Delapan

18.1K 1.1K 40
                                    

Sakura memperhatikan putrinya yang terlihat tidak semangat. Gadis kecil itu dari bangun tidur sampai sekarang ini wajahnya murung. Entah apa yang membuat Saradanya seperti ini.

Dengan rasa penarasan Sakura mendekat pada putrinya yang sedang memakan sarapannya tanpa minat. Ia mengelus kepala gadis itu sambil mencium jidatnya.

"Kenapa sayang, apa makanan mama tidak enak?" Sarada mendongak lalu menggeleng pelan. Sakura menaikkan kedua alisnya seolah berkata 'lalu apa?'

Sarada memanyunkan bibirnya, membuat Sakura tak tega dengan apa yang dipikir-pikirkan gadis kecil itu. Ia juga semakin penasaran dengan apa yang membuat Sarada murung di pagi hari.

"Aku merindukan papa. Kenapa papa tidak datang kesini lagi ma, apakah papa lupa kalau papa punya anak?" tanya Sarada dengan mata berkaca-kaca. Pipinya bahkan sudah memerah. Yang Sakura tahu sedikit lagi tangisan putri kecilnya akan pecah.

"Tidak sayang papa ingat. Hanya saja papa sedang sibuk kerja" jelas Sakura dengan suara lembutnya. Ia segera membawa Sarada ke dalam gendongannya sambil memberi kecupan dikedua pipi gembul putrinya.

"Hiks kenapa. Apa pekerjaan papa lebih penting dari Sarada yah ma?" ucapan Sarada benar-benar membuat Sakura geleng kepala. Bagaimana gadis sekecil Sarada berpikir seperti itu. Memang keturunan Uchiha jenius-jenius. Anaknya yang seharusnya tak perlu memikirkan hal tersebut harus memikirkannya.

Sakura baru saja akan bersuara untuk menjelaskan pada gadis itu tapi suara bel rumah sudah terlebih dahulu berbunyi. Dengan Sarada yang masih berada di gendongannya ia berjalan ke arah pintu lalu membukanya.

Dan umur panjang. Orang yang baru saja diceritakan oleh kedua perempuan itu tengah berdiri di depan pintu dengan senyum hangatnya tangan kanannya membawa kantong yang Sakura tak tahu apa isinya.

"Papa" teriak Sarada antusias sambil membuka tangannya meminta agar Sasuke menggendongnya.

Sasuke tersenyum dengan tingkah menggemaskan putrinya, namun itu hanya sekejap ketika melihat wajah memerah gadis itu sepertinya Sarada menangis.

Ia menatap Sakura meminta jawaban atas apa yang dilihatnya.

"Dia merindukanmu" jawab Sakura yang sudah tahu dengan tatapan tanya Sasuke.

Sasuke kembali menatap Sarada sambil menyodorkan kantong yang berisi beberapa stok buah tomat. Ia ingat sekali bahwa putrinya sangat menyukai buah itu sama sepertinya, jadi sebelum kesini ia singgah sebentar di toko buah dan membelikannya untuk Sarada dan tentu saja untuknya juga karena ia akan berlama disini. Lagipula ini hari minggu jadi ada waktu untuknya berlama-lama dengan Sarada.

Sakura menerima kantong tersebut sambil menyerahkan Sarada pada gendongan Sasuke. Kemudian ia memilih masuk ke dalam untuk merapikan apartemennya yang masih berantakan karena ini masih pagi sekali.

"Kau menangis?" tanya Sasuke pada putrinya yang asik bermanja dalam pelukannya. Ia ikut berjalan masuk ke dalam apartemen tersebut.

"Iya aku merindukan papa. Dan mama bilang kalau papa sedang sibuk kerja. Apa kerja lebih penting dari Sarada yah pa?"

Ohh tuhan Sasuke ingin sekali membunuh dirinya sendiri ketika mendengar pertanyaan polos namun sangat menusuk dalam hatinya dari mulut Sarada. Lalu tatapan itu demi apapun tatapan yang sama seperti Sakura berikan padanya beberapa minggu lalu ketika meninggalkan kafe. Tatapan rapuh yang sangat menyiksa dirinya.

Sasuke tersenyum kaku lalu mencium pipi Sarada. "Tidak sayang kau yang lebih penting dari pekerjaan papa"

Sarada menatap Sasuke dengan mata bulatnya yang bergenang air mata, "benarkah pa?"

"Tentu saja sayang" gumam Sasuke dengan lembut.

"Kalau begitu papa bisa dong datang kesini setiap hari"

"Iiy.."

"Tidak Sarada papamu sibuk kerja jangan memaksanya untuk selalu datang tiap hari kesini" potong Sakura tiba-tiba membuat Sarada terdiam sambil menunduk.

Sasuke menatap Sakura datar. Kenapa wanita itu sangat sinis kepadanya dan sibuk kerja. Alasan apa itu. Tentu saja ia akan lebih memilih Sarada daripada pekerjaannya karena menurutnya cukup sudah selama ini ia yang tak tahu apa-apa tentang Sarada dan memilih sibuk dengan pekerjaan. Sekarang yang utama adalah kebahagiaan Sarada dan mungkin Sakura.

"Aku selalu punya waktu untuk Sarada" ucap Sasuke pada Sakura. Membuat wanita itu menatapnya tajam beda dengan Sarada yang sudah mendongak sambil berbinar bahagia.

Sasuke tahu kalau tak ada Sarada sudah lama ia mendapatkan pukulan dari wanita pink itu.

"Lalu kenapa kau baru datang sekarang kalau kau bilang selalu punya waktu?" tanya Sakura dengan nada kesal. Nampak sekali jika wanita itu ingin mencari cara agar Sasuke tak akan datang kesini setiap hari.

Dan soal Sasuke yang baru datang sekarang. Tentu saja ia menyiapkan diri untuk bertemu lagi dengan Sakura setelah pertemuan mereka sebelumnya yang terkesan tidak baik. Juga ia sedang mengatur rencana agar mendapatkan hati wanita itu.

"Ayolah Sakura jangan berkata seperti itu dihadapan Sarada. Ada waktu untuk kita bicarakan hal ini tapi bukan di hadapan Sarada"

Sakura mengangguk kepalanya mengerti sedang Sarada menatap bingung kedua orangtuanya itu.

"Hmm oke sayang. Waktunya mandi, kau bau" ujar Sakura lalu mengambil Sarada dari gendongan Sasuke. Ia menurunkan putrinya ke lantai.

"Mandi yah sayang. Mama sudah menyiapkan air mandimu"

"Baik ma. Pa aku mandi dulu yah" Sarada melambai pada ayahnya lalu berjalan ke arah kamar mandi.

Sasuke menatap heran pada Sarada yang berjalan begitu saja, lalu ia menatap Sakura.

"Apa-apaan kau?"

Sakura mengernyit heran, "kenapa aku?"

"Kau menyuruhnya mandi sendiri?" tanya Sasuke tak percaya. Seolah yang Sakura lakukan adalah menyuruh Sarada untuk menyebrangi jalan tol.

"Iya, dia sudah besar Sasuke"

"Kau gila Sakura. Sarada masih terlalu kecil untuk mandi sendiri. Aku bahkan yang hampir terlambat ke kantor akan memandikannya terlebih dahulu tanpa memikirkan pekerjaanku. Karena aku takut dia kenapa-napa dan bagaimana kalau dia terpeleset di lantai kamar mandi atau tenggelam dalam bak mandi" Sakura dibuat melongo dengan kata-kata si bungsu Uchiha itu. Hanya satu tarikan napas ia bisa berbicara sepanjang itu dan itu karena Sarada.

"Kau yang gila Sasuke anakku sudah besar dia sudah bisa mandi sendiri"

Sasuke mengacak rambutnya atas ucapan Sakura. Wanita itu benar-benar keras kepala sekali bahkan di saat sudah punya anak sifat keras kepalanya tak berkurang. Untung saja Uchiha Sasuke adalah pemaksa yang handal jadi tak perlu dengan berpikir banyak cara untuk membujuk Sakura karena ia akan memaksa wanita itu jika tak mau. Terdengar tidak adil memang tapi itulah Sasuke apapun keinginannya harus terpenuhi. Salah satunya ia ingin mendapatkan hati Sakura dan secepatnya akan didapatkannya.

"Terserah katamu Sakura. Tapi selagi ada aku, aku yang akan memandikan Sarada" ucap Sasuke sambil berjalan ke kamar mandi yang sudah diketahui letaknya karena ia pernah masuk kesitu di kunjungannya pertama di apartemen ini.

Sakura menatap pria itu dengan bingung. Namun detik berikutnya ia tersenyum hangat. Hal yang diimpikannya selama ini tercapai juga. Apalgi dengan melihat Sasuke yang begitu over protekfiv pada Sarada membuat rasa senang di dadanya mengembang.

.

.

.

Bersambung...

Vote dan komen...

.

.

.

Komen klean aku baca kok cuma gitu lahh gaes lebih banyak komen akan buat aku lebih semangat lagi... :) (aku Gaje yah)😂

Fusion of Destiny (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang