Sakura berjalan pelan menuju pintu utama rumah kediaman Uchiha tersebut. Sudah tak kaget melihat betapa megahnya rumah ini, karena sudah beberapa kali ia pernah mengunjunginya saat menjalin hubungan dengan Sasuke dulu.
Malam ini ia hanya menggunakan dress selutut berwarna biru muda dipadukan heels berwarna hitam. Tak lupa memakai tas selempang kecil yang menambah kesan manis di tubuhnya serta rambut panjangnya dibiarkan terurai. Ia terlihat seperti anak remaja 17 tahunan yang belum mempuanyai anak.
Ngomong-ngomong soal anak. Putrinya sedang dalam perjalanam bersama kakaknya. Pria itu memaksanya untuk pergi terlebih dahulu. Sedang dia dan Sarada akan menyusul karena Sarada sedang bermain, padahal ia tahu itu hanya alasan kakaknya saja supaya dirinya bisa bertemu lebih dahulu dengan keluarga Uchiha. Dasar Sasori kakak yang licik.
Saat Sakura hampir sampai di tujuan, ia menelfon dan menyuruh mereka bersiap-siap lalu cepat datang. Ia sudah menyiapkan segala keperluan Sarada, Sasori tinggal membantunya memakaikan pakaian.
Kakaknya menjawab dengan bosan bahwa mereka sudah dalam perjalan. Itu semua karena putrinya merengek padanya untuk cepat pergi agar supaya bisa bertemu dengan ayah dan keluarga Uchiha lainnya.
Mendumel dalam hati. Sebenarnya ia sama sekali tak ada niat untuk datang, ia takut. Tapi karena rengekan Sarada dan paksaan dari Sasori. Akhirnya ia memilih untuk datang.
Menekan bell rumah dengan perasaan yang was-was. Tanpa menunggu lama pintu besar tersebut terbuka. Ia langsung disambut senyuman hangat dari nyonya Uchiha. Dengan canggung Sakura menunduk sopan lalu membalas senyuman Mikoto dengan ramah.
Diluar dugaannya, wanita paruh baya itu menariknya ke dalam pelukan. Sakura memejamkan matanya menikmati pelukan itu. Hatinya menghangat karena pelukan ini sama seperti pelukan ibunya hangat dan nyaman.
"Oh tuhan Sakura kau kemana saja sayang. Bagaimana kabarmu, apa kau tak merindukan keluarga ini?" tanya Mikoti tiba-tiba. Ia lalu melepaskan pelukannya menatap Sakura yang masih diam.
"Aku baik bu. Dan aku minta maaf karena menghilang tiba-tiba" gumam Sakura menyesal ia menunduk takut. Panggilan ibu memang dari awal, Mikoto selalu mengingatkannya untuk memanggilnya ibu sedang Fugaku ayah. Karena mereka sudah menganggap Sakura seperti anak sendiri. Apalagi mendengar cerita dari Sasuke. Mikoto merasa sangat senang, impiannya akan terwujud mempunyai anak perempuan yaitu Sakura walaupun bukan anak kandung tapi ia sangat senang dan satu lagi ia mendapatkan seorang cucu.
"Tak perlu minta maaf sayang. Ayo masuk" Sakura mengangguk sambil ikut berjalan masuk.
"Tunggu dulu" Sakura mengernyit bingung ketika Mikoto tiba-tiba berhenti tepat di ruang tamu.
"Kenapa bu?" tanya Sakura heran.
"Dimana cucuku?" bukannya menjawab wanita itu balik bertanya.
"Dia sedang dalam perjalanan kemari bu"
"Ohh baiklah"
"Kenapa bisa ibu tahu?"
Mikoto menatapnya lembut sambil menyuruhnya untuk duduk. Sakura mengikuti perintah nyonya Uchiha itu. Tapi matanya tak lepas dari wajah Mikoto. Ia belum mendapatkan jawabannya.
"Sasuke sudah menceritakan semuanya tanpa ada yang terlewatkan sekalipun"
Sakura mengangguk-angguk tanda mengerti. Kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru arah. Tak melihat tanda-tnda anggota keluarga Uchiha selain Mikoto dan beberapa pelayan yang sedang sibuk.
"Sasuke berada di ruang kerja ayahnya. Dia sedang disidang oleh ayah dan kakaknya" ucap Mikoto ketika melihat wajah Sakura yang seperti mencari keberadaan seseorang.
"Disidang?"
"Iya Sakura. Kau tahu kan apa kesalahan Sasuke. Tentu saja dia akan diberi pelajaran"
"Ti-tidak bu, itu bukan sepenuhnya salah Sasuke, aku juga bersalah"
"Tidak Sakura ini salah Sasuke dan dia akan bertanggung jawab atas semua kesalahannya, seorang Uchiha bukan keluarga sembarang. Sayang"
"Aku mengerti bu"
Keduanya terdiam sejenak. Sakura mulai canggung dengan keadaan ini. Merutuk dalam hati pada kakaknya yang lama datang.
"Bagaimana dengan cucuku. Apakah dia baik-baik saja?"
Sakura tersenyum, "ya bu. Dia sangat baik. Dia anak yang penurut dan ibu tahu dia adalah duplikat Sasuke"
Mata Mikoto langsung berbinar ketika mendengar ucapan Sakura dengan penasaran ia menanyakan semua tentang Sarada. Sedang Sakura menjawab dengan antusias. Ia senang jika menceritakan akan tentang putrinya.
Mata keduanya langsung menoleh ketika mendengar langkah kaki menuruni tangga. Fugaku dan Itachi berjalan menuruni tangga dengan santai.
Matanya melebar sempurna ketika melihat Sasuke berjalan di belakang kedua Uchiha itu tertatih-tatih, wajahnya lembam dimana-mana.
Ia meringis baru kemarin Sasori menghajarnya sekarang ayah dan kakaknya lagi. Sasuke benar-benar dilanda kesialan akhir-akhir ini.
Uchiha benar-benar menyeramkan bahkan pada anggota keluarga mereka sekalipun. Tapi dibalik itu Sakura tahu bahwa mereka adalah keluarga penyayang.
Sasuke berjalan tertatih-tatih kearahnya kemudian merobohkan tubuhnya di sofa tepat samping Sakura. Sakura hanya bisa menelan ludah. Pasti pria itu sangat kesakitan tapi ia menutupi dengan wajah datarnya.
Fagaku dan Itachi ikut duduk di sofa. Mereka menatap Sasuke tanpa merasa iba beda dengan Mikoto yang sudah marah-marah kepada keduanya karena memberi pelajaran yang berlebihan pada Sasuke.
"Kenapa kalian kejam sekali pada anakku?"
Itachi mendengus bosan mendengar ocehan ibunya, "ibu aku juga anakmu"
"Kenapa kau melakukan ini pada adikmu Itachi?"
"Ayolah ibu sekali-kali tak apa"
Sasuke memincing mata pada kakaknya, "diam kau Itachi"
"Ohh santailah adikku"
Sasuke diam tak meladeni ocehan menyebalkan kakaknya. Ia lebih memilih menyandarkan tubuhnya di sofa. Melirik pada Sakura yang duduk dengan canggung.
"Sakura bagaimana kabarmu nak?" tanya Fugaku ketika dirasa bahwa Sakura yang mulai canggung dengan keadaan ini.
"Aku baik yah. Ayah bagaimana?" tanya Sakura basa-basi.
"Baguslah. Aku baik" Sakura mengangguk sambil tersenyum lega. Walaupun Fugaku terlihat kaku tapi dia menyayangi Sakura sama seperti Mikoto.
Suasana kembali sunyi mereka duduk di ruang tamu dengan diam. Sakura menatap satu persatu wajah anggota keluarga Uchiha tersebut. Pandangan matanya berhenti pada Itachi yang tengah menyengir lebar padanya.
"Hay calon adik ipar. Kau yang hampir merobohkan perusahaan Sasuke beserta tempat tinggalnya kan?"
Sakura menengang seketika ketika Itachi dengan santai mengatakan hal tersebut. Orang yang diketahuinya pendiam ternyata memiliki mulut corong. Dasar Uchiha satu itu.
Lihat sekarang ia ditatap dengan penasaran oleh anggota Uchiha lainnya, terutama Sasuke. Lelaki itu seperti menuntut jawaban darinya.
Sakura mendadak kaku. Ia berdehem sebentar. Entah mengapa lehernya mendadak kering sulit membuka suara.
"Hmm aku.." gumam Sakura terhenti ketika pintu utama terbuka dan nampaklah siapa yang masuk.
"Malam semuanya" semua mata yang tadi menatap Sakura kini tertoleh pada seseorang yang baru saja masuk. Beberapa mata menatapnya kaget.
.
.
.
Bersambung...
Jangan lupa vote dan komen....
.
.
.
Baru up gaes aku makin hari makin sibuk ditambah gak ada kuota yah jadi gini dehh lambat upnya padahal cerita udah numpuk di draf.. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fusion of Destiny (End)
FanfictionSasuke baru saja akan masuk ke dalam mobilnya namun tertunda ketika ia tak sengaja melihat seorang gadis kecil tengah duduk meringkuk di depan mobilnya sambil menangis. Seolah gadis itu memiliki magnet yang mampu membuatnya mendekat dan merasa penas...