Tigabelas

14.3K 965 27
                                    

"Semuanya. Menjaga Sarada saat masih di dalam kandungan, melahirkannya, merawatnya dengan baik dan memberikannya kasih sayang penuh. Walaupun aku menyuruhmu untuk menggugurkannya tapi kau berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjaganya agar selalu aman. Mungkin orang diluar sana akan begitu putus asa tapi kau tidak Sakura" Sasuke berucap dengan penuh keyakinan matanya memancarkan kehangatan dan rasa bersyukur kepada Sakura.

Sakura memperhatikan dalam diam wajah pria itu. Ia tahu kata-kata tersebut adalah usaha Sasuke untuk memperbaiki semuanya tapi ia masih sakit. Bukan tak percaya lagi hanya saja hatinya belum sepenuhnya sembuh.

"Aku...."

"Aku tahu kau masih ragu padaku, tapi ku mohon maafkan aku atas semua yang telah ku perbuat padamu. Pukul aku sesukamu tapi jangan membenciku. Aku masih mencintaimu Sakura. Dulu kini dan nanti. Tak akan hilang"

Wanita itu masih diam, mencerna baik-baik kata demi kata yang terlontar dari bibir pria itu.

Sasuke yang mengerti bahwa Sakura masih berusaha mencermati ucapannya pun memilih tak memaksakan jawaban yang akan diberikannya. Ia tahu ini berat bagi Sakura.

"Aku memang manusia hina yang berusaha membunuh anakku sendiri. Tapi tak bisakah aku mendaptakan satu kesempatan lagi untuk menebus kesalahanku selama ini?"

Tumpah sudah air mata Sakura yang ditahannya selama ini. Ia mulai terisak dihadapan Sasuke. Dalam hatinya lega mendengar pengakuan dari pria itu, setidaknya Sasuke benar-benar menyesali perbuatannya di masa lalu. Tapi entah kenapa walau hanya setitik keraguan itu masih  mengghinggap dihatinya.

Sasuke menghapus air mata wanita itu dengan lembut. Tak tega melihat Sakura yang lagi-lagi menangis dan itu karenanya.

"Aku takut Sasuke" suara serak Sakura menjadi tanggapan atas pengakuan Sasuke. membuat pria itu tertunduk sejenak berusahan menahan kekecawaannya karena penolakan Sakura. Kemudian ia mengangkat wajahnya menatap Sakura sambil tersenyum lembut, "tak apa aku mengerti"

Sasuke beranjak dari tempat tidurnya lalu berjalan keluar dari kamarnya meninggalkan Sakura sendiri dengan pikirannya. Wanita itu butuh waktu untuk berpikir sekaligus menjernihkan kepalanya.

Sebenarnya sasuke kecewa dengan tanggapan Sakura, tapi mau diapa ia tak bisa memaksakan wanita pink itu. Karena sudah cukup selama ini ia memberikan rasa sakit kepadanya ia tak mungkin memaksa, itu hanya akan menambah rasa sakitnya saja.

Sasuke menghentikan langkahnya diruang tamu, dimana masih ada keluarga dan putrinya yang asyik bermain. Ia menduduki dirinya secara tiba-tiba di samping Sarada. Lalu mengangkat gadis kecil itu ke atas pangkuannya.

"Apa yang sedang sarada lakukan?"

"Aku sedang bermain bersama paman" jawab Sarada dengan suara cemprengnya membuat Sasuke tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencium gemas pipi putrinya itu.

"Mama dimana pa?" tanya gadis itu ketika tak mendapati ibunya.

"Mama sedang istirahat sayang. Sarada disini saja dulu dengan papa yah" Sarada mengangguk patut, "iya pa"

Mikoto yang sedari tadi memperhatikan interaksi putra bungsu dengan cucunya itu membuat hatinya menghangat. Tak pernah rasanya melihat Sasuke selembut ini dengan anak kecil, walaupun itu anak dari bibinya. Pria itu tetap akan bersikap dingin. Tapi kali ini dia menunjukkan sikap lembutnya pada Sarada.

Wanita paruh baya itu menggulirkan tatapannya pada jam dinding, menunjukan pukul setengah delapan. Sudah waktunya untuk makan malam. tapi sepertinya Sakura belum turun-turun dari kamarnya.

"Sasuke" Sasuke mengalihkan tatapannya dari Sarada ke ibunya, "kenapa bu?"

"Panggil Sakura turun, kita akan makan malam"

Sasuke pun bangkit lalu memberikan putrinya pada ayahnya, yang sebelumnya sudah bersuara untuk memberikan gadis kecil itu padanya.

Setelahnya ia berjalan menuju kamarnya. Hatinya sedikit gelisah karena akan bertemu dengan wanita itu. Takut akan mengganggu acara penenangan Sakura, tapi mau diapa ini adalah perintah ibunya. Ia tak mungkin menolaknya.

Sesampai di depan pintu kamar, ia berdiri sejenak. Sedikit ragu untuk membuka pintu berwarna gelap tersebut. Namun dengan perlahan ia membuka pintu tersebut. Mendapati Sakura yang tengah melamun sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur.

Lamunan wanita itu buyar ketika Sasuke memanggil namanya dengan nada rendah. seperti bisikan, "kenapa?"

"Ibu menyuruhmu ke bawah"

Sakura mengangguk lalu beranjak dari duduknya. Ia melangkah pelan, tapi langkahnya terhenti ketika Sasuke menahan pergelangan tangannya. Ia berbalik menatap pria itu bingung.

"Tak perlu dipikirkan kata-kataku tadi, aku mengerti perasaanmu"

"Tapi aku...."

"Tak apa Sakura aku mengerti. aku tak ingin egois kali ini, karena ini menyangkut perasaanmu" Sasuke tersenyum padanya kemudian ia melangkah pergi meninggalkan Sakura yang terdiam.

Entah mengapa dadanya terasa sesak ketika mendengar ucapan Sasuke barusan, seolah pria itu menyerah padanya, padahal baru tadi dia menyatakan perasaannya. Kenapa cepat sekali Sasuke berubah pikiran.

Ia berdiam di kamar tadi untuk menjernihkan kepalanya sekalian membuka pelan-pelan hatinya untuk Sasuke, tapi melihat pria itu bersikap seperti tadi membuat hatinya merasakan hal aneh. Apa mungkin ia sakit hati? tapi kenapa bisa.

.

.

.

Naruto menatap tak percaya pada Sasuke yang mengatakan bahwa Sakura sudah kembali dan lebih mengejutkan kembali. Dia sudah mempunyai anak berusia empat tahun. Ya tuhan bagaimana bisa, seorang Uchiha Sasuke pria yang selalu disindirnya karena belum mempunyai istri dan anak ternyata sudah mempunyai anak dan lebihnya lagi. Anak pria itu lebih tua dua tahun dari anaknya.

Naruto menggeleng-gelengkan kepalanya seolah ini adalah suatu keajaiban dunia. Sasuke adalah pria perkasa, pikirnya.

"Ternyata kau lebih unggul dariku dalam hal membuahi Teme"

Sasuke mengangkat sebelah alisnya sambil mendengus bosan, "aku memang lebih unggul dalam segala hal darimu Dobe"

Ucapan pria uchiha itu membuat sahabat jabriknya mencibir kesal, "sombong sekali kau Teme.."

Sasuke tak lagi menanggapi ocehan Naruto. Ia lebih memilih berkutat dengan komputernya. Sebentar lagi akan jam istirahat jadi ia akan menyelesaikan semua lembaran dokumen tersebut, supaya setelah istirahat ia tak perlu lagi pusing dengan kerjaannya karena sudah lebih dulu diselesaikan.

Ketukan pintu berbunyi membuat Sasuke dan Naruto menatap satu sama lain, seolah bertanya siapa orang yang mengetuk pintu tersebut. Pasalnya ia sudah mengingatkan pada Yamato agar jangan ada yang datang ke ruangannya karena ia sedang berbicara tentang proyek penting bersama Naruto, sekalian menyelesaikan kerjanya yang menumpuk.

Tapi sepertinya orang yang mengetuk pintu itu sudah bisan bekerja di perusahaan Uchiha Group yang gajinya tiga kali lipat dari perusahaan lain.

Mengeraskan rahangnya ketika ketukan itu masih berbunyi, bahkan sekarang bukan lagi ketukan melainkan lebih ke pukulan-pukulan kencang.

Berdecih pelan. Ia tak suka jika perintahnya di langgar. Dan orang ini salah satu yang melanggar perintahnya. Kali ini ia tak akan banyak cekcok dan akan langsung mengeluarkan orang tersebut dari kantornya.

"Naruto kau tunggu sebentar disini" Naruto yang terlihat bodoh amat memilih mengangguk lalu berjalan ke arah sofa mendudukkan dirinya di sofa tersebut. Selagi Sasuke belum membahas tentang proyek, maka ia akan bersantai terlebih dahulu.

"Ck benar-benar" decak Sasuke sambil berjalan mendekati pintu ruangannya.

"Papa buka pintunya Sarada ingin masuk"

.

.

.

Bersambung......

.

.

.

Jangan lupa vote dan komen readers" setiaku😗
Dannnn jangan cuma jadi pembaca gelapnya, follow juga dong akun aku...

Fusion of Destiny (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang