Lima

19K 1.3K 64
                                    

Sakura duduk dengan gelisah di kursi depan ruangan yang merawat putrinya. Sangat gelisah karena bukan hanya Sarada yang belum selesai di periksa tapi juga karena seseorang yang duduk diam di sampingnya. Tadi tanpa banyak debat mereka membawa Sarada ke rumah sakit. Sakura yang saat itu panik malah masuk mengikuti Sasuke yang membawa Sarada ke mobilnya. Tak ingin tertinggal ia pun ikut naik ke mobil pria itu tanpa meminta izin dari pemiliknya terlebih dahulu. Sasuke tak menolak ia dengan sedikit kekhawatiran membawa mereka ke sini. Untuk memeriksa keadaan putrinya itu.

"Kau belum menjawab pertanyaanku" ujar Sasuke tiba-tiba. Setelah hampir setengah jam mereka terdiam di situ akhirnya Sasuke lebih dulu membuka suara.

Sakura menoleh pada pria itu sambil mengernyitkan alisnya bingung. Tak mengerti dengan arah pembicaraan pria itu.

Seolah tahu bahwa Sakura belum mengerti ucapannya ia kembali bersuara, "apa yang kau lakukan pada Sarada. Sampai dia seperti itu?"

"Dia berlari padaku dan terjatuh" jawab Sakura singkat. Tak ingin banyak bicara dengan pria itu.

"Apa alasannya sampai dia berlari padamu?"

Sakura berusaha menahan emosinya ketika pria itu kembali bertanya. Sejak kapan pria itu menjadi sangat ingin tahu dengan kehidupan seseorang.

Ia tertegun ketika kembali teringat sesuatu. Kenapa Sasuke sampai mengenal Sarada. Apakah ia tahu siapa gadis kecil itu sebenarnya. Pertanyaan itu menghinggap di kepala Sakura.

"Kau. Kenapa bisa Sarada bersamamu?"

Sasuke menatapnya datar, "aku meminta jawabanmu bukan pertanyaan balik darimu"

"Kau cih benar-benar tidak berubah dasar menyebalkan"

"Mengatai diri sendiri" gumam Sasuke pelan tapi masih bisa didengar oleh Sakura. Sakura menatapnya tajam.

"Apa lagi yang akan kau lakukan disini?" tanya Sakura kesal.

"Menunggu Sarada dan membawanya pulang tentu saja" Sasuke dengan percaya diri berucap seperti itu hingga membuat Sakura dongkol sendiri dengan nada bicara Sasuke seolah-olah pria itu adalah orang tua Sarada walaupun memang benar sih. Tapi kan ia tak boleh membawa Sarada seenaknya apalagi dengan Sakura yang baru menemukan putrinya itu. Tentu saja penjagaan Sarada akan lebih hati-hati dari sebelumnya dan tak akan memberikan Sakura kepada sembarangan orang. Ia tak ingin kedua kalinya kehilangan gadis kecil cantik itu.

"Untuk apa kau membawanya pulang? Dia akan pulang bersamaku. Dia anakku" ucapan Sakura bagai petir di siang hari. Sarada anaknya bagaimana bisa mantan kekasihnya itu sudah mempunyai anak.

"Kau berbohong" tuduh Sasuke pada wanita pink dihadapannya membuat Sakura memutar bola matanya bosan.

"Silahkan berkata sesukamu tuan Uchiha" setelah berkata seperti itu Sakura segera berjalan ke arah dokter yang baru saja keluar dari ruangan Sakura. Ia menjelaskan bahwa kaki gadis itu tak parah. Hanya pembengkakan karena tergelincir tapi sudah di obati. Dan mungkin saja beberapa jam lagi akan sedikit membaik kalau Sakura mau pun gadis itu sudah bisa langsung pulang ke rumah hari ini.

Kemudian Sakura masuk ke dalam ruangan itu dan tentu saja Sasuke mengikutinya. Ia tak akan percaya begitu saja dengan ucapan Sakura. Bagaimana jika ia berbohong dan berniat jahat pada Sarada walau ia tahu Sakura tidak seperti itu karena ia sangat menyukai anak kecil. Tapi tak apa kan mencurigainya walau hanya sedikit saja.

"Mama" kata itu keluar dari bibir mungil Sarada ketika matanya menangkap ibunya yang sedang berjalan ke arahnya. Sakura mendekat sambil mengelus kepala Sarada dengan lembut, ia menangis haru melihat putrinya itu. Keadaan putrinya baik sangat baik kecuali kakinya tentu saja.

Sasuke menatap ibu dan anak itu dari pintu ruangan. Ternyata benar kata Sakura kalau Sarada adalah anaknya. Terlihat dari wajah Sarada yang berbinar senang dan tak lagi menampakan wajah sedih.

"Mama merindukanmu sayang" ujar Sakura sambil memeluk gadis kecil itu.

"Aku juga mama" gumam Sarada di pelukan Sakura.

"Apa kau makan dengan teratur?" tanya Sakura.

"Tentu saja karena aku yang merawatnya" bukan itu bukan suara Sarada tetapi itu suara Sasuke yang berjalan mendekati mereka berdua.

"Paman Sasuke" gumam Sarada ketika melihat Sasuke berdiri di samping ibunya.

Sakura menatap pria itu sejenak. Pikirannya terus melayang memikirkan apakah Sasuke mengetahui tentang Sarada atau tidak. Dalam hati kecilnya seperti mengharapkan bahwa pria itu tahu tentang Sarada. Tapi tidak boleh. Ia segera menggeleng ketika pemikiran yang tak masuk akal itu masuk ke kepalanya.

Keadaan kembali hening. Sakura tak tahu harus bertanya apa pada Sarada tidak disini mungkin di rumah ia bisa menanyakan semuanya.

"Jadi kau sudah menikah?" tanya Sasuke tiba-tiba. Lagi-lagi ia membuka pembicaraan. Sakura sempat dibuat heran sejak kapan pria itu seperti ini.

Sakura terdiam ia menatap putrinya yang sudah asik dengan mainannya.

"Bukan urusanmu" jawab Sakura ketus. Sasuke meliriknya ketika jawaban itu keluar dari mulutnya. Sempat bingung kenapa ia bisa seketus itu pada Sasuke padahal ia tak ada niat.

Rasa mengganjal mengalir di hati Sasuke. Seperti tidak suka dengan cara Sakura berbicara padanya dan ia tak terimah kalau sebenarnya Sakura telah menikah. Ia masih mencintai Sakura sampai detik ini. Ia menyesal karena telah berbuat brengsek pada Sakura. Awalnya dia melihat Sakura tadi perutnya seperti ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan. Senang sekali rasanya dan ia ingin langsung meminta maaf pada wanita itu tapi bibirnya tak mampu berucap. Ia membenci sifat egonya ini.

"Siapa pria yang beruntung itu?"

"Sudah ku bilang bukan urusanmu. Apa kau tak mengerti ucapanku" teriak Sakura tiba-tiba. Sehingga membuat Sarada yang tadi asik dengan dunianya sendiri menatap ibunya bingung.

"Mama kenapa?"

Sakura tersenyum pada putrinya lalu memberikan kecupan singkat di pipi gadis kecil itu. "Tidak sayang. Lanjutkan bermainmu"

Perintah Sakura kepada Sarada sehingga gadis itu kembali melanjutkan acara bermainnya yang tertunda.

Sasuke memperhatikan Sarada sejenak gadis itu sangat penurut pasti Sakura mendidiknya dengan baik dari kecil.

"Sasuke ku mohon pergi dari sini" ucap Sakura pelan takut jika nada ucapannya menganggu anaknya.

"Aku ingin berpamitan dengan Sarada sebentar. Jika kau tak keberatan" pinta Sasuke tulus. Entah kenapa ia seperti tak rela berpisah dengan gadis itu. Ia sudah merasa sayang pada Sarada. Mungkin karena ibunya merupakan orang yang masih dicintainya sampai sekarang makanya ia juga sampai menyayangi gadis itu.

"Hmm terserah padamu" ujar Sakura datar. Ia mengelus kepala Sarada, "sayang mama keluar sebentar yah"

"Iya maa"

Sasuke melihat Sakura yang berjalan keluar ruangan itu dengan sedih. Ia tahu pasti Sakura sangat membencinya. Ia pun membenci dirinya yang brengsek itu. Kalau ia tak sejahat itu menyuruh Sakura menggugurkan kandungannya pasti saat ini mereka masih bersama dan kemungkinan mereka sudah mempunyai anak.

Sasuke melebarkan matanya ketika teringat sesuatu. Ia menatap Sarada dari ujung kepala sampai ujung kaki. Apa jangan-jangan. Tapi tidak mungkin Sakura telah menggugurkan kandungannya.

.

.

.

Bersambung...

Vote dan komen:)

Btw komen klian aku bca kok tpi maap gk smpet bles yahh. Lbih bnyk komen lbih smngat akuu...

Klw bnyk typo maap lgi yahh soalnya aku ketik crta in mata aku udh berat amat smpah udh kyak lampu 5 watt:(...

Fusion of Destiny (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang