"Papa buka pintunya Sarada ingin masuk" suara mungil dari luar sana membuat Sasuke terkejut. Pantas saja ada yang berani mengetuk pintunya disaat sudah diberi peringatan. Ternyata putrinya.
Membuka pintu tersebut dan mendapati putrinya sedang duduk berselonjoran kaki di lantai. Membuatnya mendengus tak suka. Walaupun kebersihan kantornya diutamakan, tapi tetap saja kan ada kuman walaupun hanya sedikit. Dan ia tak ingin sampai putrinya sakit hanya karena itu. Oke kali ini ia benar-benar berlebihan. Jika saja ia tahu bahwa Sakura sering membiarkan putrinya bermain pasir di kebun yang berada di taman dekat apartemen. Pasti bungsu Uchiha itu akan memarahi Sakura.
Bahkan Sarada akan pulang dengan baju yang kotor dan ibunya akan dihadiahi amukan dari nyonya Tsunade karena membiarkan cucunya bermain kotor, padahal itu adalah kemauan Sarada jadi ia tak tega jika harus menolaknya.
Tapi jangan salah, jika Sarada akan memakan sesuatu, Sakura selalu mengajarkannya untuk mencuci tangan terlebih dahulu. Walaupun ia membiarkan putrinya bermain sesuka hati tapi kesehatan dan kebersihan Sarada nomor satu baginya.
"Kenapa duduk dilantai?" tanya Sasuke. Ia ikut mensejajarkan dirinya dengan Sarada.
Sarada memanyunkan bibirnya, "papa lama sekali, kaki Sarada pegal makanya Sarada duduk saja"
Gadis kecil itu terlihat merajuk padanya. Lihatlah tangannya dilipat di dada sambil memalingkan kepalanya ke arah lain. Membuat Sasuke gemas dibuatnya. Persis seperti Sakura jika sedang merajuk padanya.
Ia pun membawa putrinya ke gendongannya lalu menepuk-nepuk pelan bagian belakang pakaian gadis itu.
Ia mencium pipi Sarada gemas, "siapa yang membawamu kemari?"
"Paman Yamato, lalu paman bilang ketuk saja pintu ruangan papa. Dan paman pergi, katanya ia tak boleh menganggu papa" jawab Sarada dengan wajah kesalnya.
Sasuke tahu bahwa putrinya itu masih marah padanya, "maafkan papa sayang. Papa sedang sibuk"
"Iss papa terlalu sibuk sampai melupakan Sarada dan membiarkan mama berdebat dengan bibi menor di lantai bawah"
"Iya papa ta.. Ayo kita ke bawah" Ucap Sasuke tiba-tiba ketika baru memahami tuturan putrinya. Dengan tergesa-gesa ia berjalan ke arah lift pribadinya. Lift yang hanya boleh dipakai orang-orang penting atau anggota keluarga Uchiha.
Memang dari awal ia sudah mendengar ucapan Yamato, bahwa ada wanita berambut aneh datang ke perusahaannya dan bertengkar dengan resepsionis yaitu Kurenai. Tapi ia tak tahu jika orang itu adalah Sakura. Ia baru sadar ketika Sarada mengatakan bahwa ibunya sedang berdebat dengan bibi menor. Ternyata selama belakangan ini yang membuat lobinya ricuh itu Sakura.
.
.
.
"Ada apa ini?" pertanyaan bernada dingin dari CEO tersebut membuat kedua wanita yang sedang berdebat beserta beberapa pegawai terdiam kemudian menatapnya dengan takut. Aura mencekam menguar di sekitar pria itu, tapi semuanya menguap ketika melihat gadis kecil nan imut yang sedang berada di gendongan Sasuke.
Bertanya-tanya dalam hati, siapa gerangan gadis itu.
Kurenai menunduk memberi salam, "maaf Sasuke-sama, ini ada wanita yang memaksa ingin bertemu dengan Anda. Padahal Yamato sudah memperingatinya terlebih dahulu untuk tidak menemui anda sebelum jam istirahat"
Sakura menatap nyalang pada wanita tersebut, kemudian menggulirkan tatapannya pada Sasuke. Lihat pasti Pria itu merasa sangat percaya diri sekali ketika Kurenai mengatakan bahwa ia ingin bertemu dengannya.
"Enak saja, bukan aku yang ingin bertemu denganmu, tapi anakmu"
Beberapa karyawan disitu mulai tak mengerti dengan adegan yang berada di hadapan mereka. Anak, jadi seorang Uchiha Sasuke yang mereka pikir belum menikah ternyata mempunyai anak. Bagaimana bisa, tanya mereka dalam hati masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fusion of Destiny (End)
FanfictionSasuke baru saja akan masuk ke dalam mobilnya namun tertunda ketika ia tak sengaja melihat seorang gadis kecil tengah duduk meringkuk di depan mobilnya sambil menangis. Seolah gadis itu memiliki magnet yang mampu membuatnya mendekat dan merasa penas...