Tigatujuh

8K 748 38
                                    

Pandangan mata emeraldnya menuju pada jam besar berwarna keemasan tersebut. Menunjukkan angka hampir dua belas malam, namun tanda-tanda kepulangan suaminya belum juga nampak. Sudah beberapa hari belakangan ini, Sasuke lembur kerja karena harus mengurus masalah di kantornya. Selama itu pun ia selalu setia menunggu kedatangan suaminya yang nampak berbeda akhir-akhir ini. Ia berpikir mungkin karena terlalu lelah dengan pekerjaannya sampai Sasuke bersikap seperti itu.

Helaan napas panjang terdengar begitu ingatan beberapa hari lalu membekas di kepalanya dengan penuh tanya. Belum ada jawaban dari rasa penasarannya itu. Ia berusaha berpikir positif.

Tangannya bergerak mengelus perut membuncitnya yang sudah memasuki bulan ke delapan. Tinggal menunggu satu bulan lagi, ia akan bertemu dengan anak ke duanya. Begitu tak sabar memang, debaran aneh sering kali ia rasakan saat memikirkan bagaimana rupa anak keduanya ini.

"Mama mencintaimu sayang" gumamnya lembut. Matanya menatap lama perutnya yang membuncit tersebut.

Terus mengelus perutnya dengan gerakan pelan dan lembut. Matanya pun ikut terpejam dan bernapas santai. Di dalam kepalanya timbul berbagai spekulasi tentang suaminya, namun ia sekuat tenaga menghilangkan pemikiran tersebut. Ia mempercayai Sasuke, pria itu begitu mencintainya jadi tak mungkin.

Bersamaan dengan tepisan pemikiran buruk, terdengar suara mesin mobil. Dengan susah payah ia beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju pintu utama. Menunggu suaminya masuk ke dalam rumah.

Pemikiran buruknya menghilang digantikan perasaan lega saat mendapati wajah letih suaminya. Ia tersenyum hangat. "Sasuke-kun"

Sasuke membalas tatapannya, "kau belum tidur?"

Menggeleng pelan sebagai respon. "Aku ingin menunggumu pulang"

"Seharusnya tak perlu Cherry kandunganmu sudah membesar dan kau butuh banyak istirahat. Aku tak ingin kau kenapa-napa" ucap Sasuke. Tangannya terulur mengelus wajah istrinya.

Sakura menutup matanya saat merasakan sensasi lembut dari elusan suaminya. Namun hanya beberapa detik hingga hidungnya menangkap bau aneh. Matanya melebar sempurna, dengan kasar ia menepis tangan pria itu dari pipinya. Wajahnya langsung memerah, tangisannya keluar begitu saja. Mengumpat dalam hati, membenci hormon ibu hamil yang membuat hatinya melemah dan jadi cengeng seperti ini.

Pemikiran buruk menghantamnya. Kali ini mungkin ia akan berpihak pada pemikiran buruknya, buktinya saja sudah kuat jika Sasuke melakukannya di belakangnya.

"Hiks jangan menyentuhku" kernyitan timbul di jidat pria itu. Ia menatap Sakura dengan tatapan bingung.

"Kau kenapa Cherry?" Tanya Sasuke seraya mendekat pada istrinya. Niatnya yang akan memeluk wanita itu hilang seketika saat Sakura memilih mundur. Air matanya terus mengalir.

"Benar dugaanku hiks kau selingkuh"

"A-apa maksudmu Sakura?"

"Apa, benar kan? Hiks belakangan ini memang kau terlihat aneh. Pulang larut malam, ada pesan masuk dari wanita yang entah siapa hiks dan ini bau tubuhmu. Ya tuhan aku tak percaya ini aku berusaha menepis pikiran burukku tentangmu, namun nyatanya kau melakukannya di belakangku. Hiks alasan apa itu masalah di kantor. Cih pandai sekali kau menipu istri bodohmu ini" ucapan kesal ia layangkan pada suaminya. Beberapa hari ia kuat menahannya namun kali ini tidak lagi. Sasuke benar-benar keterlaluan, ia dengan perasaan khawatir menunggu kepulangan suaminya. Namun suaminya melakukan sesuatu yang membahagiakan di belakangnya.

Mata pria itu membola sempurna mendengar ucapan yang keluar dari mulut Sakura. Entah karena apa ia memasang wajah seperti itu.

"Kau menuduhku selingkuh?" Tanya Sasuke lalu mengacak rambutnya frustasi.

Fusion of Destiny (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang