Prolog

42.2K 1.9K 91
                                    

Jangan pernah bergantung pada siapapun di dunia ini. Bahkan bayanganmu sendiri akan meninggalkanmu dalam kegelapan.

Selamat datang Wanbuuu. Aku akan mulai merevisi Benalu.

Happy reading!!

🌷🌷🌷


Setibanya perempuan itu di tempat tinggal barunya. Ia gegas masuk ke dalam rumah, sembari melihat sekeliling yang nampak senyap. Seperti permintaan nya pada sang Tante. Dia di belikan rumah sederhana lantai satu dengan suasana yang tenang, jauh dari keramaian yang membuatnya akan semakin sakit mengingat kenangan.

Perempuan itu menghela nafas pelan, duduk di meja belajar yang berada di kamarnya. Menatap pigura keluarga yang tampak bahagia. Keluarga kecil dengan sang ibu yang tengah mengandung besar, dengan anak laki-laki tampan dan pria yang tersenyum menatap perut calon putrinya yang sebentar lagi akan lahir.

"Aku sayang kalian," ucapnya lirih. Ia mengusap wajah perempuan yang mirip dengannya di sana. 

Ia mengambil salah satu buku. Dilihatnya jam di pergelangan tangan yang menunjukkan pukul tujuh malam. Ternyata, cukup lama dia membereskan barang-barangnya dari rumah neneknya di desa. Perempuan itu mulai membuka bukunya, mengetuk-ngetuk balpoin ke meja yang membuat nya mengeluarkan suara di rumah yang senyap itu.

Sunyi tak benar-benar sunyi.

Gelap tak melulu soal kenyamanan.
Dia hidup.

Menyeruak masuk ke dalam ketenangan.

Serta-merta memberi efek yang begitu mengerikan.

Sunyi tak boleh kosong dan berisik tak melulu mengusik.

Terang atau gelap sama-sama menakutkan.

Kegelapan yang di anggap aman, malah menjadi faktor utama kembali nya ingatan.

Dia kejam. Dia kelam.

Dia datang hanya memberikan tangisan.

Gadis itu tersenyum puas saat berhasil mencurahkan apa yang tengah ia rasakan ke dalam aksara.

"Tangisan?" beo nya.

"Bahkan dari kecil gue udah merasakan tangisan yang ngga seharusnya gue rasakan."

"Memangnya apa rasa sakit yang paling menyakitkan?" tanya nya lagi pada pantulan dirinya di cermin lemari.

"Saat keluarga sendiri tidak mau menganggap lo sama sekali, bahkan yang lebih parah mereka memanggil lo, Benalu."

Gadis itu menatap nanar pantulan dirinya. Ia seakan bisa melihat semua memori mengerikan dulu. Saat dimana orang yang dia anggap paling berharga di dunia ini malah memasukannya ke neraka yang di buat pada putrinya sendiri.

Caci-maki, pukulan, dan tuduhan pernah ia rasakan dari kecil bahkan sampai sekarang.

🌷🌷🌷

Gadis dengan rambut berwarna coklat dan tubuh mungilnya itu turun dari angkot setelah tiba di tempat tujuan. Sebelum memasuki area parkir sekolah, ia memejamkan matanya sejenak.

Benalu [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang