"Sakura-chan bagaimana kabarmu?" Sakura hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya atas sikap Naruto yang tak berubah dari dulu. pria itu masih sama cerewet dan menyebalkan. Lihat karena teriakan menggemanya, putrinya sampai terbangun.
"Naruto bodoh karena teriakanmu anakku sampai terbangun" bukannya menjawab pertanyaan pria jabrik itu, Sakura malah mengocehinya.
Naruto menyengir lebar sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, ia lalu menggulirkan tatapannya pada Sasuke yang masih berada di pojok ruangan sambil mengelus-ngelus punggung putrinya.
"Nyehehehe maaf Sakura-chan aku hanya terkejut saja saat melihatmu. aku pikir Teme berbohong"
"Hee terserahmu Naruto" gumam Sakura asal sambil berjalan ke arah sofa, ia menduduki dirinya di sofa empuk tersebut dengan santai, "Bagaimana kabar Hinata?"
"Tentu saja baik. sekarang dia sedang sibuk di rumah mengurus anak kami" jawab Naruto sambil cengegesan. Sakura hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat senyum yang tak pernah hilang dari wajah ceria pria itu. Orang-orang pasti berpikir bahwa Naruto adalah manusia yang tak mempunyai secuil masalah.
"Sakura-chan kau tahu Ino dan Sai.."
"Sudah menikah" potong Sakura sambil memutar bola matanya bosan, "aku sudah tahu"
"Benarkah? Kau tahu darimana"
"Dasar bodoh tentu saja aku tahu, selama ini aku selalu bersama Ino. Bahkan aku datang ke pernikahannya"
Mata pria berambut jabrik itu membola. Bagaimana bisa, padahal ia dan Sasuke dulu sempat mencari Sakura di kediaman Ino. Tapi wanita itu mengatakan bahwa ia tak mengetahui keberadaan Sakura. Lalu mengapa sekarang Sakura berkata bahwa ia selalu bersama Ino. Apa jangan-jangan mereka memang sengaja.
"Jangan memasang tampang bodohmu Naruto. Kau pikir Ino akan memberitahu begitu saja keberadaanku pada kalian setelah apa yang Sasuke perbuat padaku dulu, tentu saja tidak"
"Wahh awas saja Ino itu, kalau sampai bertemu denganku" gumam Naruto dengan kesal. Sudah mencari keliling Tokyo keberadaan Sakura ternyata Ino tahu, dasar memang.
"Sudahlah Naruto kau malah akan mendapatkan pukulan dari suami pucatnya itu"
"Tidak Sakura-chan aku akan tetap..."
"Berisik Naruto. Keluarlah dari ruanganku" lagi-lagi ucapan Naruto terpotong membuatnya semakin kesal. Tapi kali ini bukan Sakura melainkan Sasuke yang sedang berjalan mendekati mereka berdua dengan Sarada yang masih tertidur di pelukannya.
"Kau mengusirku Teme?"
"Hn"
"Lalu bagaimana dengan proyek baru itu, kita belum membicarakannya"
"Lain kali saja"
Naruto diam sejenak sambil memikirkan sesuatu, "baiklah, kalau begitu aku pergi dulu" ia berdiri lalu mendekat pada Sasuke, membuat pria Uchiha itu mengernyit heran.
Dan selanjutnya apa yang dilakukan Naruto membuat Sasuke geram sendiri. Bagaimana tidak, pria itu mencium gemas pipi gembul putrinya lalu berlari keluar dari ruangan itu, sebelum Sasuke membunuhnya karena memancing amarah singa jantan itu dengan mengusik tidur putrinya.
"Ck brengsek" umpat Sasuke pelan. Ia kembali mengelus punggung kecil putrinya ketika gadis itu kembali menggeliat di pelukannya.
Sakura memperhatikan dengan diam apa yang dilakukan ayah dari satu anak itu. Hatinya selalu menghangat ketika Sasuke memperlakukan putrinya dengan lembut. Ia bahagia tentu saja, selama ini Sarada tak pernah mendapatkan perhatian dari ayahnya walaupun Sakura berusaha untuk selalu memberikan rasa sayang. Tetap saja kasih sayang darinya dan dari Sasuke berbeda. Jika melihat yang sekarang ini, ia tahu pasti putrinya tak ingin berpisah dengan ayahnya. Satu hari saja tak melihat keberadaan Sasuke, Sarada akan merengek padanya untuk menemui ayahnya, dan apa.? Ia tetap tak bisa menolak keinginan putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fusion of Destiny (End)
FanfictionSasuke baru saja akan masuk ke dalam mobilnya namun tertunda ketika ia tak sengaja melihat seorang gadis kecil tengah duduk meringkuk di depan mobilnya sambil menangis. Seolah gadis itu memiliki magnet yang mampu membuatnya mendekat dan merasa penas...