Punggung mu tanda seru yang getir, punggung ku tanda tanya paling gugup. Kita tumbuh sebagai kalimat-kalimat yang tak punya arah dan kesulitan menerjemahkan diri sendiri.
Part 58 || yang sebenarnya.
Jangan lupa untuk tekan tombol bintang sebelum membaca cerita ini ya^^ terima kasih sudah mau menghargai^_____^
~°•°~
Ruka menatap Teresa dalam, kedua tangannya terkepal erat. Lagi-lagi kenapa harus Yaksa yang lebih merasakan hidup yang berwarna, padahal menurut nya seorang yang menyebabkan ibunya meninggal tak pantas hidup sebahagia itu.
"Ayo pulang!" Ucap Ruka berjalan ke arah motor nya.
Teresa masi duduk di kursi nya, ia melirik ke arah pintu masuk berharap sosok Aldo gegas keluar.
"Tunggu apa lagi?" Tanya Ruka yang sudah duduk di atas motor nya. "Yang lain masi lama di dalam sana, dan mungkin tidak lama lagi akan turun hujan. Mangkanya gue izin pulang lebih dulu sama pak Banu buat antar lo."
Mau tak mau Teresa berajak dari kursi yang ia duduki, berjalan pelan ke arah Ruka. Ia memakai helm yang cowok itu sodorkan.
Motor Ruka bergabung dengan ramainya kendaraan lain di jalan dan yang pasti dengan tangan Teresa yang melingkar di perut cowok itu. Teresa tak bisa melepaskannya, cowok itu memaksanya untuk berpegangan.
Teresa mengeratkan pelukannya saat merasakan angin dingin yang berhembus kencang, mungkin memang benar sebentar lagi hujan akan turun. Terlihat dari awan kelabu yang pekat di atas sana.
"Sebenarnya apa yang lo lakukan sampai mama Sakila sebegitu benci nya sama lo?" Tanya Ruka. Motor yang cowok itu kendarakan tak terlalu melaju kencang, membuat nya tak harus berteriak untuk sekadar berbicara satu sama lain.
Teresa terdiam, pelukan di perut Ruka semakin mengendur dan lama-lama ia menarik nya. Tak memperdulikan decakan kesal cowok itu.
"Mama Sakila ya?" Ucap Teresa terkekeh pelan. Baru menyadari fakta bahwa ibunya telah menjadi ibu dari cowok di depannya juga, yang artinya keduanya sekarang bersaudara. Lucu sekali rasanya ia melupakan fakta itu begitu saja.
"Nyokap kayaknya benci banget sama lo. Bahkan dia dengan tegasnya mengatakan kalau anaknya itu hanya gue dan anak laki-laki yang bernama Erwin," Ucap Ruka.
Teresa tersenyum getir, ia terdiam dengan pandangan yang berkaca-kaca.
"Apa benar kalau lo sudah bunuh bokap dan abang lo?" Tanya Ruka lagi masi tak mau berhenti walau mengetahui perbedaan raut wajah Teresa.
"Canala pernah cerita kalau lo juga pernah hampir di bunuh sama mama Sakila, tapi gagal dan akhirnya lo depresi sampai mengaku-ngaku punya teman hantu yang lo namai Lilo?"
"Canala tau?" Tanya Teresa dengan perasaan berkecamuk.
Ruka menganguk kan kepalanya. "Kan mantan kedua teman lo yang ceritain semua itu," Ucap Ruka dengan menekankan kata mantan teman.
"Harusnya dari dulu gue memang ngga perlu cerita sama siapapun," Ucap Teresa dengan tatapan menerawang ke depan.
"Jadi itu semua benar? Yang di katakan Canala, kedua teman lo dan mama Sakila kalau lo itu benalu sekaligus pembunuh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Benalu [END]✔️
Teen Fiction"Bahkan ibunya sendiri membuang anak itu." Semesta pun menghiraukannya, seperti bayangan yang tak pernah di anggap ada, seperti benalu yang tidak pernah di inginkan kehadirannya. *** Nyatanya, ada hasil yang menghianati usaha dan tidak semua usaha...