Sembilan

15.1K 962 35
                                    

Sakura memperhatikan ayah dan anak yang sedang asik memakan buah tomat sambil menonton film kartun kesukaan Sarada. Sebenarnya Sasuke tak menonton ia hanya menemani Sarada dengan menaruh anak itu di pangkuannya. Mereka berdua duduk di karpet tebal depan tv yang Sakura sediakan untuk putrinya, sedang ia duduk di sofa mengawasi ayah dan anak itu sambil sesekali ikut menonton film kartun kesukaan Sarada.

"Papa coba lihat dia itu jahat aku tak suka" ucap Sarada dengan mata yang fokus di layar tv sambil menunjuk apa yang diucapnya tadi menggunakan tangan kiri sedang tangan kanannya asik menaruh buah tomat di dalam mulutnya.

Sasuke tersenyum melihat tingkah menggemaskan Sarada, "makanya Sarada jangan ikut seperti dia yah"

Sarada mengangguk patut, "iya pa"

Keduanya kembali memakan tomat yang baru dibawah Sasuke itu. Sakura hanya menatap bosan pada buah berwarna merah tersebut, ayolah apa enaknya buah itu sampai-sampai membuat Sasuke dan Sarada sangat menyukainya.

Teringat akan sesuatu Sakura melebarkan matanya sambil menatap Sarada yang baru akan memasukan tomat yang belum tersentuh itu ke mulutnya.

"Sarada stopp" ucap Sakura setengah berteriak hingga membuat Sasuke dan Sarada menoleh padanya secara bersamaan dengan tatapan bingung.

Sakura menatap sejenak wajah keduanya yang terlihat mirip sekali hanya saja wajah Sasuke sedikit datar.

"Kenapa?" tanya keduanya secara bersamaan.

Sakura dibuat menahan tawa gemasnya ketika melihat wajah mereka yang semakin lucu itu, Apalagi Sasuke yang sangat datar tanpa ekspresi di depan semua orang bisa berekspresi seperti itu di hadapannya dan Sarada.

"Sarada taruh tomat itu kembali. Ingat kau sudah makan tiga tomat hari ini. Maka berhentilah sayang" ujar Sakura mengingatkan putrinya itu.

Sarada bukannya menurut ucapannya ibunya ia malah berbalik sambil menatap wajah ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Membuat Sakura mendumel dalam hati. Ia tahu pasti putrinya itu akan mengadu pada ayahnya.

"Papaaaa" rengek Sarada.

Sasuke menatap wajah putrinya lalu menatap Sakura yang membalas tatapannya dengan tajam. Tapi ia tahu dalam tatapan itu banyak mengandung arti. Sehingga ia membalas tatapan tajam Sakura dengan senyum manisnya. Membuat Sakura menahan mati-matian rona merah di wajahnya.

Bodoh. Kenapa hanya karena senyum itu bisa membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Sakura menggeleng cepat. Ingat kau sudah mempunyai anak jadi jangan berpikir yang aneh-aneh Sakura, batinnya.

"Kau boleh makan tomat itu sepuasmu. Selagi ada papa kau bebas sayang" jawab Sasuke sambil mencium pipi gembul putrinya.

"Jangan memanjakannya Sasuke"

"Terserah ku Sakura" Sakura memutar matanya bosan. Memang jika berdebat dengan bungsu Uchiha itu siap-siap kau harus kalah.

Sarada kembali tersenyum senang sambil memakan buahnya lagi. Perasaan Sakura menghangat tiba-tiba ketika melihat wajah bahagia Sarada. Ia akan ikut bahagia ketika melihat wajah putrinya yang seperti itu.

.

.

.

Sasuke berjalan keluar dari kamar tersebut. Ia baru saja menidurkan Sarada yang memang sudah mengantuk. Awalnya Sakura berkata nanti dia saja yang akan menidurkan Sarada tapi Sasuke dengan bersi keras memaksa agar dirinya yang menidurkan putrinya itu. Sakura hanya dapat menarik napas dan mengiyakan kemauannya.

"Sudah tidur?" tanya Sakura pada Sasuke yang menduduki dirinya di samping Sakura, tidak terlalu dekat.

"Hn. Kelelahan karena terlalu banyak bermain denganku"

"Baiklah kalau begitu kau boleh pulang" Sasuke mengerutkan alisnya tak suka dengan ucapan Sakura.

"Apa? Pulang sana" ujar Sakura kesal.

"Tidak. Aku ingin disini"

"Apa-apaan kau. Ini apartemenku kau tak punya hak untuk tinggal disini"

"Hn"

Sakura benar-benar dibuat kesal oleh tingkah lelaki itu. Lihatlah bukannya dia pergi malah duduk sambil menyandar di sofa tersebut.

Terdiam ketika mendengar suara pintu yang dibuka. Sakura dan Sasuke menatap satu sama lain, sepertinya ada orang masuk.

"Halo Saradaa paman datanggg" teriakan menggema di ruang tamu tersebut dengan kedatangan seseorang. Sakura melebarkan matanya melihat kakaknya yang berjalan masuk sambil membawa beberapa kantong yang Sakura tahu pasti itu untuk dirinya dan Sarada.

Sasori menghentikan langkah dan teriakannya seketika ketika melihat siapa yang sedang duduk di sofa. Entah setan apa yang merasuki pria merah itu sehingga melempar belanjaannya lalu berjalan mendekat pada Sasuke. Tanpa berkata ia langsung memberikan pukulan di wajah tampan pria Uchiha itu. Membuat Sasuke yang tak tahu dengan serangan tiba-tiba itu terlempar dari sofa. Oke pukulan Sasori bukan main-main. Laki-laki itu beberapa kali memenangkan bela diri waktu Sma.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Sasori berteriak. Ia kembali mendekati Sasuke yang berusaha bangun dan kembali memukul wajahnya tanpa henti. Pukulan pria merah itu membabi buta.

Sasuke hanya diam tak melawan, memang ini yang harus didapatkannya ketika melukai hati Sakura, dan mungkin harus lebih dari ini karena apa yang dilakukannya pada Sakura dulu lebih brengsek dari ini.

"Kau tahu sudah lama aku ingin memukulmu seperti ini. Apalagi saat pertama kali melihat wajahmu di rapat itu setelah beberapa tahun. Rasanya ingin ku hajar kau sampai mati" ucap Sasori dengan emosi membara-bara. Kedua tangannya tak henti memukup wajah Sasuke yang sudah babak belur.

"Hiks nii-san sudah cukup. Ka-kau berlebihan" ujar Sakura histeris sambil berusaha menarik kakaknya yang masih memukul Sasuke. Ia tak tahu kapan dirinya mulai menangis.

Sakura merutuk dalam hati, kenapa Sasuke tak melawan padahal ia tahu bela diri pria itu tak main-main.

"Ahhh apa-apaan ini" teriak Sasori dengan frustasi. Ia berdiri sambil mengacak-ngacak rambutnya. Lalu menoleh sejenak pada Sasuke yang berusaha menahan kesadaran dirinya. Pria itu tersenyum puas melihat Sasuke yang tak beradaya. Dia merasa puas sekarang setelah bertahun-tahun menahan diri untuk tidak melukai pria itu.

"Nii-san" gumam Sakura lirih, ia menatap wajah kakaknya yang terlihat emosi. Pria itu balik menatap Sakura. Seolah tahu bahwa adiknya terlihat hancur ia segera merengkuh tubuh mungil Sakura.

"Maafkan aku Saku. Aku terlalu emosi" Sasori memberikan kecupan singkat di jidat adiknya lalu melepaskan pelukannya dan berjalan masuk ke dalam kamar. Sakura tahu kakaknya pasti ingin menenangkan diri di dalam kamar.

Sakura menghapus air matanya lalu berjalan mendekati Sasuke. Membantu pria itu bangun dan mendudukkan dirinya di sofa.

"Apa sakit?" tanya Sakura dengan tatapan bercampur aduk antara khawatir dan takut.

"Hn tidak jika kau yang mengobatinya"

Wanita itu memutar bola matanya kesal lalu mencubit perut Sasuke. Dasar masih saja berkata seperti itu disaat dirinya hampir tak sadarkan diri.

"Sakit Sakura"

"Owhh maaf-maaf. Aku akan mengambil kotak obat kau tunggu disini jangan kemana-mana"

"Iya-iya cerewet" gumam Sasuke dengan malas.

.

.

.

Bersambung...

Vote dan komen..

.

.

.

Untuk klean yang komen makasihhh😗
Sama yang follow juga makasiiih. Eh Btw yang laen blm follow di follow yah akunkuuu...😌😪

Fusion of Destiny (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang