Chapter 25| 🪴🪴

520 30 2
                                    

Pikiran Jaehwan saat ini masih kacau. Bisa dibilang ia pun tak dapat berifikir secara logis, perasaannya masih campur aduk dengan perkataan yang baru saja di katakan oleh Daniel, sekaligus dengan bayangan bayangan Daniel akan masa lalunya, ataupun bayangan dimana terjadi kesalahpahaman di antara dirinya dan juga orang tuanya itu.

Jika saja ia memilih memutar waktu kembali ke semula dimana kesalah pahaman belum terjadi maka ia menginginkan hal itu.

"Niel mengapa kau jahat padaku? Bukankah kau mengatakan bahwa kau mencintaiku? Bukankah jika saling mencintai kita seharusnya saling terbuka?" lirih Jaehwan pelan dengan cairan bening yang entah sejak kapan membasahi kedua pipi chubby nya itu.

Tak ingin terlalu lelah berjalan, Jaehwan pun memilih menghentikan taksi yang lewat.

"Mau di antarkan kemana Tuan?" tanya supir taksi itu.

"Jalan saja pak," ujar Jaehwan yang belum sempat terfikirkan akan kemana.

Hingga...

Jaehwan menyebutkan sebuah alamat, yang menurut nya adalah tempat yang terbaik ia kunjungi di saat seperti sekarang. Ia tak memiliki tempat lainnya jika ia harus memilih, walaupun dengan begitu artinya ia harus menjelaskan semuanya apa yang tengah terjadi.

.

.

Dengan langkah perlahan kini Jaehwan menuju tempat sahabat nya itu.

Tunggu ...

Sejak kapan Jaehwan turun dari taksi? Bukankah ia tadi masih berada di dalam taksi yang entah akan membawanya kemana? Lalu mengapa kini ia justru berjalan kaki?

Sudah 5 menit Jaehwan berjalan kaki, lebih tepat nya Jaehwan tak berhenti tepat di depan apartemen Jihoon, sahabat yang ia miliki, sekaligus orang yang dapat ia percaya untuk saat ini, sebab tiga orang lainnya yang ia percaya justru mengkhianati dirinya menurut sudut pandangnya itu.

Beberapa kali Jaehwan mengambil nafasnya dalam dalam dan menghembuskannya secara perlahan.

Jujur saja hingga detik ini ia sedikit ragu masuk ke dalam apartemen Jihoon.

Perutnya yang membuncit samar samar mulai terlihat lebih jelas di banding sebelumnya.

Dengan segala keraguan yang ada, akhirnya Jaehwan memberanikan diri menuju apartemen Jihoon. Satu satunya pilihan terbaik yang dapat ia pertimbangkan dengan baik.

Ting Tong

Jaehwan menekan bel yang ada di hadapannya itu.

Tak ada sahutan ataupun bunyi jejak kaki yang menghampiri pintu apartemen itu.

Seketika ia menciut. Ia sedikit ragu apakah Jihoon saat ini berada di dalam apartemennya, atau sebaliknya.

Merasa Jihoon tak kunjung keluar pada akhirnya Jaehwan memilih untuk beranjak dari sana mencari tempat penginapan yang tak jauh dari sana.

Lalu bagaimana dengan biaya dan yang lainnya jika ia menginap di tempat lain? Ia tak membawa apapun!

Nanti akan Jaehwan pikirkan, yang terpenting saat ini ia dapat beristirahat, sebab tak di pungkiri oleh nya jika tubuhnya sudah merasa lelah dengan apa yang menimpa nya hari ini. Ia ingin tenang dan beristirahat dengan tenang.

Jaehwan mengambil nafasnya dalam dalam dan kembali melangkahkan kaki nya keluar dari sana menuju penginapan terdekat yang seingat nya tak jauh dari sana.

'Baby, maafkan Mommy, kau dapat mengerti Mommy kan? Maaf Mommy dan Daddy terpaksa berpisah sebentar, Mommy tak suka dengan cara pemikiran Daddy mu yang sempit.' Monolog Jaehwan dalam benak nya sembari mengusap perutnya itu.

***

"Hyung, apakah kau tak mendengar suara bel? Bukankah tadi bel nya berbunyi?" tanya Jihoon yang kini masih berada di pelukan Seongwu yang ada di sampingnya.

Seongwu mengerutkan keningnya dan menatap ke arah Jihoon dengan tatapan ragu.

"Aku tak mendengarkannya, telingamu tajam sekali," lirih Seongwu dengan kekehan kecil nya.

Seongwu kembali menciumi kening Jihoon, sebelum meminta Jihoon mengecek nya keluar memastikan apakah ia ada tamu atau sebaliknya.

Mengapa ada Seongwu?

Semenjak kekasih nya itu ke apartemennya, Jihoon meminta sang kekasih untuk berada di apartemennya, ia tak tega melihat kekasih nya yang terlampau sedih lantaran merasa bersalah atas kasus sahabat nya itu. Karena alasan itu lah Jihoon dan Seongwu menghabiskan waktu malam ini berdua menikmati waktu yang langka seperti saat ini.

Biasanya Seongwu akan sulit sekali membagi waktu nya untuk sang kekasih, lantaran sang sahabat yang sekaligus atasannya yang workholic akan selalu meminta bersamanya menghabiskan waktu dengan pekerjaan pekerjaannya itu hingga larut malam. Waktu waktu seperti ini lah yang menjadi momen - momen penting untuknya.

.

.

"Apakah ada tamu mu?" tanya Seongwu mendapati Jihoon yang kembali masuk ke dalam apartemennya menghampiri dirinya.

Sebuah gelengan pelan Jihoon berikan pada Seongwu, hanya saja entah mengapa ia merasa bahwa memang benar adanya yang hadir ke apartemen itu. Perasaan bersalah tiba tiba menyelimuti hatinya.

Seharusnya bisa saja Jihoon mengabaikan perasaan seperti itu, lantaran ia sendiri tak tahu jika ada orang yang datang atau tidak ke apartemennya, hanya saja semakin mengabaikan nya ia merasa semakin bersalah.

"Mungkinkah Jaehwan hyung datang kesini?" lirih Jihoon di saat mendekati Seongwu.

Seongwu kembali mengerutkan keningnya, dan mengatakan pada Jihoon, seingat nya atasan nya itu sangat protektif sekali pada Jaehwan jadi kemungikinan pemuda manis berpipi chubby itu ada di rumah Daniel, sang sahabat sekaligus atasannya itu.

"Begitukah menurutmu?" tanya Jihoon dengan perasaannya yang campur aduk.

Sebuah anggukan kepala pelan yang dapat Seongwu berikan pada Jihoon. Ia tak ingin kekasih nya itu terlampau gelisah.

***

Setelah kepergian Jaehwan, bohong jika Daniel tak melakukan apapun dan menerima begitu saja bahwa kekasih nya yang hampir saja menjadi istrinya pergi begitu saja tanpa pantauannya.

Memang benar Jaehwan secara jelas telah mengatakan pada Daniel untuk tak mencari nya, hanya saja rasa bersalah dan juga rasa khawatir yang besar dari dalam diri Daniel membuat nya tergerak, dan hanya mampu menatap Jaehwan dari kejauhan.

Ingin rasanya ia melangkah kan kaki nya mendekat pada Jaehwan yang terlihat lelah. Ia ingin memeluk nya menggendongnya agar pemuda manis berpipi chubby itu tak kelelahan sama sekali.

Oh ayolah mana tega Daniel melihat calon istrinya itu seperti itu.

Daniel memilih tinggal pada penginapan yang sama dengan Jaehwan, dan jangan lupakan bahwa penginapan Jaehwan tentu saja sudah di back up olehnya.

'Apakah suatu saat nanti kau akan memaafkan ku? Bisakah kita membuka lembaran baru dan memulai nya dari awal Jjae?' lirih Daniel bersandar pada pintu connecting room ke kamar Jaehwan berada.

----

See you next chapter

.
.

Seya

Baby ... Who is Your Daddy ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang