Dua bulan kemudian
Belajar dari kesalahan, tentu saja yang Daniel saat ini kedepankan untuk kelangsungan hidupnya bersama dengan orang tercintanya, oleh karena itu Daniel yang dulu sedikit pengecut dan tak berani berkata jujur kini telah berubah, sebagai salah satu contoh nya kini Daniel telah berkata jujur pada Jaehwan bahwa mulai besok dirinya sementara waktu terpaksa meninggalkan sang istri yang tengah hamil besar, lantaran harus mengerjakan masalah perusahaan nya yang baru saja ia merger berada di negara lain.
Jika saja kehamilan Jaehwan tak riskan, sudah dapat di pastikan sang istri akan di ajak olehnya.
Hanya saja dokter yang merawat Jaehwan dengan tegas memberitahukan pada Daniel dan juga Jaehwan pada pemeriksaan kandungan terakhir agar Jaehwan lebih banyak di rumah, serta tak melakukan perjalanan jauh.
Tunggu ...
Kapan keduanya menikah?
Bukankah keduanya resmi berbaikan di saat Daniel tergeletak di rumah sakit?
Tentu saja dengan dukungan Mr. Kim, pasangan muda itu tak harus menunggu lama melangsungkan pernikahan mereka.
Berselang dua minggu saat Daniel keluar dari rumah sakit, keduanya di nikah kan, dan hanya di hadiri oleh keluarga inti serta orang terdekat saja.
Keduanya sepakat untuk tak menghebohkan pernikahan mereka, toh bayi mereka sudah ada di dalam kandungan Jaehwan.
"Niel... tak bisakah aku ikut saja?" lirih Jaehwan berusaha membujuk suaminya itu.
Lagi lagi Daniel menggelengkan kepala nya.
"Maafkan aku Jjae, kau dengar sendiri dokter mengatakan bahwa kau harus banyak istirahat dan tak melakukan perjalanan jauh."
Mendengar jawaban yang tak di sukai oleh Jaehwan tentu saja membuat pemuda manis berpipi chubby itu kembali mengerucutkan bibirnya menatap Daniel dengan harapan kali ini Daniel akan melonggarkan perkataan nya sebelumnya.
Hanya saja ...
Nihil!
Trick Jaehwan tak berhasil mengelabui Daniel sedikit pun.
Daniel tahu bahwa sang istri akan memanfaatkan kelemahannya, hanya saja ia ingat betul bagaimana efek nya jika ia tak mengikuti saran dari dokter.
Bagaimana jika Jaehwan ataupun bayi nya dalam bahaya?
Hal itu yang di takutkan oleh Daniel tentunya.
"Ck, kau menyebalkan sekali," lirih Jaehwan kesal sembari menghentak hentakan kaki nya pelan.
Sungguh ia benar benar kesal dengan Daniel yang tak dapat memahami dirinya yang masih ingin bermanja manja dengan suaminya nya itu.
Jaehwan mengambil nafasnya dalam dalam dan menghela nya secara perlahan.
"Sudah lebih baik?" tanya Daniel yang kini mulai memeluk Jaehwan dari belakang.
Luluh?
Jaehwan tak dapat berkutik jika Daniel telah memeluknya seperti ini. Emosi yang sebelumnya kian meluap seakan sirna seketika.
Oh ayolah pelukan Daniel adalah candu untuknya.
"Maaf sayang, aku melakukan ini semata mata hanya karena ingin kalian berdua baik baik saja, tenang saja selama aku tak disini, aku telah meminta orang tua mu disini, sekaligus meminta sahabat mu untuk bermain kesini, jadi kau tak akan sendirian, dan hari ini aku telah mengosongkan jadwalku hanya untukmu," ujar Daniel memberi penjelasan panjang.
Jujur saja hati kecil Daniel, ia tak ingin meninggalkan istrinya yang tengah hamil besar, hanya saja keadaan perusahaan yang baru saja ia merger tersebut mengalami sedikit kendala yang dimana tak dapat di handle oleh anak buah nya sekaligus Seongwu, jadi mau tak mau harus Daniel lah yang menyelesaikan nya sendiri.
Helaan nafas panjang terdengar dari belah bibir Jaehwan.
"Baiklah, tapi jangan lama lama," ujar Jaehwan pada akhirnya.
"Tentu saja, aku juga tak akan kuat jika lama lama berada jauh dari jangkauan mu. Kau masih ingat bagaimana nasibku saat kau meninggalkan ku bukan?"
Jaehwan hanya mengangguk kepala pelan.
Ia tahu, dan ingat bagaimana memori akan kenangan pahit yang tak dapat ia lupakan itu.
"Baby, karena daddy mu hari ini ada untuk kita, bagaimana jika hari ini daddy yang menyiapkan semuanya untuk kita?" lirih Jaehwan sembari mengusap perutnya yang buncit itu.
Daniel terkekeh mendengar nya. Ia senang istrinya masih dapat memakluminya, karena hal itu yang terpenting untuknya!
"So, Mommy ingin daddy menyiapkan apa sekarang?" Balas Daniel yang langsung menanggapi kode halus Jaehwan sebelumnya.
Jaehwan tak langsung menjawab, melainkan ia tampak berfikir keras berusaha memikirkan hal apa yang ia inginkan saat ini.
"Aku ingin kita berkencan," ujar Jaehwan tak terduga.
Untuk sesaat Daniel terdiam, ia mencerna kalimat berkencan yang baru saja di utarakan oleh Jaehwan.
"Berkencan seperti apa yang kau inginkan?" balik tanya Daniel pada sang istri.
"Aku ingin menonton, makan siang bersama, kemudian berbelanja ke tempat baju baju bayi dan lain sebagainya, apakah kau ingat terakhir kapan kita berkencan? —"
Jaehwan tampak menggantungkan kalimat nya sejenak dengan maniknya yang terlihat mulai berkaca -kaca.
"Jjae?"
Oh ayolah mengapa sang istri seperti hendak menangis? Apakah ia membuat kesalahan kembali?
Hal itu yang langsung ada di pemikiran Daniel saat ini.
Tanpa berlama lama, Daniel segera berinisiatif untuk memeluk sang istri ke dalam pelukannya.
"Kau yakin ingin berkencan?"
Jaehwan menganggukan kepala nya di dalam pelukan Daniel.
Mau tak mau Daniel mengiyakan permintaan Jaehwan dengan syarat agar sang istri tak memaksakan dirinya jika pemuda manis berpipi chubby tersebut telah merasa lelah.
Anggukan kepala pelan Jaehwan berikan pada Daniel.
Lagi pula syarat dari Daniel tersebut sangat lah wajar bagi kondisi dirinya yang memang telah mendapatkan peringatan dari dokter nya.
"Baiklah, kau bersiap siap, kita akan pergi sebentar lagi," ujar Daniel pelan sebelum mengecup kening Jaehwan lembut.
Blush!
'Ugh, mengapa rasanya wajah ku memanas,' keluh Jaehwan dalam benak.
'Semakin perutmu bertambah besar kau semakin menggemaskan Jjae.'
———
TBCSee you next chapter
Leave a comment, and vote
.
.
Seya
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby ... Who is Your Daddy ?
Fanfiction'Baby .... bisakah kau katakan pada ku siapa daddy mu ?' -Kim Jaehwan. . . BXB MPREG