Pertama kali bikin ginian. Pertama kali nerjemahin. Original author by CHASSIRE. English translation by Houzini. Selanjutnya Indo translate by me.
Maafkan jika ada kesalahan ya 😁
ORIGINAL AUTHOR BY CHESSHIRE TERJEMAHAN INDONESIA BY NPWULANDR ✌️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dari hari pertama saat aku datang menemui P'Phu di Inggris, ini sudah hampir dua bulan.. aku bahkan belum berpergian dengannya, karena ia selalu ingkar! Seperti yang pernah ia janjikan untuk melakukan perjalanan, namun ada beberapa hal yang mengharuskannya meninggalkan rumah pagi-pagi sekali setiap harinya. Bahkan saat hari minggupun aku di bantu Pham untuk menghentikannya, ia hampir masih harus selalu pergi, saat ia sudah dirumah, begitu melihat wajahnya yang lelah, aku yang selalu tidak bisa berdebat dengannya.
Sangat membosankan.. namun yang lebih penting adalah semakin khawatir.
Setelah hari dimana aku dan P'Phu juga Pham mengobrol sampai ia kembali berbicara lagi, Pham terlihat lebih ceria, ia makan lebih banyak makanan, lebih banyak tersenyum, termasuk berbicara pada orang lain lebih sering daripada sebelumnya. Ayah Austin dan Ibu Helen hampir menangis ketika mengetahuinya dan semakin ia melihat bahwa betapa orang tuanya mencintainya, Pham bahkan menjadi semakin ceria. Ia bekerja sama untuk pengobatannya dengan Paman Will sehingga Paman Will mengatakan bahwa Pham pasti akan sembuh.
Satu-satunya hal yang membuat kami khawatir tengtang Pham adalah ia suka pergi keruangan atas dan duduk memandangi lukisan Ibu kandungnya. Awalnya, Ayah Austin tidak mengijinkannya pergi ke atas karena ia takut Pham akan memikirkan sesuatu yang lebih buruk, namun ketika ia berjanji pada semua orang bahwa ia tidak akan punya pemikiran pendek, maka kami semua setuju, namun aku harus mengikutinya keatas dan duduk menemaninya sebagai teman.
"Pada titik ini, ketika aku menutup mataku, aku masih merindukan Ibuku.." Pham menutup matanya sementara tangannya menyentuh lukisan itu dan ia sepertinya tahu apa yang sedang aku pikirkan, ia menoleh padaku untuk tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya, "Tapi di lukisan ini Ibuku duduk dengan bahagia."
"Kau mungkin akan bahagia, melihatnya terlihat bahagia."
"Eur."
P'Phu membaritahuku bahwa semua lukisan diruangan ini adalah gambar Ibu kandungnya semua, sketsanya digambar sudah sangat lama, itu bukanlah lukisan P'Phu seperti yang aku pikirkan. Mengenai gambar ibunya, gambar itu seperti pekerjaan seorang seniman sehingga terlihat sangat sempurna. Hanya mendengarnya saja, aku mulai mengerti kenapa P'Phu hobi melukis. Meskipun aku belum pernah melihatnya lagi melukis selama dua tahun terakhir ini, namun aku masih mengingatnya melukis dengan sangat baik ketika di pameran universitas. Terkadang, ia ingin melukis seperti Ibunya..
"Ayo pergi." Aku menepuk pundak Pham pelan untuk memberitahunya bahwa saat ini waktunya kami turun kebawah untuk makan dimana Pham mengangguk mengerti, ia menoleh pada lukisan itu lagi sebelum mengukutiku keluar.
Hari ini ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan Ayah Austin, sehingga aku meminta padanya sejak kemarin. Ia terlihat sangat senang dan berkata bahwa ia akan menunggu saat makan siang bersama Pham. Ketika kami berjalan ke ruang makan, aku melihat Ayah Austin sudah menunggu disana. Ketika Bibi Jane membawakan nasi, ia memisahkan diri dan mengatakan bahwa Bibi Jane akan pergi untuk membantu Ibu Helen menyusun buku diatas. Aku tahu bahwa ia ingin aku dapat mengobrol dengan mudah bersama Ayah, dan aku harus berterimakasih. Namun sebenarnya, aku tidak membicarakan sesuatu yang begitu serius.