Pada satu waktu. Aku menyakini kasmaran adalah bahasa lain dari jerat belenggu. Karenanya, aku selalu memilih kesendirian sebagai jalan cinta yang indah. Sampai akhirnya padamu, aku malah merasakan kelembutan kasih sayang dan kemerdekaan sekaligus.
Part 47 || sosok yang tak terduga.
Jangan lupa tekan tombol bintang sebelum membaca cerita ini ya^^ terimakasih sudah mau menghargai^___________^
Playlist : Rumit (Langit sore)
~°~
Deru suara kendaraan di tengah ramainya jalan raya, tak membuat keduanya bersuara. Teresa dengan gugup mengalihkan wajahnya saat mendapati mata Yaksa meliriknya dari kaca spion. Duduk di belakang dengan mengenakan seragam olahraga Yaksa yang sangat kebersaran di tubuh mungilnya itu. Membuat Teresa memilih hanya mengenakan kaos nya saja tanpa memakai trening cowok itu. Bukan apa-apa, kaos Yaksa yang ia pakai saja sudah hampir menutupi rok yang ia kenakan, gimanah jadinya nanti kalau dirinya memaki trening kebesaran milik Yaksa?
"Emm, nanti pas sampai di rumah perban nya di ganti lagi aja," Ucap Yaksa mengagetkan Teresa yang tengah melamun.
Teresa mengangguk kan kepalanya tanpa membalas tatapan Yaksa. Lagian menurut Teresa, luka di kepalanya sudah tidak terlalu parah seperti hari pertama ia kecelakaan. Ya, walau masi terasa sakit tetapi, ini sudah jauh lebih baik dari pada waktu itu.
"Apa perlu gue yang ganti tuh perban?" Tanya Yaksa. Cowok itu menengok ke belang saat berhenti di lampu merah.
Lagi, Teresa menjawab nya dengan gerakan kepala. Gadis itu sebisa mungkin menghindari kontak mata langsung dengan Yaksa yang bisa menyebabkan wajahnya terasa panas. Teresa masi memikirkan hal yang di katakan cowok itu dan teman-teman nya. Ia benar-benar sangat malu. Bagaimana bisa cowok ini melakukan seperti itu di depan teman-temannya? Kalau mereka berdua memberi tahu ke guru atau yang lebih parah ke Bk nanti, siapa yang akan datang kesekolah? Mamanya?
Jangankan mau datang ke sekolah hanya karena masalah seperti ini, ia terluka atau bahkan sampai kritis pun Teresa ragu kalau ibunya mau datang. Dan lagi, ia tak mau terus-terusan merepotkan tantenya. Walau tante Mila bilang akan selalu ada kalau dirinya butuh dan merasa kesepian. Ia tak mau terus-terusan merepotkan nya.
"Ko malah ngelamun si Res."
"Eh, apa Sa?" Tanya Teresa refleks mendekatkan wajahnya bahu Yaksa.
Teresa mengernyit bingung saat mendengar Yaksa yang terkekeh kecil.
"Kenapa?"
"Sebegitu besarnya yah, efek ciuman kita sampai lo terus-terusan memikirkannya," Ucap Yaksa di akhiri kekehan.
Teresa mendesis kesal. "Diam atau gue cubit?!" Ancam gadis itu galak.
Yaksa malah semakin tertawa keras. Cowok itu segera fokus kembali ke jalanan. Sebenarnya, ia juga tak kalah gugup nya dengan apa yang tengah Teresa rasakan. Hanya saja, ia lebih bisa menutupi perasaan itu dengan tingkah isengnya.
"Gue ngga bisa mampir ke rumah," Ucap Yaksa di sela-sela menyetir nya.
"Gue juga ngga ngundang lo kerumah Sa," balas Teresa dengan wajah sedikit kesal dan malu karena Yaksa membahas hal yang sedari tadi ia pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benalu [END]✔️
Novela Juvenil"Bahkan ibunya sendiri membuang anak itu." Semesta pun menghiraukannya, seperti bayangan yang tak pernah di anggap ada, seperti benalu yang tidak pernah di inginkan kehadirannya. *** Nyatanya, ada hasil yang menghianati usaha dan tidak semua usaha...