Orang menangis bukan berarti mereka lemah. Tapi, mereka menangis karena telah berusaha kuat dalam waktu yang lama.
Part 54 || penjelasan dan kejelasan.
Jangan lupa tekan bintang sebelum membaca cerita ini ya^^ terima kasih sudah mau menghargai^_______^
~°•°~
Yaksa menghentikan larinya di tengah jalan. Cowok itu berjongkok, mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.
"Ngapain Lo ngikut ngejar cewek gue?" Tanya Yaksa sewot saat mendapati Ruka yang juga tengah berjongkok di sisi nya mengatur nafas.
"Cewek lo?" Ruka terkekeh sinis. "Bukanya tadi Lo berdua gagal jadian?" Lanjutnya dengan suara meledek.
"Seharusnya Lo di sana. Urusin tuh, keluarga baru lo yang bermasalah," Ucap Yaksa.
"Ini gue lagi cari biang masalah nya," Ucap Ruka enteng.
Yaksa menegakan tubuhnya. Menatap wajah Ruka dengan rahang yang mengeras.
"Lo ngga tau apa-apa tentang kebenaranya!" Ucap Yaksa emosi.
"Oh, ya?" Tanya Ruka menautkan alisnya dengan senyum sinis. "Gue tau tentang kebenaranya. Kedua teman Teresa sendiri yang menceritakan nya, pada Canala."
"Lo!" Yaksa mencengkeram kerah jas Ruka dengan wajah emosi. "Jangan pernah mempermainkan Teresa lagi!"
Yaksa mendorong tubuh Ruka dengan kencang. Cowok itu melirik sebentar ke arah Ruka yang terduduk menatapnya datar lalu berjalan kembali ke rumah pamanya.
Ruka meludah kesamping. Ia menatap kesal ke arah tubuh Yaksa yang terus berjalan.
"Lo akan lihat permainan gue yang sesungguhnya nanti!" Ucap Ruka pelan.
Cowok itu bangkit, menatap jalanan yang sepi dengan raut wajah yang tak di mengerti. Ia mengepalkan tangannya, lalu berlari dengan kencang kembali ke rumah.
________
Keadaan di ruang keluarga benar-benar sangat tegang. Terlebih mama Yaksa yang terus menatap tajam ibu Sakila.
"Jadi sebenarnya Teresa itu anak kamu Kila?" Tanya pak Rahmat pada istri barunya itu.
"Bukan!" Ucap Bu Sakila yang masi saja keukeh.
Mama Yaksa mendesis kesal. Ia melipat kedua tangannya di depan dada. "Benar-benar tidak punya hati!" Ucapan nya pedas.
Bu Sakila terkekeh pelan. "Kamu tidak pernah merasakan jadi saya," Ucap nya. "Kamu tidak pernah tau bagaimana rasanya suami dan anak mu sendiri di bunuh dengan cara keji di depan mata," lanjutnya dengan suara sendu.
Terjadi keheningan di antara mereka. Suasana di sana benar-benar tegang.
"Saya memang tidak pernah tau. Tapi, apakah pantas mengorbankan kebahagiaan anak yang masi hidup demi terus menyesali dan menangisi yang sudah lebih dulu pergi? Bukankah seharusnya kita menyayangi yang masi hidup demi menghargai mereka yang telah berkorban?" Tanya mama Yaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benalu [END]✔️
Novela Juvenil"Bahkan ibunya sendiri membuang anak itu." Semesta pun menghiraukannya, seperti bayangan yang tak pernah di anggap ada, seperti benalu yang tidak pernah di inginkan kehadirannya. *** Nyatanya, ada hasil yang menghianati usaha dan tidak semua usaha...