Happy reading^^
"Alasan ketiga kakakmu memang masuk akal, keputusan kita untuk mempertemukan dua keluarga tidak dalam waktu yang dekat ini juga adalah hal yang tepat, mungkin semua ini terlalu cepat buat kita" - Pak Lay.
Gue sekarang lagi duduk di cafe, nemenin Pak Lay setelah dapet izin dari ketiga abang pastinya.
"Bapak beneran serius mau lamar saya?"
"Iya saya serius, saya benar-benar ingin melamar kamu tapi sebelumnya" Pak Lay ngeluarin sesuatu dari bawah meja.
"Apa pak?"
"Biarpun saya belum dapat restu dari ketiga abang kamu, saya ingin memiliki ikatan dulu dengan kamu" Pak Lay ngasih bunga mawar merah ke gue.
"Maksud bapak, pacaran?" Gue nerima bunganya sambil liatin dia.
"Iya saya diberitahu google kalau saya ingin melamar kamu, saya harus melewati masa pacaran terlebih dahulu jadi saya ingin kamu menjadi kekasih saya" - Pak Lay.
"Ya ampun bapak," gue ketawa.
"Kenapa kamu ketawa?" - Pak Lay.
"Habis bapak lucu, nembaknya kaku banget" gue ketawa.
"Lalu saya harus gimana?" Pak Lay natap gue bingung.
"Bapak gak dikasih tau caranya sama google?"
"Cara? Ah! Saya ingat," Pak Lay ngambil bunganya lagi terus berlutut sambil megang tangan gue.
"Dih, pak gak harus di sini juga" gue tengok kanan kiri takut ada tamu yang kenal sama kita.
"Luna, would you be my girlfriend? Saya akan buktikan keseriusan saya, kita pasti dapat restu dari ketiga abang kamu" - Pak Lay.
"Ba-bapak serius ini??"
"Seribu serius," - Pak Lay.
"Eum saya mau," gue ngangguk sambil senyum malu.
"Yes! Ternyata begini rasanya diterima cintanya sama cewe yang dicintai," Pak Lay meluk gue erat.
"Pak udah, bangun tuh diliatin orang" gue bisik di telinga dia.
"Oh iya maaf, saya terlalu senang" Pak Lay duduk lagi sambil senyum.
"Semangat ya, pak" gue senyum.
"Saya harus semangat demi kamu, saya pasti akan membahagiakan kamu" Pak Lay ngusap punggung tangan gue.
"Iyain, pak" gue senyum.
"Sebentar lagi waktunya makan siang, saya antar kamu pulang" - Pak Lay.
"Eum pak, boleh gak-"
"Jangan panggil saya bapak lagi, saya gak suka" Pak Lay natap gue tajem sambil bukain pintu mobilnya.
"Terus saya harus panggil apa? Om? Oke," gue senyum jahil ke dia.
Pak Lay cuma melengos dan diem aja sampe di rumah gue. Dia juga tadi cuma gumam aja pas gue pamitin. Jadi gue masuk aja terus ikut makan siang bareng tiga abang kesayangan gue.
"Gue tetep gak kasih restu buat lo berdua, pokoknya lo gak boleh pacaran sampe lo nyelesaiin sekolah sama kuliah lo" - Bang Sehun.
"Gue setuju, jangan sampe pikiran lo jadi kacau gara-gara cowo" - Bang Chanyeol.
"Lo tuh gak suka banget sih liat adeknya bahagia," Bang Kai duduk di samping gue.
"Emang lo mau liat adek lo nangis gara-gara cowo?" - Bang Chanyeol.