Duapuluh

10.6K 784 9
                                    

BRUKK

"Ya tuhan...." pekik Sakura histeris.

Menahan napasnya melihat apa yang terjadi di depan matanya, namun ia kembali bernapas lega ralat sedikit lega. Karena bukan wajah Nagato yang mendapatkan pukulan dari kekasihnya melainkan meja caffe tersebut, yang sudah err terbelah dua.

Sakura menunduk takut saat Sasuke menatapnya tajam. Mereka sekarang jadi pusat perhatian seisi caffe. Dan jangan lupakan pemilik caffe yang sedang berjalan mendekati mereka.

"Maaf tuan kau harus mengganti rugi kerusakan yang..."

"Ku beli caffe mu"

Sakura melebarkan matanya mendengar ucapan tajam penuh penekanan Sasuke, kesombongan dan kemarahannya menjadi satu sekarang ini.

Sasuke menatap Sakura tepat di matanya, "pulang". Satu kata yang mampu membuat bulu kuduk wanita pink itu merinding. Begitu juga seisi caffe tak ada yang berani membuka suara.

Dengan perasaan yang bercampur aduk, Sakura berjalan kaku dan keluar dari caffe tersebut. Ia berjalan terlalu lambat sampai Sasuke telah melewati langkahnya dan lebih dulu masuk ke dalam mobil.

Tangannya bergetar hebat saat memegang gagang pintu mobil mahal pria itu, dengan was-was ia membukanya. Mendapati Sasuke yang sibuk dengan ponselnya.

"Siapa yang menyuruhmu masuk ke mobilku?" Sakura menghentikan gerakan tangannya yang sedang memasang sabuk pengaman.

"Ta-tadi Sasuke-kun menyuruhku pulang"

"Pulang sendiri sana atau dengan selingkuhan mu"

Sakura mengernyitkan alisnya, apa-apaan ucapan itu. Apakah dirinya baru saja diusir secara halus. Tidak Sasuke keterlaluan, dia salah paham seharusnya dengar dulu alasannya lalu bertindak.

"A-aku..." Sakura menghentikan ucapannya saat tatapan tajam nan menusuk itu menatapnya. Ia seperti dibakar oleh onyx pekat Sasuke.

Dan Sakura mengutuk dirinya yang sangat cengeng, hanya karena tatapan itu matanya sudah berair, tidak sampai menetes sih. Tapi ia sedikit kesal dengan pria pantat ayam itu. 

"Kau jahat" gumam Sakura sambil keluar dari mobil Sasuke.

Tak berlama-lama setelah Sakura turun pria itu langsung saja pergi meninggalkan kekasih pinknya yang sedang menahan kekesalannya.

"SASUKE PANTAT AYAM GILA MENYEBALKAN" teriak Sakura sambil menghentak-hentakkan kakinya. Beberapa orang yang berada di parkiran menatapnya heran.

"Apa kalian lihat-lihat?" dumelnya kesal tak lupa memberikan tatapan tajam pada mereka yang menatapnya.

.

.

.

"Cih berhentilah menangis Jidat lebar tissu ku hampir habis" keluh Ino melihat sahabat karibnya yang mengeluarkan ingus di tissu.

Sakura memutar bola matanya yang memerah itu. Ayolah tujuannya kesini untuk menangisi kehidupannya yang rumit ini, bukan untuk mendapatkan keluhan dari mulut ember sahabatnya.

"Hiks kau sama saja dengan Sasuke jahat sekali, padahal dia belum mendengar penjelasanku tapi malah menuduhku berselingkuh. Hiks aku tak mau menikah dengannya Ino dia jahat"

Untung saja suami wanita pirang itu sedang tugas di luar kota, jadi ia bisa dengan leluasa menangis dan berteriak tanpa ada protesan dari si pemilik rumah yang satunya lagi.

Ino melebarkan matanya mendengar ucapan Sakura, dengan kesal ia memukul kepala berwarna pink itu hingga membuat pemiliknya kesakitan.

"Aduhh kepalaku Ino sakit" ia mengelus-elus kepalanya yang berdenyut hebat. Jika sebelum ini kepalanya pernah terbentur sudah dipastikan ia akan mengalami amnesia. Oke itu berlebihan sekali Sakura.

"Kau tidak idiot kan Sakura, beberapa hari lagi kalian akan menikah dan kau mengatakan bahwa kau tidak ingin menikah dengan Sasuke. Apa-apaan itu, kau ingin nyonya Mikoto mencukur habis rambut pink mu hingga botak karena mempermalukan keluarga Uchiha" Sakura terdiam mencerna ucapan sahabatnya yang sedang hamil tua itu. Benar juga apa yang diucapnya barusan pasti Ibu cantik nan anggun itu tak akan membiarkannya lolos begitu saja karena mempermalukan keluarga Uchiha dengan membatalkan pernikahan mereka disaat undangan sudah menyebar dimana-mana. Tapi jika dipikir Mikoto tak mungkin sampai membotaki kepalanya itu hukuman yang buruk.

"Tapi Sasuke sudah tak mencintaiku lagi Ino"

"Astaga Sakura kau semakin hari semakin bodoh, kemana otak pintarmu dulu. Kau pikir dengan hanya melihat dirimu berduaan dengan pria lain rasa cinta Sasuke akan menghilang begitu saja. Tidak bodoh, dia hanya cemburu"

"Hmm tapi"

"Tapi apa?"

"Aku ingin menginap disini dan jangan beritahu Sasuke jika aku bersamamu. Ya ya ya?" Sakura menaik turunkan alisnya berusaha membujuk Ino.

"Lalu kau membiarkan Sarada tidur sendiri di apartemenmu. Kau gila?"

"Putriku di rumah neneknya Ino. Dan stop mengatakan aku gila" ujar Sakura kesal. Ia kemudian merangkak naik ke tempat tidur berwarna ungu tersebut. Bukan kamar Ino dan Sai, tapi kamar tamu.

"Aku belum mengizinkanmu tidur disini Jidat"

"Berisik Ino aku mau tidur. Sudah pergi sana siapkan makan malam untukku"

Ino menghela napasnya panjang sambil berjalan keluar dari kamar tamu tersebut, "aku menyesal membukakan pintu untuknya"

"Aku masih mendengar ucapanmu Pig" teriak Sakura dari dalam kamar.

.

.

.

Sasuke mengacak rambutnya frustasi melihat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sakura belum saja pulang, padahal ia menunggu sudah hampir tiga jam. Sebelum ke apartemen wanita itu, ia singgah sebentar di apartemennya untuk mandi dan sedikit menenangkan pikirannya setelahnya ia langsung kemari. Dipikirannya Sakura pasti sudah tertidur sampai lupa menyalakan lampu, namun setelah ia masuk dan mengcek semua ruangan. Wanita itu tidak ada, dan ia tahu sekarang pasti Sakura belum pulang dari tadi. Mungkin saja ia bersinggah di suatu tempat atau paling buruk Sakura pergi bersama selingkuhannya. Menggeleng cepat, itu tidak mungkin. Lagi pula ia sedikit kenal pria itu, karena beberapa kali berkumpul dengan kakaknya. Setahunya dia juga mempunyai kekasih jadi tak mungkin pria itu berselingkuh dengan Sakura.

Tadi itu ia hanya cemburu melihat kedekatan Sakura bersama pria lain. Padahal sebelum meninggalkan Sakura ia berpesan untuk mengabarinya jika ada sesuatu, tapi wanita itu tak mengatakan sesuatu dan malah berduaan dengan pria lain. Jadi ia refleks menggebrak meja hingga patah dan membentak wanita pinknya.

"Sakura benar-benar menguras kesabaranku" gumam Sasuke sambil menatap jam tangannya.

Tanpa ba bi bu ia langsung berdiri dari duduknya lalu berjalan keluar apartemen. Ia tak boleh berdiam diri, ia harus mencari keberadaan wanita keras kepala itu. Awas saja kau Sakura jika bertemu, batin Sasuke membara-bara.

.

.

.

Sakura keluar dari kamar tamu dengan handuk yang masih melingkar di kepalanya. Ia baru selesai mandi dan memakai pakaian milik sahabatnya tanpa meminjam terlebih dahulu. Benar-benar wanita kesayangan Uchiha bungsu ini.

Ia hanya memakai celana pendek dan tanktop transparan milik Ino. Saking transparan branya yang berwarna hitam terpampang jelas. Bukan karena sengaja memakai pakaian seperti ini, hanya saja ini yang masih bisa dibilang pakaian normal lainnya adalah bikini yang mempunyai berbagai bentuk dan corak. Membuat Sakura geleng-geleng kepala melihat isi lemari sahabatnya itu.

Menghentikan langkahnya di dapur dan mendapati Ino yang sedang sibuk memasak. Dalam hatinya ada perasaan kasihan melihat wanita dengan perut membuncit itu terlihat kesusahan menggapai bumbu masaknya yang berada di rak ke tiga. Mengutuk Sai yang seenaknya meninggalkan istrinya sendiri di rumah dengan keadaan hamil walaupun hanya beberapa hari tetap saja kan pria itu harus siap siaga.

"Kenapa kau berdiri seperti orang idiot disitu Sakura?"

.

.

.

Bersambung...

(REVISI 17-01-21)

Fusion of Destiny (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang