Tuhan menurunkan tangis agar manusia tau bagaimana caranya menyiasati bahagia. Dan dari semua perjalanan selama ini, aku hanya teringin mengucapkan terima kasih atas bahagia yang pernah mengisi di dalam hati.SUDAH SIAP EXTRA PART NYA?
Yang kemarin minta mana? Ramaikan Yoo bund.
1
2
3
~°•°~
Rasanya tak lagi sama, semua tempat yang pernah di singgahi nya selalu memberikan getaran sesak di dada. Rasa-rasanya ia pun ingin berbicara pada semesta tentang kehendak yang di berikan nya. Kenapa harus seperti ini? Kenapa rasanya sesakit ini? Di setiap detik yang di jalani selalu terbayang tangis pilu di keramaian itu. Andaikan ia bisa merengkuhnya lagi, hanya untuk yang terakhir kali sembari membisikan ucapan rindu yang teramat menyentuh kalbu.
Cowok berambut ikal dengan memakai Hoodie abu-abu itu tengah memegangi sebuket bunga lavender yang baru ia beli dari toko bunga di tepi jalan yang cukup jauh dari sekolah nya. Di cium nya bunga itu dengan tatapan berkaca-kaca dan senyum sendu yang sudah beberapa lama ini selalu terhias di wajahnya.
Jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul enam lebih empat puluh lima, yang mana berarti ia hanya memiliki waktu lima belas menit untuk sampai disekolah jika ingin tidak di hukum membersikan toilet laki-laki yang akhir-akhir ini menjadi primadona hukuman.
"Selamat pagi sayang. Semoga kamu di sana baik-baik saja ya," bisik cowok itu pada angin pagi yang menerpa wajahnya. Ia tersenyum pahit sebelum menaiki motornya dan melenggang berbaur dengan kendaraan lainya di jalanan.
_________
"Lagi?" tanya Danila dengan helaan nafas pelan saat Yaksa memarkirkan motornya di dekat mereka.Adipati mengepalkan satu tanganya yang ada di dalam saku. Ia dan Danila sekarang ada di parkiran, seperti hari-hari sebelumnya berdiri menunggu Yaksa yang datang selalu mepet beberapa menit sebelum jam tujuh tepat.
Yaksa melepas helm fullface yang ia kenakan, lalu berderap pergi tanpa memperdulikan kedua temanya. Sebelum Yaksa jalan menjauh, Adipati lebih dulu menarik Hoodie yang di kenkan Yaksa dan memberikan pukulan keras di rahang cowok itu.
"MAU SAMPAI KAPAN HAH?!" Teriak Adipati dengan satu tangan yang mencengkeram kerah seragam Yaksa.
"Di," panggil Danila pelan yang terkejut dengan tindakan Adipati. Danila menengok kanan-kiri, dimana banyak siswa-siswi baru datang yang mengejar waktu sebelum gerbang tertutup dan para guru berkumpul bak patung selamat datang dengan wajah garang menatap anak-anak yang datang terlambat, tengah memperhatikan mereka.
"MAU SAMPAI KAPAN LO SEPERTI INI HAH?! APA LO NGGA KASIAN SAMA KEDUA ORANG TUA LO YANG SEDIH LIHAT PERUBAHAN SIKAP LO?!" Teriak Adipati dengan nafas memburu.
Yaksa hanya terdiam menatap Adipati datar. Dengan gerakan kasar, ia menghempaskan tangan Adipati dari kerah seragam nya.
"Lo ngga tau apa yang gue rasain," ucap Yaksa dengan suara pelan menatap Adipati dengan tatapan koaga.
Adipati memejamkan matanya, menarik nafas dalam untuk meredahkan amarah.
"Dia selalu egois seperti itu," ucap Adipati menatap tubuh Yaksa yang sudah jauh berjalan di koridor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benalu [END]✔️
Novela Juvenil"Bahkan ibunya sendiri membuang anak itu." Semesta pun menghiraukannya, seperti bayangan yang tak pernah di anggap ada, seperti benalu yang tidak pernah di inginkan kehadirannya. *** Nyatanya, ada hasil yang menghianati usaha dan tidak semua usaha...