Beberapa kali Daniel mendengus kasar, membayangkan wajah kekasih nya yang beberapa waktu lalu selalu bersamanya.
Oh ayolah Daniel belum sanggup jika Jaehwan memantapkan hatinya benar benar meninggalkannya.
Ia terlalu mencintai Jaehwan, bahkan jika waktu di ulang dimana dalam ingatan Jaehwan adalah hal yang menyakiti nya saat ia tak sadar ia telah meniduri pria berpipi chubby itu maka ia akan melewatkan hal itu.
Ia tak ingin Jaehwan merasa tersakiti, dan tentu nya ia juga masih menginginkan pertemuan dirinya dan juga Jaehwan.
"Mengapa hatiku tak merasa tenang sama sekali sih, apakah sebaik nya aku memeriksanya?" Lirih Daniel yang sedari tadi berusaha duduk dengan tenang di tepi ranjang nya itu.
Daniel yang merasa hatinya semakin tak karuan pada akhirnya memutuskan untuk memeriksa keadaan kekasih nya yang ia fikir Jaehwan tengah tertidur.
Dengan sangat hati hati ia mulai memasuki kamar Jaehwan dari connecting door yang ada di kamar nya dan kamar Jaehwan.
Tepat sesuai dengan dugaannya, Jaehwan sang kekasih telah memejamkan maniknya itu.
Perasaan campur aduk kini dapat Daniel rasakan ketika melihat jejak cairan bening pada wajah Jaehwan terlihat jelas disana.
Oh ayolah hal seperti ini yang Daniel tak suka. Ia tak ingin melihat Jaehwan kembali bersedih.
Hal yang paling ingin ia hindari justru terlihat saat ini di hadapannya itu.
Ringisan ringisan dan igauan kecil tiba tiba saja terdengar dari belah bibir Jaehwan yang senantiasa memejamkan maniknya itu.
"Jjae?" Lirih Daniel pelan.
Ia mulai panik melihat Jaehwan yang menurut nya terlihat kesakitan itu.
Dengan cepat tangan Daniel menjulur memegangi kening kekasih nya itu.
"Astaga Jjae kau demam," ujar Daniel yang semakin khawatir.
"Niel jahat."
Deg!
Sekujur tubuh Daniel mendadak kaku mendengar igauan Jaehwan dengan mata terpejam itu.
"Sakit ... Niel," ujar Jaehwan kembali mengigau.
Rasa sesak dan nyeri semakin terasa oleh nya. Sungguh bukan hal seperti ini yang ia inginkan.
"Maafkan aku sayang, aku tak bermaksud berbohong menutupi nya darimu, aku hanya takut kehilangan mu dan bayi kita," ujar Daniel sembari mengusap pipi Jaehwan dan juga keningnya.
Kali ini Daniel menuju dispenser yang ada di kamar itu dan mencari sebuah handuk kecil yang ada disana.
Ia hendak mengompres Jaehwan dengan air hangat.
Satu hal yang ia fikirkan kali ini hanyalah membantu Jaehwan agar menurunkan demam nya.
Ia tak ingin kekasih nya dalam bahaya!
Dengan hati hati Daniel mengompresi Jaehwan secara perlahan.
.
.Sudah lebih dari 30 menit, Daniel masih melakukan hal yang sama.
Jaehwan nya beberapa kali masih mengigau dengan memanggil nya jahat, hanya saja di samping menyebutnya jahat pemuda chubby itu juga sibuk memanggil dirinya, seakan pemuda itu tak ingin kehilangannya juga.
Rasa nyeri akibat perkataan Jaehwan tentu saja terus menerus terngiang oleh nya.
Menyedihkan bukan menjadi Daniel?
Tak seharusnya ia memilih berbohong ketika ia mengetahui kebenarannya itu!
Hal itu yang masih saja menjadi sebuah penyesalan untuk Daniel.
"Jjae apakah aku bisa di maafkan olehmu? Aku memang pantas di perlakukan seperti tadi oleh mu, hanya saja bisakah kau tak menyakiti dirimu sendiri? Jika kau menyakiti dirimu sendiri seperti ini itu sama saja membuatku semakin khawatir padamu ... seharusnya bukan kau yang merasakan seperti ini, tapi aku," ujar Daniel yang masih sambil mengganti kompres nya Jaehwan.
Perlahan demam Jaehwan memang sudah mulai turun, hanya saja tak terlalu signifikan, dan oleh karena itu pula Daniel masih sibuk mengompresinya.
Penyesalan selalu datang belakangan bukan? Kalimat pengandaian terus menerus ia lontarkan, hanya saja semuanya tak dapat terulang kembali sebagaimana kemauan Daniel tentunya.
.
.Daniel yang cukup menguras tenaga nya untuk merawat Jaehwan semalaman, maka tanpa ia sadari tepat pukul tiga pagi Daniel memejam kan maniknya masuk ke alam mimpinya dengan tubuh yang terduduk di tepi ranjang Jaehwan dengan tangan yang masih berada di kepala Jaehwan mengompresi sang kekasih.
Jaehwan yang mulai merasa lebih baik dari sebelumnya secara perlahan justru membuka kedua maniknya.
Hal yang pertama kali ia lihat saat ia membuka matanya, tak lain adalah handuk kecil yang sedikit menutupi penglihatannya.
'Mengapa ada handuk di ke—'
Belum sempat Jaehwan menyelesaikan kalimat nya itu, Jaehwan lebih dahulu mencoba meraih handuk kecil yang ada di kepalanya.
Hingga ....
Sosok yang ia cintai kini tepat berada di dekat nya.
'Astaga, Niel ...' lirih Jaehwan dalam benak.
Rasanya ingin sekali ia berteriak, hanya saja melihat wajah letih Daniel membuat nya tak tega seketika.
Jika saja kesalahan Daniel dapat ia lupakan begitu saja, seharusnya ia dapat dengan mudah memaafkannya kembali bukan?
Namun ... Jaehwan butuh waktu untuk menata hatinya dan menyembuhkan luka yang tanpa sengaja Daniel menyakitinya.
Jaehwan tersenyum pahit, dan tak lama ia berusaha bangun secara perlahan dari ranjang nya.
'Beri aku waktu untuk berfikir Niel, aku janji setelah hati ku membaik, aku akan memberikan kesempatan untukmu.' Monolog Jaehwan dalam benak.
Setelah nya ia mencoba mengecupi kening Daniel sejenak, sebelum akhirnya ia pergi dari sana meninggalkan Daniel yang masih tertidur lelap.
Jujur saja jika saja ia ingin melupakan nya ia tak mungkin memberanikan dirinya meninggalkan Daniel, hanya saja tekad nya yang besar untuk menenangkan pikirannya membuat nya mampu melakukan hal tersebut.
'Bye Niel ... jika kau benar mencintai ku maka tunggulah aku hingga hati ku membaik.'
———
See you next chapter
Leave a vote, and comment.
.Seya
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby ... Who is Your Daddy ?
Fanfiction'Baby .... bisakah kau katakan pada ku siapa daddy mu ?' -Kim Jaehwan. . . BXB MPREG