Terkadang aku ingin hidup di dalam dunia imajinasi. Dunia dimana yang aku inginkan bisa terwujud tanpa adanya kesakitan. Kesakitan dari sebuah kenyataan yang tak pernah kita inginkan ada di dalam hidup kita.
Part 4 || kekosongan.Jangan lupa untuk tekan bintang sebelum membaca cerita ini ya^^ terimakasih sudah mau menghargai^_________^
🥀🥀🥀
Teresa berjalan kaki menuju rumahnya dengan pikiran yang melanglang buana. Ia tersenyum pahit saat mengingat beberapa rentetan kenangan pilunya, dimana ia hanya bisa menyimpan semua seorang diri tanpa pernah mengutarakan perasaan yang di pendam selama ini.
"Aku pulang," ucap Teresa dengan suara serak saat membuka pintu rumahnya.
"Resa sudah pulang?"
Teresa mengangguk sembari tersenyum kecil pada Lilo yang tengah berada di ruang tv.
"Kita main yuk, sudah lama setelah Resa pindah kita jadi jarang main seperti dulu. Untung nya, aku tau rumah Resa yang baru ini jadi aku langsung menyusul kamu kesini," katanya dengan suara riang.
"Mainnya nanti saja ya, gue capek mau istirahat," ucap Teresa berjalan ke arah kamarnya. "Dan, tolong jangan ganggu selama gue tidur, paham?" sambungnya menatap Lilo yang mengangguk patuh.
Lilo menatap punggung Teresa yang memasuki kamarnya. Ia tersenyum aneh sebelum memutuskan untuk mengikuti Teresa ke dalam kamar nya.
Waktu berlalu begitu cepat. Saat Teresa membuka mantanya, dia di kejutkan dengan adanya Lilo yang sudah tersenyum di sampingnya.
"Memang nya ada masalah apa di sekolah baru Resa itu? Sampai-sampai membuat kamu selelah ini?" tanya Lilo yang melihat Teresa baru bangun dari tidurnya.
"Tidak ada," jawab Teresa tanpa mau menanggapi lebih.
"Kamu yakin? Berterus terang saja Res sama aku seperti biasanya, maka nanti akan ku bantu kamu menyelesaikan masalah itu," tanya Lilo lagi yang masi tak percaya.
Teresa hanya bergumam pelan. Ia bangkit dari tempat tidur saat melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
"Lama juga gue tertidur," gumam Teresa sembari meregangkan otot-ototnya yang kaku.
Ia berjalan keluar kamar dengan handuk yang berada di bahunya. Menuju kamar mandi yang ada di dapur. Rumah nya sederhana yang hanya memiliki tiga kamar, satu ruang dapur dan ruang tv yang menyatu dengan ruangan tamu.
Setelah selesai membersihkan diri, Teresa menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri. Setelah selesai ia berjalan keluar rumah, duduk di teras di temani dengan satu gelas susu hangat.
Rumahnya yang memasuki gang kecil dan hanya ada beberapa rumah tetangga yang berjarak cukup jauh, membuat suasana di malam hari sangat sepi dan senyap. Hanya terdengar bunyi hewan malam yang berada di sekitar pohon mangga miliknya.
Teresa termenung. Mencoba untuk tidak mengeluh kepada semesta yang seperti tidak adil memberi nya takdir. Sudah cukup, ia sudah terbiasa hidup seperti ini. Ia tak menginginkan sesuatu yang lebih jika itu hanya bersifat sementara bahkan mungkin sangat singkat, tanpa memberi nya kesempatan untuk bersiap-siap merasakan kehilangan lagi.
"Jadi apakah Resa sudah mau bermain dengan ku?" tanya Lilo yang tiba-tiba sudah berada di samping Teresa.
"Apa lo ngga lihat? Gue sekarang ngga ingin melakukan apapun," jawab Teresa sedikit menahan kesal.
"Ayolah Resa. Temenin aku bermain bola atau kita menjahili para tetangga lagi seperti dulu?" ujar Lilo di depan wajah Teresa dengan semangat mengucapkan kalimat terakhirnya.
"Gue sudah besar Lilo. Lagi pula kalau lo menjahili para tetangga, pasti selalu gue yang kena dampaknya," keluh Teresa memajukan bibirnya.
"Tapi itu sangat seru Res, apa kau tidak ingat bagaimana Wajah mereka dulu? Kebingungan dengan rasa takut yang melingkupi perasaan mereka," ujar Lilo riang yang masi berusaha membujuk Teresa untuk bermain.
"Udahlah, kalau lo pingin main ya, main aja. Gue mau tidur lagi aja udah malam besok harus sekolah." Teresa setelah meneguk habis segelas susunya.
"Yahhhh, padahalkan aku sudah menunggu dari tadi siang untuk bermain dengan Resa," keluh Lilo dengan nada sendu.
Teresa menghela nafas pelan. "Masi banyak waktu untuk kita bermain Lilo. Apa lagi lo."
Teresa menghiraukan suara Lilo yang masi menggerutu.
"Gue harus kuat, suatu hari nanti pasti akan ada keajaiban yang datang untuk membuat hidup gue ini setidaknya sedikit lebih berwarna dari pada yang sekarang," ucap Teresa menguatkan dirinya tentang keadaan yang tak berpihak pada dirinya.
Lilo yang melihat Teresa berjalan masuk ke dalam kamar hanya bisa cemberut menahan kesal. Mau bagaimana lagi ia tak mungkin memaksa Teresa untuk bermain, ia sangat tau bagaimana tersiksanya Teresa selama ini.
Ia hanya bisa berharap semoga temanya itu bisa merasakan bahagia, dia benar-benar tak suka dan merasakan ikut tersiksa saat melihat Teresa menangis. Apa lagi tentang kejadian dulu saat dia baru pertama kali bertemu dengan Teresa, rasa-rasanya ia ingin menghancurkan orang yang hampir melenyapkan temanya itu dari dunia.
🥀🥀🥀
Maaf untuk part ini aku ngga bisa nulis banyak, tapi di part-part berikutnya cerita akan panjang kok ngga pendek kayak gini🙂Siap-siap di part berikut-berikutnya makin banyak kejutan dan apa lgi nanti di ending. Beuhhhh aku sudah memikirkan nya dan ngga sabar segera menyelesaikan kisah Teresa.
Jangan lupa vote dan coment ya, share juga ceritanya ke taman-taman kalian^^. Jangan lupa kasih kritik dan saran nya juga untuk membatu ku lebih baik kedepannya:)).
Ada yang pernah merasakan seperti ini? Kekosongan di dalam hidup kita? Jika ada boleh curhat ke aku siapa tau kita bisa berbagi dan saling menguatkan dan memotivasi satu sama lain:))
Ada yang bisa nebak di part ini?
Bagaimana perasaan nya?
Semoga selalu suka dan dukung cerita ini terus ya^^
TUNGGU KEJUTAN DI SALAH SATU PART NANTI YA, ENTAH AWAL, TENGAH ATAU DI AKHIR. Intinya semoga suka terus😍❤️🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
Benalu [END]✔️
Novela Juvenil"Bahkan ibunya sendiri membuang anak itu." Semesta pun menghiraukannya, seperti bayangan yang tak pernah di anggap ada, seperti benalu yang tidak pernah di inginkan kehadirannya. *** Nyatanya, ada hasil yang menghianati usaha dan tidak semua usaha...