Happy reading^^
"Kamu yakin mau pindah kesini?" Pak Lay natap gue yang lagi mindahin baju ke lemari.
"Iya pak, saya mau hidup mandiri" gue senyum.
"Kalau butuh sesuatu telpon saya atau mama ya," - Pak Lay.
"Iya pak," gue narik kursi terus naik ke atasnya.
"Eh mau ngapain?" - Pak Lay.
"Naikkin koper lah, pak masa mau lompat jauh" gue ngambil koper di lantai.
"Eh turun, kamu punya saya sekarang jangan lakuin hal-hal kayak gini sendiri" Pak Lay gendong gue turun.
"Eh eh, pak ish!" Gue mukul pundaknya.
"Minggir," - Pak Lay.
"Bisa gak, pak?"
"Bisa, tuh kan udah" Pak Lay turun lagi setelah naikin koper.
"Makasih pacarku," gue nyubit dua pipi dia gemes.
"Aduh aduh, mana lagi yang harus diberesin?" -Pak Lay.
"Udah beres semua tinggal itu," gue nunjuk kardus yang udah dilipet.
"Taruh di dapur aja, biar nanti kalau dibutuhkan kan tinggal ambil" Pak Lay bawa kardusnya ke dapur.
"Oh iya, belum beli kain pel sama sapu, kemoceng juga belum, tempat sampah belum ada" gue ikutin dia dari belakang.
"Kita beli sekarang aja, mumpung masih jam 10 pagi" - Pak Lay.
"Eh tunggu, gak usah" Pak Lay narik tangan gue keluar untung hp sama dompet gue kantongin.
"Pak, baju saya kan begini masa gak boleh ganti?"
"Kamu itu kalo ganti baju, lama tau? Bisa tua duluan ekhem aku cuma gara-gara nungguin kamu," - Pak Lay.
"Apa? Bilang apa tadi?"
"Aku," - Pak Lay.
"Ih gemes!" Gue cubit dua pipi dia.
"Sakit, jangan begitu diem disini tangannya" Pak Lay genggam tangan gue.
"Kita beli perabotannya dimana pacarku?"
"Gak tau," - Pak Lay.
"Ih pacarku ngambek," gue noel pipi dia sambil senyum.
"Jangan bercanda, bahaya" -Pak Lay.
"Kaku banget sih kayak kerah baju baru," gue liatin dia.
"Kamu juga panggilnya kaku, masih panggil bapak memangnya saya bapak kamu?" - Pak Lay.
"Iya iya maaf, sayangku" gue bisik di telinga dia.
Ciittt.....
"Heh jangan ngerem mendadak, bahaya!" Gue natap dia tajem.