Apa yang di berikan mendung kepada bumi, sama seperti apa yang di berikan harapan kepada hati, hanya sebuah kemungkinan tidak selalu pasti.
Part 27 || Patah hati
Udah siap baca nih? Kalo siap langsung lah gas tekan bintang dulu sebelum membaca cerita nya ya^^
SELAMAT MEMBACA!!
~°~
Entah sudah berapa kali Teresa menghela nafas lelah, Karleta yang duduk di samping nya pun menatap Teresa dengan heran. Karena tadi pagi sempat cek-cok dengan Yaksa, ia sampai lupa menanyakan keadaan temannya ini.
"Apa," Ucap Teresa dengan pelan, menatap wajah Karleta yang sedari tadi menatap nya penasaran.
"Lo sakit?" Tanya Karleta yang tak kalah pelan nya.
"Oh, iya anak-anak. Bapak lupa ngasih tau kalian," Kata pak Handoko yang tengah menulis soal matematika di papan tulis, membuat Teresa mengurungkan bicaranya.
Semua murid kelas Xl IPA 4 menatap pak Han, menunggu apa yang akan di bicarakan.
"Setelah istirahat, dari kelas X sampai XII mungkin nanti akan jam kos--" Belum selesai pak Handoko mengucapkan nya, kelas sudah gaduh dengan suara riang dari para murid.
Ali sang ketua kelas, yang melihat situasi kelasnya gaduh apa lagi di pelajaran pak Han tak tinggal diam. Walaupun tidak bisa di pungkiri kalau sebenarnya ia juga merasa senang, tetapi sungguh ia tidak mau berurusan dengan guru yang satu ini dengan membiarkan kelas nya yang ramai seperti suara kambing yang kelaparan.
"DIAM!!"
Semua suara senyap, menatap sang pemilik seruan tadi, Rena. Cewek itu berdiri dengan tatapan kebawah.
"Silakan pak di lanjutkan," Ucap Ali yang segera menyadarkan mereka semua dari keterkejutan.
Pak Handoko mengangguk. "Guru-guru akan mengadakan rapat dengan anak-anak OSIS, karena kan sebentar lagi sekolah kita akan mengadakan diesnatalis," Jelas pak Han yang membuat beberapa murid tersentak kaget, baru menyadari acara yang sudah biasa di lakukan setiap tahunya di sekolah.
Berbeda dengan mereka yang tersenyum senang, Karleta dan Teresa tengah fokus menatap punggung Rena yang duduk di depan mereka.
Teresa tak tau apa yang terjadi dengan temanya itu. Cewek dengan rambut sepunggung agak bergelombang, tumbuh tinggi dengan kulit putih nya itu nyatanya jarang sekali marah, apa lagi dalam hal seperti ini. Biasanya Rena dan Karleta yang akan ikut meramaikan suasana dengan tertawa tidak jelas.
Karleta pun menatap Rena dengan heran, sedari pagi saat ia baru tiba di dalam kelas. Ia sudah menemukan Rena yang tengah melamun, saat dirinya tanya kenapa Rena hanya merespon nya dengan gelengan.
Hmmm mungkin lagi sariawan kali yah.
Karleta mengedihkan bahu nya acuh, lalu menatap Teresa dengan wajah berbinar.
"Berarti kita bisa menghabiskan waktu berjam-jam, buat makan di kantin dong yah?" Ucap Karleta penuh semangat memegang legang Teresa dan mengayunkannya pelan.
Teresa mengangguk mengiyakan. Perutnya sudah keroncongan sedari tadi dan mungkin ia bisa sedikit bercerita pada dua temanya ini tentang kelakuan Ruka padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benalu [END]✔️
Novela Juvenil"Bahkan ibunya sendiri membuang anak itu." Semesta pun menghiraukannya, seperti bayangan yang tak pernah di anggap ada, seperti benalu yang tidak pernah di inginkan kehadirannya. *** Nyatanya, ada hasil yang menghianati usaha dan tidak semua usaha...