Jangan terlalu berbangga hati, ingat masi akan ada banyak lika-liku yang mendatangi. Perayaan yang sebenarnya baru saja akan dimulai. Bersiap-siap lah.
Part 34 || perayaan.
Jangan lupa tekan bintang sebelum membaca cerita ini ya^^ terimakasih sudah mau menghargai.
~°~
Hari yang di tunggu-tunggu murid-murid SMA 07 Merpati akhirnya tiba. Perayaan ulang tahun sekolah yang ke 20 tahun terlihat sangat meriah, dimulai dari awal masuk gerbang ada pondok kecil yang di hiasi berbagai macam motif batik, terlebih batik Mega mendung yang sangat mencolok.
Di koridor sekolah sudah banyak balon warna-warni yang menempel di pilar-pilar penyangga, berlanjut ke samping laboratorium kimia di sebelah kantin ada spanduk besar DIESNATALIS 20th yang ditulis dengan gaya grafiti yang memadukan berbagai warna. Tempat yang biasa di jadikan background foto anak-anak.
Hari pertama diesnatalis yang bertemakan ke-kreativitasan siswa. Semua kelas di haruskan membuat sebuah karya seni yang nanti akan di letakan di meja-meja yang sudah tersedia di depan masing-masing kelas. Dan sinilah Teresa, ia menatap kelas nya 11 IPA 4 dengan tatapan tak terbaca.
"Enak ya, jadi dia. Ngga usah ikut bantu apa-apa, tinggal nunggu jadi doang," Ucap Dewi di belakang Teresa.
Teresa duduk di mejanya dengan terus menunduk. Rena dan Karleta, temannya belum juga datang. Alhasil ia hanya sendirian dengan tatapan anak kelas yang terus menatap nya tak suka.
"Hm, mentang-mentang lagi ada masalah sama percintaan nya terus sok-sokan sibuk, ngga mau bantu kelas kita," Ucap Mia.
"Alibinya kuat woi, apa lagi tampang nya yang kaya pengen banget dikasihani," Teriak Esa dari pojok kelas.
"Lama-lama kok gue jadi jijik ya, sama orang kaya dia," kata Mahinda yang tengah memakai liptint di bibir nya, melirik Teresa yang duduk di meja ke tiga dekat jendela dengan tatapan sinis.
"Udah woi, udah. Kasian tuh anak nya," Ucap Riski.
Dinda tertawa kencang mendengar nya. "Iya benar kasian banget, udah ngga punya orang tua. Malah sekarang terlibat scandal percintaan segitiga."
Teresa semakin menundukkan kepala nya, semua omongan itu sebisa mungkin ia jadikan angin lalu. Ia sebenarnya sadar kenapa teman-teman kelasnya mencibir dirinya seperti itu. Yah, karena ia tak ikut membantu kerja sama membuat karya seni.
Hanya saja, ia tak tau ada kegiatan seperti itu di ulang tahun sekolah nya, teman-teman di kelas tidak ada yang memberi tahu dirinya, termasuk kedua sahabatnya itu yang entah kenapa masi tak kunjung datang juga.
"EH, ITU MEREKA DATANG!" Teriak Lily menunjuk arah pintu kelas.
Teresa menegakkan tubuhnya, dengan jelas bisa melihat Ali sang ketua kelas yang membawa candi Borobudur setinggi lima puluh centi dengan kedua tanganya. Di belakangnya ada Rindi yang membawa Monas seukuran sama, Widi yang membawa lukisan kaca dan Lindi yang membawa sekantung kresek gelang karangan bunga imitasi yang terlihat sangat cantik.
Anak-anak berbondong-bondong maju ke meja Ali, melihat lagi hasil buatan mereka semua. Ah, tidak semua karena Teresa tak ikut serta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benalu [END]✔️
Genç Kurgu"Bahkan ibunya sendiri membuang anak itu." Semesta pun menghiraukannya, seperti bayangan yang tak pernah di anggap ada, seperti benalu yang tidak pernah di inginkan kehadirannya. *** Nyatanya, ada hasil yang menghianati usaha dan tidak semua usaha...