, tetapi Tuan Kim yang cukup senang putranya sudah kembali memercayai nya kembali saja itu sudah cukup bagi Tuan Kim.

"Hati - hati sayang," ujar Tuan Kim ketika Jaehwan hendak membuka pintu dengan kasar.

'Appa... Aku merindukan Appa.' lirih Jaehwan sembari menahan cairan bening yang sudah tertampung di kelopak mata nya yang sewaktu waktu dapat terjatuh begitu saja dari manik nya itu.

Jaehwan yang duduk di bangku sebelah pengemudi hanya diam seribu kata tanpa mengatakan apapun pada Tuan Kim.

Ia terlalu malu dan tak enak hati dengan ayahnya yang selama ini bisa di bilang ia bohongi justru hanya diam, serta tak marah sama sekali padanya.

'Apa yang harus ku katakan pada Appa? Apakah Appa sebenarnya membenciku? Apakah Appa melihat jijk padaku? Atau-'

Tuan Kim yang sudah berada di dalam mobil duduk di kursi pengemudi tentu saja menyadari kegelisahan putra semata wayang nya itu.

Tanpa ragu Tuan Kim menggenggam tangan putranya dan mengatakan pada Jaehwan untuk tak berfikir macam - macam serta tak lupa mengatakan bahwa ia tetap menyayangi Jaehwan apa adanya sama seperti dahulu dan tak berubah sedikit pun, untuk itu jika ada hal yang ingin di katakan padanya Tuan Kim akan dengan senang hati mendengarkannya.

Tangis pecah yang justru terjadi pada Jaehwan ketika mendengar perkataan sang ayah yang langsung dapat ia rasakan menyentuh hatinya.

"Ma..-maafkan Jjaeni appa .. Jjaeni salah tak memberitahu pada Appa," ujar Jaehwan pada Tuan Kim pada akhirnya.

Jaehwan yang sebelumnya bingung dan tak tahu harus dari mana ia memulai, justru kini dengan sendiri nya ia mengatakan pada Tuan Kim.

"That's okay sayang, Appa telah memaafkan mu dari awal, lagi pula kau tak salah, kami yang salah, seharusnya kami memahami langsung kondisimu," ujar Tuan Kim pada akhirnya.

Keduanya berakhir saling memeluk satu sama lain mencurahkan isi hati mereka.

.

.

"Sudah, lebih baik sekarang hapus air mata mu, dan kau beristirahat selama di perjalanan sebelum kita sampai rumah, Eomma mu sudah menunggu kehadiran mu di rumah."

Hanya anggukan kepala pelan yang Jaehwan berikan pada Tuan Kim.

Tak sampai satu menit Jaehwan yang baru saja menyandarkan tubuh nya pada kursi di samping pengemudi itu akhirnya terlelap seperti perkataan Tuan Kim.

'Terimakasih Jjae telah memberikan kesempatan pada Appa untuk memperbaiki kesalahan Appa dan Eomma mu ini.'

Dilain sisi ...

Seorang pemuda yang beberapa menit lalu panik mendapati sang kekasih yang tak berada di samping nya kini hanya dapat memandang dari kejauhan sang kekasih yang telah di bawa oleh sang ayah kembali ke keluarga nya.

'Semoga kau dan baby baik baik saja Jjae, aku akan menunggumu.'

---

See you next chapter

Leave a comment and vote

.

.

Seya

Baby ... Who is Your Daddy ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang