Jaehwan kini sedang di periksa kembali oleh dokter yang berada di sana, sebab setelah ia selesai meminum susunya, dan juga makan siang nya Jaehwan tak henti hentinya meminta kepada Daniel dan juga Tuan Kim agar ia dapat segera pulang.
Mau tak mau Daniel, maupun Tuan Kim akhirnya berdiskusi demi Jaehwan, dan memanggil dokter untuk memeriksa keadaannya.
Dengan penuh percaya diri Jaehwan duduk di ranjang tersebut tanpa perasaan takut pada sang dokter, bahkan lebih seperti ia menantang pada sang dokter bahwa ia sudah boleh pulang melalui sikapnya itu.
Melihat sikap Jaehwan tersebut, tentu saja membuat kelucuan sendiri untuk sang dokter.
Ia tak menyangka bahwa pasiennya benar benar seperti anak kecil, padahal telah memiliki bayi di dalam perutnya itu.
"Jadi kau benar benar mau pulang?" tanya dokter tersebut pada Jaehwan.
Dengan gerakan cepat Jaehwan menganggukan kepalanya memberi tanggapan pada sang dokter.
Sang dokter tersenyum tipis pada Jaehwan dengan mengatakan bahwa dirinya boleh pulang jika ia dapat berjanji mengikuti prasyarat yang akan ia katakan.
Tanpa berfikir panjang Jaehwan langsung mengiyakan ucapan dokter tersebut. Ia tak ingin membuang kesempatan tersebut.
Persyaratan pertama Jaehwan harus tak boleh melakukan aktivitas berat hingga kelahiran nya nanti, yang kedua ia harus selalu minum vitamin yang di resepkan sekaligus meminum susu untuk kandungannya itu, dan yang terakhir sebisa mungkin ia tak diperbolehkan untuk jalan jalan kesana kemari, hanya diperbolehkan berpergian ke rumah sakit saat waktu nya cek kandungan sebulan sekali.
Sejenak Jaehwan terdiam seolah sedang mencatat semua perkataan dokter tersebut di kepalanya.
"Oh satu lagi," ucap sang dokter saat mengingat ada hal yang kurang.
Jaehwan refleks menyipitkan maniknya dan mempoutkan bibirnya seolah ingin menolak perkataan sang dokter tetapi tak bisa ia sampaikan, sebab ia telah berjanji sebelumnya.
"Kau tak boleh banyak pikiran, jika ada masalah sebaiknya kau katakan langsung pada suami mu, ataupun ayahmu seperti nya mereka sangat menyayangimu," ujar dokter tersebut.
Seketika kedua pipi Jaehwan bersemu merah.
Ada perasaan senang di dalam hati Jaehwan saat Daniel di katakan sebagai suaminya.
Tuan Kim, maupun Daniel yang sedari tadi berada di dalam ruangan tersebut, hanya menganggukan kepalanya pelan, dan mendengarkan dengan baik setiap yang di katakan oleh dokter tersebut.
Keduanya sama sama merasa bertanggung jawab atas hal yang menimpa Jaehwan, untuk itu keduanya benar benar mendengarkan dengan seksama kata perkata yang diucapkan oleh sang dokter.
Sebuah anggukan kecil dan cicitan pelan, Jaehwan berikan pada sang dokter.
Setelah nya, sang dokter menolehkan kepalanya ke arah Daniel dan Tuan Kim sembari memberi kode kepaada mereka bahwa surat kepulangan Jaehwan dari rumah sakit sudah boleh diurus.
Dengan cepat Jaehwan memegang tangan sang dokter dan mengucapkan terimakasih.
Refleks Daniel yang melihat sikap Jaehwan tersebut, langsung meraih tangan Jaehwan yang memegang tangan dokter tersebut untuk segera dilepaskan.
Entah mengapa ia tak terlalu senang jika kekasihnya itu sekaligus calon ibu anaknya dekat dengan pemuda lain selain dirinya.
"Terimakasih dokter, maaf kan atas sikap Jjae," ujar Daniel singkat dengan tangannya sibuk mengusap tangan Jaehwan lembut sambil berusaha mengontrol emosinya.
Sejujur nya Jaehwan sempat bingung sesaat, hanya saja saat mendapati Daniel yang mengusap tangannya Jaehwan segera melupakan perasaan bingung nya tersebut.
"Kalau begitu saya undur diri," ujar sang dokter sambil sedikit membungkukan badannya pada Daniel dan Tuan Kim.
***
Seorang pemuda tampak duduk dibangku nya dengan tatapan kosong sambil memegang beberapa dokumen.
Dikepalanya masih saja terus menerus berfikir mengenai hal yang sebelumnya baru saja di bicarakan antara dirinya dan juga seorang sahabatnya, yang tak lain masih bersahabat dekat dengan atasannya.
"Hei ... ada apa denganmu?" tanya seseorang yang baru saja datang ke arah dirinya.
Pemuda itu refleks membuyarkan lamunannya itu, sambil menggelengkan kepalanya pelan.
Sungguh di alam bawah sadarnya ia tak menyangka bahwa dunia itu benar benar sempit.
Bagaimana bisa Daniel dapat bertemu dengan seorang yang tanpa sengaja ia tiduri sebelumnya, terlebih berakhir keduanya benar benar sebagai sepasang kekasih yang sedang menunggu kelahiran sang bayi.
"Kau kelihatan aneh sekali Seongwu-ssi," ujar salah satu staf Manager dari divisi marketing yang ingin menyerahkan berkas yang harus di tanda tangani oleh Daniel.
Sebuah cengiran tipis Seongwu berikan pada manager itu.
Tak terlalu lama, sang manager tersebut meninggalkan Seongwu yang masih berkutat dengan pemikirannya, yang sangat terlihat jelas sekali akan kebingungan nya itu.
Seongwu menghela nafasnya pelan, dan berusaha memfokuskan dirinya kembali, mencoba mengesampingkan pembicaraan antara dirinya dan Minhyun.
Sungguh ada terbesit sedikit rasa bersalah di hati Seongwu, karena sebelumnya Seongwu tak memberitahukan mengenai kekacauan yang pernah teriadi pada atasannya, sehingga dengan sendirinya disertai bantuan Minhyun, Daniel pada akhirnya dapat mengetahui kenyataan yang manis di selimuti pahit dalam hidup nya itu.
"Seharusnya aku menjelaskan padanya dulu, jika sudah begini ... semoga saja dia dapat lebih dewasa dalam bersikap tak seperti dulu," ujar Seongwu pelan.
Dalam hati Seongwu ia hanya takut akan kehancuran Daniel untuk yang kedua kalinya, karena bagaimanapun sebelum Daniel menjadi atasannya, ia sudah lama bersahabat dengan Seongwu juga, untuk itu ia bisa dibilang hampir mengetahui sifat dan sikap Daniel sejauh ini.
...........
TBC
See you next chapter
Leave a comment and vote
.
.Seya
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby ... Who is Your Daddy ?
Fanfiction'Baby .... bisakah kau katakan pada ku siapa daddy mu ?' -Kim Jaehwan. . . BXB MPREG