Duasatu

12.2K 912 27
                                    

"Kenapa kau berdiri seperti orang idiot disitu Sakura?"

Sakura melebarkan matanya mendengar ucapan Ino, oke ia menarik kembali perasaan kasihannya terhadap wanita pirang itu.

"Aku tak percaya melihat seorang Ino yang manja ini bergulat dengan dapur dan isinya karena biasanya kau lebih memilih bergulat dengan make-up mu atau dengan errr Sai mu" ucap Sakura lalu tertawa terbehak-behak melihat wajah kesal sahabatnya itu.

"Dasar kau Jidat. Kau pikir aku akan seperti itu terus. Aku ini sudah menikah dan ini adalah kewajibanku sebagai ibu rumah tangga" Ino berkata sambil mengelus perut buncitnya. Sakura yang melihat hal itu pun diam-diam tersenyum.

"Jenius sekali nyonya Shimura ini" puji Sakura dengan nada mengejeknya.

"Diam kau Jidat sialan"

"Astaga Ino dari tadi kau mengumpat terus. Kau tak boleh seperti itu kau sedang hamil"

Ino memutar bola matanya bosan mendengar ucapan Sakura, "selama ada suamiku aku tak mengumpat Sakura. Tapi jika Sai tak ada aku akan mengumpat, ayolah mulutku tak bisa terpisah dengan kata-kata itu"

"Jangan seperti itu Ino. Anakmu akan memiliki mulut pedas seperti mu nanti"

"Benarkah? Ya tuhan maafkan aku. Aku berjanji selama hamil aku tak akan berkata kasar"

Sakura menyeringai melihat Ino yang kalang kabut. Padahal ia hanya berkata hal yang omong kosong. Hahaha ternyata menyenangkan mengerjai sahabat pirangnya itu, batinnya.

.

.

.

"Ino aku tak bisa tidur" Sakura menggoyang pundak wanita pirang itu hingga membuat mata Ino terbuka.

Mereka memilih tidur bersama di kamar tamu, setelah menonton film horor. Bukan menonton bersama tapi hanya ia sendiri. Ino tadi sudah memilih tidur di kamarnya kerena mengantuk, tapi baru saja ia tidur sahabat pinknya membangunkannya dengan cara mengedor-ngedor pintu. Lalu Sakura membujuknya agar tidur bersama. Alasannya ia takut dengan hantu yang ada di film yang di tontonnya tadi dan masih terbayang-bayang. Akhirnya pun ibu hamil itu menyetujui ucapannya dengan syarat Sakura tak boleh mengganggu tidurnya. Tapi sepertinya wanita itu melanggar syaratnya.

"Apa lagi Sakuraaaaaaa. Ya tuhan aku mengantuk lihat ini sudah jam satu malam"

"Wajah seram hantu itu terbayang-bayang di kepalaku"

"Bodoh. Sudah tahu tak bisa menonton film horor tapi masih saja keras kepala"

"Aku kan ingin"

"Terserahmu Sakura aku ingin tidur dan jangan mengganggu tidurku jika kau masih menggangguku, aku akan pindah ke kamarku lalu membiarkanmu tidur disini sendiri" Ino langsung saja menarik selimutnya dan memunggungi sahabat pinknya itu.

Sakura menghembuskan napasnya sambil berusaha memejamkan matanya. Ayolah ia harus terlelap.

Ia kembali teringat kejahilannya tadi kepada Ino, mungkinkah ini karma karena menakuti sahabatnya yang sedang hamil itu. Sakura segera menggeleng, sudahlah ia harus tidur.

"Ayo tidur, tidur, tidur" gumamnya pelan. Matanya ditutup paksa.

"Aku haus" keluhnya sambil mengelus lehernya yang terasa kering karena terus menggumamkan hal yang gak masuk akal. Ia menoleh pada Ino yang sudah tertidur nyenyak. Bagaimana ini, ia haus dan takut untuk pergi ke dapur. Jika membangunkan sahabatnya itu, bisa-bisa Sai yang mengamuk karena ia mengganggu tidur Ino yang sedang hamil tua itu.

"Ahh persetan dengan rasa takut ku. Aku haus" ia bangkit dari tidurnya lalu berjalan pelan-pelan keluar dari kamar.

Menghembuskan napasnya lega saat sampai di dapur dengan selamat tanpa ada gangguan sesuatu. Ia pun langsung saja meneguk air dingin yang baru saja dikeluarkan dari kulkas itu.

Fusion of Destiny (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang