Part 40 || wanita itu dan perasaan yang membingungkan

3.3K 329 21
                                    

Lebih baik senja dari pada pelangi. Walaupun senja selalu berakhir dengan membawa awan hitam, tetapi senja selalu ada. Tidak seperti pelangi yang datang hanya sesekali.

Part 40 || wanita itu dan perasaan yang membingungkan.
Playlist malam ini : All is found (Evan Rachel Wood) lagu pengantar tidur yang manis^__^

Jangan lupa tekan bintang sebelum membaca cerita ini ya^^ terima kasih sudah mau menghargai.

Happy reading!!


~°~

Cakrawala sudah membentang di langit sana dengan awan hitam yang bergerak dari arah timur ke barat. Seperti menandakan akan ada sesuatu yang terjadi malam ini, entah itu membahagiakan atau malah sebaliknya. Semesta seperti nya akan memulai permainan nya lagi.

Pemuda dengan rambut yang masi sedikit basah setelah berenang itu, tengah termenung di balkon kamar nya. Ia terus menatap langit dengan pikiran berkelana kemana-mana, bahkan bayang-bayang seorang gadis yang tak seharusnya ia pikirkan pun terus bersemayam di ingatannya. Entah apa maksud hal tersebut dirinya sama sekali tak mengerti. Ingatan nya terlempar kembali ke masa-masa dimana ia masi berhubungan baik dengan gadis itu.

"Lo cantik banget si Res. Nanti kalau gue khilaf suka sama lo gimana."

"Hal apapun itu yang membuat diri lo menangis sesakit ini. Gue Ruka Fahreza! akan menjamin bahwa di mata ratu yang cantik ini, tidak akan lagi ada tangis seperti ini di wajah lo. Akan gue buat mata lo hanya mengeluarkan air mata, tetapi air mata bahagia."

Ruka terkekeh kecil saat mengingat Kalimant nya itu. Hatinya berdesir hangat saat mengingat wajah malu Teresa yang sangat menggemaskan. Ia teringat saat Teresa yang tiba-tiba menangis saat ia ajak ke pasar malam, ia beranggapan kalau gadis itu mempunyai masa lalu kelam yang membuatnya trauma keramaian yang berlebihan.

"Sebenarnya apa mau gue?" Tanya Ruka lirih pada dirinya sendiri.

"Dulu gue hanya menganggap Teresa sebagai sahabat istimewa, karena gue suka sama Canala. Tetapi, kenapa sekarang semuanya menjadi terasa aneh? Bukanya ini yang gue mau? Hanya mempermainkan Teresa untuk balas dendam pada cowok tengil itu?"

Ruka menatap rembulan di atas sana. Di luasnya langit itu, ia hanya sendirian tanpa di temani bintang-bintang.

"Rembulan itu seperti Teresa. Dia selalu terlihat bersinar walau banyak masalah yang ia terima, tetapi akhir-akhir ini sinarnya semakin meredup dan itu membuat gue gelisah sendiri. Gue rindu binar bahagia di mata hazel nya itu," Ucap Ruka.

"Ck, ah, bangsat!" Umpat Ruka kesal, cowok itu memukul udara kosong di depannya.

"Sebenarnya apa mau gue?!" Pekik Ruka tertahan, menatap bulan dengan perasaan bergemuruh.

Ceklek

Pintu kamar cowok itu terbuka, menampilkan sosok yang tak jauh berbeda dengan Ruka. Pak Rahmat berjalan mendekati anaknya yang tampak gusar tersebut.

"Kenapa ka?" Tanya pak Rahmat. Beliau ikut berdiri di balkon berdampingan dengan putranya.

"Ruka bingung pa," Jawab Ruka lesu.

"Kenapa? Coba cerita sama papa."

"Ruka bingung pa. perasaan yang tengah aku rasakan ini benar-benar membuat ku gelisah," Ucap Ruka mencurahkan perasaannya.

"Kenapa, kamu berantem dengan Canala?" Tanya pak Rahmat menyebut nama cewek putranya itu.

Ruka mengambil nafas sejenak, ia menatap wajah papa nya. "Ruka sudah menyakiti hati seorang perempuan."

Benalu [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang