Teruntuk gelap yang menjelma sepi,
Yang mentakdirkan rindu menjadi tabu dan memberi senyum di wajah sayu ini. Bertahanlah sebentar lagi, jangan dulu gegas pergi. Aku masi membutuhkan mu di sini. Memberi tempat pada duka yang tak kunjung menyatu, pada tawa yang terselip senyum palsu. Duka ku, sepi mu dan sepi ku adalah kegelapan mu.
Part 53 || selamat datang kegelapan.Jangan lupa tekan tombol bintang sebelum membaca cerita ini ya^^ terima kasih sudah mau menghargai^_________^
~°•°~
Ingin sekali rasanya duduk di sebuah taman yang teramat hening, sembari memangku sebuah buku yang terdapat pesan yang ingin di sampaikan untuk semesta. Membuat nya seperti pesawat yang akan terbang tinggi ke angkasa, mencari jawaban yang selama ini di cari. Kapan semesta akan selesai dengan permainan nya? Kapan semesta memberikan kesempatan untuk bahagia? Kapan semesta mau mengalah? Kapan? Nyatanya semesta masi betah akan permainan nya yang terus mengada-ngada.
Tubuh gadis itu teramat dingin, bibir kelu yang tak mampu mengucapkan sepatah kata dan syaraf-syaraf yang sangat kaku. Mata coklat hazel itu kembali berembun, membuatnya semakin berkaca-kaca. Wajahnya memerah dengan kedua tangan yang terjuntai lemas. Seperti tengah berada di ruangan yang sangat sempit dengan ribuan orang, nafasnya tersendat-sendat.Setetes air mata hangat jatuh di pipi mulus Teresa. Gadis itu berjalan dengan pelan, mendekati seseorang yang selama ini di rindukan.
Brukk
Semua mata membeku. Memandangi ke arah seseorang itu dengan tanda tanya yang besar di benak mereka. Tak kecuali Ruka, Yaksa, Canala, Rena dan karleta yang menegakan tubuhnya kaget. Mereka menatap ke arah gadis tersebut dengan perasaan berkecamuk.
Tubuh Teresa bergetar dengan hebat saat ia menjatuhkan tubuhnya di hadapan orang itu, seseorang yang selama ini ia harapkan agar bisa bertemu. Teresa bersujud sembari memeluk kaki yang berbalut busana mewah itu.
"Mama."
Wanita yang tengah berdiri dengan kaku itu menatap ke bawah kakinya, dimana gadis cantik berbusana warna cream tengah bersujud dengan isak tangis yang tak bisa di tahan.
"Mama, maafin Teresa ma." Hati Teresa terasa terus terhujam palu besar yang menghantam. Menghancurkan serpihan hati nya yang entah sudah berbentuk seperti apa sekarang.
"Maafin Teresa yang terlahir sebagai benalu. Seorang anak yang dengan tega telah membuat keluarganya hancur," ucap Teresa dengan susah payah. Ia masi bersujud di kaki wanita itu. Mencium kakinya dengan derasnya air mata yang mengalir. "Maafkan Teresa ma," lanjutnya.
"Teresa, cukup sayang," ucap wanita yang juga menangis menatap ke arah Teresa. Ia berjongkok, meraih bahu Teresa agar gadis itu mau berdiri.
"Jika Teresa bisa memilih. Teresa ingin agar Teresa saja yang meninggal, bukan papa dan abang ma," ucap Teresa. Suara gadis itu benar-benar terdengar sangat menyesal. Orang-orang yang melihat itu juga banyak yang meneteskan air matanya, tak kuasa menahan rasa haru yang sangat kental.
"Cukup, Teresa cukup!!" Dengan emosi, wanita itu meraih bahu Teresa sampai membuat gadis itu tak lagi bersujud.
Wanita itu memeluk Teresa erat, membiarkan gadis itu menangis dengan kencang di bahunya.
"Jadi...kamu?" Mama Yaksa berdiri menatap dengan tatapan tak percaya wanita yang hanya menampilkan raut wajah datar pada Teresa dan wanita yang tengah memeluk gadis itu.
Mama Yaksa tertawa sinis. Ia menggelengkan kepalanya, menghapus air mata yang terjun bebas. "Seorang wanita yang tak punya hati, yang membiarkan anaknya hidup dengan lubang kosong di hatinya?" Tanya mama Yaksa. Ia maju satu langkah, berhadapan dengan wanita yang masi tak bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benalu [END]✔️
Fiksi Remaja"Bahkan ibunya sendiri membuang anak itu." Semesta pun menghiraukannya, seperti bayangan yang tak pernah di anggap ada, seperti benalu yang tidak pernah di inginkan kehadirannya. *** Nyatanya, ada hasil yang menghianati usaha dan tidak semua usaha...